12. Sakit hati

159 19 7
                                    

Chapter sebelumnya...

Tapi, ia melihat kejadian yang sangat membuat dirinya lebih hancur dibanding kejadian beberapa minggu lalu. Hatinya sakit, sangat sakit. Tatapannya kosong, suaranya gemetar seakan-akan ia ingin menangis.

"Rin...?"

✧✧✧

Rin memeluk Asumi. Asumi sangat puas dengan apa yang ia telah lakukan. Minuman yang ia berikan pada Rin ia campurkan dengan obat pembuat mabuk.

Dan sekarang Rin sedang mabuk. Rin memeluk Asumi dengan erat, dia juga mendusel di bahu Asumi.

"Aori...maaf Aori...gue kangen sama lo.."

Bukannya senang, Asumi malah kesal. Rin mabuk sambil menyebut nama Aori. Dan tepat disaat itu, Aori datang dan melihat pemandangan yang benar-benar membuat dirinya sakit hati.

"Rin...?"

Tes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tes...
Tes...

Beberapa tetes air mata jatuh dan membasahi pipi Aori. Ia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia benar-benar menangis...

"Emang brengs*k lo ya, Rin." Aori sangat sakit hati dan ia pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Rin menoleh ke arah Aori, ia terdiam sejenak, sedang memproses apa yang sedang terjadi. Ia langsung tersadar dari mabuknya dan bergegas mengejar Aori.

"Tunggu! Aori! Hey!" Aori sudah menghilang dari penglihatannya, sepertinya Aori berlari dengan kecepatan penuh. Amarah Rin semakin meningkat, ia kembali ke Asumi dan mencengkram kerah baju Asumi dengan kuat.

"Lo taro apaan tadi di minuman itu?"

Asumi meneguk salivanya, ia sangat ketakutan dengan tatapan Rin sekarang. Rin benar-benar sangat murka, tangan kanannya mencengkram kerah Asumi sedangkan tangan sebelah kirinya mengepal hingga kuku-kuku jari hampir membuat telapak tangannya berdarah.

"Biar aku yang urus saja, no.1"

Ego pun muncul dari layar tv yang tiba-tiba saja muncul.

"Takemitsu Asumi. Kamu telah melakukan tindakan kriminal kepada sang tersangka, Itoshi Rin. Kamu menaruh obat pemabuk kedalam minuman itu."

Jantung Asumi berdegup kencang, bagaimana Ego bisa tau itu?

"T-tidak mungkin! jangan sembarang kalau ngomong ya! mana buktinya?!"

Tanpa babibubebo Ego langsung menunjukkan CCTV saat Asumi menaruh obat pemabuk kedalam minuman itu.

"Kau sangat bodoh, Asumi. Coba lihat sekelilingmu, di tiap pojok ruangan selalu ada CCTV yang senantiasa mengawasimu. Berpikirlah sebelum bertindak, jalang bodoh."

"Oh ya, dan juga...data yang kau berikan itu palsu. Kau cukup licik mengubah-ubah data tersebut dan menginput identitas personalmu. Tapi data ini milik mantan asisten pelatih U-20, Ayasaki Kouji 10 tahun lalu, bodoh."

"Takemitsu Asumi, Lock off."

Asumi tentu tidak terima dengan hal ini. Semua rencana sempurnanya telah dihancurkan sehancur-hancurnya dengan si Maniak Yakisoba ini. Mau tidak mau, Asumi pun pergi keluar dari gedung Blue Lock dan tidak akan pernah pergi ke tempat itu lagi.

⁠✧✧✧

Aori tentu masih menangis karena kejadian tadi. Awalnya ia berniat ingin minta maaf kepada Rin, tapi malah liat pemandangan yang sangat mencolok mata. Ia berjalan dikoridor sambil mengelap-lap air matanya yang terus berjatuhan.

Kebetulan dia ketemu dengan Anri di koridor dan Anri khawatir melihat Aori menangis.

"Astaga, Aori? Kamu kenapa?"

"Teteh Anri..."

"Haduh...ayo ke ruanganmu dulu ya? Ceritain semuanya ya?.."



Aori menceritakan secara detail kejadian itu. Anri mendengarkan cerita Aori dengan baik.

"hmm...begitu..."

"Ya gitu deh...tapi aku cuma temen Rin aja..gak lebih, harusnya aku gak pantes cemburu gini..."

"Aori, cemburu itu manusiawi. Kamu cemburu liat Rin peluk cewek lain itu manusiawi. Kamu mungkin merasa tidak pantas karena kamu bukan siapa-siapanya dia, tapi tidak ada salahnya kalau kamu cemburu, Aori."

"Kalau kamu suka dia, bilang ke dia. Kalau dia tidak suka kamu balik, tinggalin. Jangan paksa dia untuk suka balik sama kamu. Tiap manusia pasti punya orang yang ia cintai di dalam hati mereka."

"Toh aku juga suka cemburu kalau orang yang kusuka ngobrol sama cewek lain"

"Maksud teteh, Kak Ego?" Anri langsung tersipu saat Ego disebut oleh Aori. Walau itu benar sih.

"E-eh...yaa iya..."

"Kok bisa sih teteh suka sama bocah culun kayak dia?! Masih banyak lho teh diluar sana yang lebih good-looking daripada si 'Ego' itu. Ego tuh jelek!!"

"Hahaha ya...selera orang tuh beda-beda"

"Hmm...iya sih, lagipula Ego sama teteh Anri juga lumayan cocok. Eh, kenapa gak nikah langsung aja sih?!?!"

"Jadian aja belum! Y-ya ditunggu aja ya.."

"Ahahahah! Oke oke!"

Mood Aori langsung menjadi ceria lagi setelah ia basa-basi dengan Anri. Ia merasa lega dan nyaman kalau berada di dekat Anri.

#KenAuthor Sesuai janji...author hari ini up 2 chapter yaaaa. Maaf kalau chap kali ini pendek, jadi pengen bkin sad end deh...

CHILDHOOD FRIEND? (ft. Itoshi Rin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang