13. Keadaan rumah

150 20 3
                                    

Setelah berbulan-bulan lamanya, akhirnya Orang tua Aori pulang dari U.K./United Kingdom. Adik-adik Aori membawa beberapa medali, piala dan piagam lomba.

"Aori! kita pulang!"

DEG!

Aori mendengar suara ibunya dari luar kamar. Sekujur tubuhnya menjadi kaku. Tangannya bergetar, seketika ia menjadi panik. Ia pelan-pelan membuka pintu kamarnya dan turun ke bawah.

"S-Selamat datang kembali...mama, papa, Erina, Kirouta.."

Suaranya bergemetar, dia mengumpatkan kedua tangannya yang bergetar itu ke belakang punggung dirinya sendiri.

"Aori, gimana nilaimu? Apa ada yang dibawah 95? Mama sih berharap kamu dapat 100 terus kayak adik-adik kamu ya, hahaha"

"E-ehh..iya ma..bagus bagus kok...aku juga ranking 1 seangkatan.."

"Bagus. Tingkatkan lagi ya!"

"I-iya ma..."

"Oh ya, Aori."

Mama Aori mendekat ke arahnya, mencengkram kuat bahu Aori dan berbisik di dekat telinganya.

"Kamu harus terus dapat nilai bagus. Dirimu yang sekarang saja sudah memalukan nama keluarga. Jangan sampai dirimu jadi aib keluarga ini, Oke?"

"....i-iya ma, aku paham.."

"Bagus. Jangan begadang. Besok sekolah. Sana belajar."

Aori mengangguk pelan dan kembali ke kamarnya. Ia duduk di bangku belajarnya dan mulai belajar.

1 jam
2 jam
3 jam
4 jam

Mata Aori mulai lelah, ia melihat ke arah jam dinding dan ternyata sudah jam 10:30 malam.

"..sial..aku harus tidur.."

Ia menyiapkan buku-buku pelajaran untuk besok dan seragam sekolahnya. Setelahnya, ia berbaring di ranjang dan menatap langit langit kamarnya.

"..Rin..."

"Aduh! Apa sih! kok jadi mikirin Rin terus! toh juga, Rin suka sama Asumi....kan? sudahlah..besok juga ada ulangan fisika, aku harus dapat nilai sempurna."

⁠✧⁠✧✧

Esok paginya, Aori tidak seperti biasanya. Ia mengabaikan Rin. Melihat ke arahnya pun tidak apalagi ngajak ngobrol. Karena kejadian beberapa Minggu lalu, mereka jadi lost contact.

"...Hm? Tumben?" Gumam Rin. Ia sedikit kecewa karena biasanya Aori selalu menyapa Rin dengan muka penuh ceria.



Saatnya sudah memasuki waktu belajar. Sekarang, mereka sedang melewati ujian harian fisika. Aori sangat serius mengerjakan ujian ini. Ia tidak ingin mendapat nilai rendah.


Beberapa hari setelahnya, hasil ujian sudah keluar. Aori melihat nilainya dan ia menjadi sangat panik.

"Gak gak gak..gak mungkin..." Ia menjadi sangat panik, tangannya bergetar. beberapa keringat pun mengucur dari dahinya.

"Eh?! Ricchan dapet 90?! Wah... nilai lo paling tinggi di kelas, dong? Gila, gue aja harus remed"

Ternyata itu sahabatnya, Nana. Ia memuji nilai Aori sedangkan Aori sangat tidak senang dengan nilainya.

"Gak gak gak! Ini jelek! Gue harus remed!"

"Lah woy! Itu udh bagus nyet!"
Aori tidak mendengar ucapan Nana. Ia bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke arah meja guru.

"Pak, saya mau remed. Nilai saya masih belum cukup memuaskan."

"Lho, kenapa? Nilai kamu paling tinggi di kelas lho"

"Pak tolong pak, saya mau remed..."

"Maaf, Aori. Remedial hanya untuk anak yang nilainya di bawah rata-rata saja."

CHILDHOOD FRIEND? (ft. Itoshi Rin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang