Chapter 7

7 5 0
                                    

"Hidup itu kadang di atas kadang yaudah lah ya, mau gimana lagi."

Naja masih terjaga di tengah malam, ia kepikiran saat mengetahui cara untuk menyelamatkan Juju dari sihir hitam milik pangeran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naja masih terjaga di tengah malam, ia kepikiran saat mengetahui cara untuk menyelamatkan Juju dari sihir hitam milik pangeran.

“Hancurin pemuja-pemuja itu?” gumam Naja.

Naja mengusak rambut hitam lebatnya, “Gimana caranya? Lihat mereka aja gue gak berani saking sadisnya mereka.”

Naja berusaha mengingat kejadian yang akan datang di waktu yang lain. Sejauh ini semunya baik dan tidak ada yang meninggal. Untuk informasi saja, pertama yang meninggal di waktu yang lain itu adalah Niko.

Niko meninggal oleh karena—

BRAK!

“NAJA!” Finn membuka pintu kamar Naja dengan kasar dan terburu-buru.

Naja memperbaiki komuk kejutnya, “Ada apa?”

“Niko, Niko!” ujar Finn dengan nafas yang terengah-engah.

Firasat Naja mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk. Naja segera berjalan keluar diikuti Finn yang sudah kepalang panik hingga dia tidak sadar tidak memakai kacamatanya.

“Niko kenapa?” tanya Naja lagi.

“Tadi Niko mengejar Bella, tetapi ketika kembali Bella menggeret tubuh Niko yang su-sudah tidak bernyawa,” jawab Finn dengan suara yang bergetar.

Naja tiba tempat berkumpulnya mereka, sudah terdapat teman-temannya yang terlihat sedih dan menangis sambil menatap Niko yang sudah terbujur kaku.

Refleks Naja berlutut, ia merasa tidak ada yang berubah dari nasibnya. Ia mengalami hal ini kembali, kematian temannya satu persatu.

Sekelebat bayangan Juju, Jean, Emma, dan Finn yang meninggal tepat didepannya. Tangannya kini penuh darah, rasa putus asa dan perih hati menggerogoti Naja perlahan.

“Memang tidak ada yang bisa diubah.” ucap bayangan Naja lalu tertawa bahagia.

“Hal yang sudah terjadi biarlah terjadi. Tidak ada waktu bagimu untuk menyesal.”

Banyak suara dan tawa jahat memenuhi kepala Naja, ia memegang kepalanya pusing.

“Naja, NAJA!” panggil Emma menyadarkan Naja.

Melihat Naja yang terlihat linglung Emma meminta maaf, “Gue rasa kita harus mengistirahatkan Niko segera. Maria bilang kalau keluarganya setuju jika langsung menguburkannya di sini.”

Happiness[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang