"Je, coba lo tebak gue nemuin apa," Emma menyembunyikan satu tangannya ke belakang.
"Apa?"
Emma mengulurkan tangannya dan menunjukkan benda yang ia temukan tadi. Sebuah kacamata yang sudah rusak dan kacamata itu milik Finn.
"Lo dapat dari mana?" tanya Jean senang yang tidak bisa dipungkiri.
"Kuy ikutin gue!" seru Emma.
Jean dan Maria mengikuti Emma yang memimpin jalan. Lalu mereka berhenti berjalan ketika sebuah jurang yang tinggi memblokir jalan mereka.
"Kita gak bisa lewat," ujar Maria menatap bawah jurang tersebut. Mengerikan ketika seseorang terjatuh ke bawah dan mendapati luka akibat tajamnya batang pohon yang masih tertancap.
Maria merinding membayangkannya.
"Jadi, lo nemuin kacamatanya di sini?" pertanyaan Jean diangguki Emma.
Sebentar, ada yang aneh.
Jika titik awal mereka bertemu dengan Vash di sana, bagaimana Finn bisa berada di sini? Jean melihat ke dasar jurang tersebut.
Jean memikirkan beberapa kemungkinan yang paling masuk akal dengan hilangnya Finn.
Pertama, Finn ingin memisahkan dirinya dengan teman-temannya. Kemungkinan ini bisa jadi tapi juga tidak mungkin. Untuk apa Finn memisahkan dirinya dengan teman-temannya di hutan?
Kedua, ada seseorang yang mengajak Finn untuk ke sini. Tujuannya belum diketahui tetapi yang pasti adalah Finn tidak akan mengikuti perkataan seseorang jika ia tidak mengenali orang tersebut.
Yang berarti orang itu adalah orang yang bersama dengan Finn terakhir kali. Tetapi siapa?
Jean sedikit menyesal waktu itu tidak mengawasi teman-temannya dan malah mengobrol ria bersama Vash. Andai saat itu Jean lebih berjaga-jaga.
Laki-laki itu mengeluarkan nafas berat memikirkan semuanya, "Gue mau duduk dulu bentar," ujar Jean lalu menyenderkan punggungnya ke batang pohon.
"Kenapa lo?" tanya Emma tidak biasa melihat Jean yang terlihat sangat lelah.
"Abis mikir," jawab Jean sambil memijat keningnya. Ia cukup pusing memikirkan dimana mereka akan mencari Finn kembali.
"Itu akibat otak lo jarang dipakai," kata Emma membuat Maria tertawa dan Jean yang kesal.
"Namanya penghematan penggunaan otak. Kalau ada Naja, kenapa harus gue yang mikir?"
Untuk strategi Jean sangat pandai dalam menyusunnya, tetapi jika Jean dicekoki oleh sebuah persoalan maka Jean menyerahkan sepenuhnya kepada Naja.
"Penghematan otak, otakmu! Yang ada, otak lo isinya otot semua,"
Jean menangkup pipi Emma dengan kedua tangannya, "Lo mending diem aja," ujarnya.
Emma berusaha melepaskan tangan Jean dari pipinya, "Lepasin, ege. Bau terasi tangan lo," ucapnya kesal.
"Ya, bagus," Jean semakin sengaja mengerjai Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness[END]
Fantasy[ Cerita ini mengikuti Writora: Take Your Word] "Jika kamu memiliki kesempatan untuk hidup kembali, apa yang ingin kamu lakukan?" Kematian adik dan teman-temannya yang tragis membuat luka yang membekas bagi Orion Najare. Tetapi, sebuah keajaiban mem...