Chapter 6

7 5 0
                                    

Setelah perjalanan dari Kota Itya kini mereka sampai jalan masuk tujuan mereka. Karena jalan untuk masuk tidak bisa dilewati oleh mobil maka dari itu mereka turun dan akan mulai berjalan.

“Haduh, gak mau gue! Gak ada jalan lain emangnya?” sebal Bella yang sedari tadi mengeluh dan tidak terima jika berjalan kaki. Apalagi keadaan jalan yang sudah rusak dan becek.

“Cerewet banget sih,” sahut Finn yang sudah kesal.

Emma menenteng tas perlengkapan untuk merekam, “Pakai aja ini sepatunya,” ujar Emma memberikan sepatu boot yang biasanya untuk ke sawah.

“Enggak, gak mau gue. Percuma nanti kalau pakai lumpurnya kena gue gimana? Sama aja kan,” racau Bella tak henti-hentinya.

Emma menatap Bella tajam lalu melemparkan sepatu tersebut ke arah Bella, “Terserah.”

“Bella, kalau bukan karena nilai gue ceburin lo ke got ya,” ujar Finn yang sekarang di lehernya melingkar kamera.

Dengan tidak ikhlas Bella memakai sepatu boot tersebut sambil mendumel, “Geli banget."

Sedangkan yang lainnya sudah pasrah akan tingkah Bella selanjutnya akan jauh lebih merepotkan.

Di sisi lain...

“Gue aja, Ja,” ucap Jean mengambil ahli kamera dari tangan Naja.

“Gue aja yang pegang kameranya,” balas Naja tidak mau kalah. Naja harus merebut kamera itu berharap nasib kematian Jean tidak terjadi.

“Lo ngaco kalau motret, yang ada sia-sia nanti kita di sini.”

“Enggak, tenang aja,” perkataan ‘tenang saja' dari mulut Naja itu mengkhawatirkan dunia.

Daripada semakin panjang urusannya Emma menyuruh mereka untuk suit. Sudah menjadi kebiasaan jikalau mereka ingin menentukan sesuatu dengan suit.

“Gunting, batu, kertas!”

Naja menutup matanya, jika ia kalah dalam permainan kecil ini maka semuanya akan berakhir.

“Lo menang,” Jean menyerahkan kamera tersebut kepada Naja.

Naja merasa sangat lega, “Asik. Percaya sama gue my bestie!

Mereka masuk ke daerah tersebut yang bernama Laron yang ditinggali oleh suku Aron. Karena jauh dari perkotaan kebiasaan dan budaya Laron sangat berbeda.

“Pertama-tama mari kita izin terlebih dahulu ke kepala suku di sini,” ujar Jean memimpin jalan.

Selama perjalanan Finn menjelaskan peraturan yang harus mereka patuhi, “Ingat, ini daerah orang lain, kita pendatang jangan banyak tingkah. Jaga sikap sama mulut.”

“Tolong jaga diri kalian juga dan jangan ceroboh,” sambung Naja.

Semakin dalam mereka masuk terdapat banyak tempat tinggal suku Aron yang kebanyakan tinggal di pohon. Dengan alas yang mereka rakit agar dapat menjadi tempat tinggal yang layak.

Ada sekumpulan suku Aron menghampiri mereka, “Apa yang kalian ingin lakukan di sini?” tanya mereka sedikit waspada dengan kedatangan mereka.

Happiness[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang