"JANGKAR DITURUNKAN, TUAN MARLION SEGERA TIBA!!!"
Riuh disana membuat orang-orang padat merapat kearah kapal yang baru saja datang. Layaknya segerombolan anjing yang mencari makan, maka begitulah lautan manusia itu mengincar nama yang digaungkan sebelumnya. Marlion Deanson, pemuda belanda yang dikenal akan belas kasihnya.
Ketukan sepatu terdengar nyaring, ada salah satu pemuda bersurai hitam tengah menikmati makan siangnya didekat dermaga bersama teman-temannya. Para kacung atau budak yang tak memiliki tuan pikirnya, mereka diminta berdiri disana jauh dari kerumunan. Dikatakan bahwa lelaki muda itu akan melewati gerombolan mereka dan akan membawa salah satu budak nantinya.
Benar saja, Nampak seorang laki-laki bersurai terang berjalan bersama lelaki lain dibelakangnya menuju gerombolan budak itu. Membungkuk adalah pilihan yang tepat namun seorang pemuda manis itu tidak melakukannya sehingga ia tersorot oleh mata pemuda pirang itu. Alisnya berkerut lalu tersenyum menyaksikan pemuda manis itu asik memakan roti yang mungkin hampir berjamur itu.
"Siapa dia?" Pemuda jangkung itu mendekat pada tuan yang berdiri tak jauh dari sana. "Juanda, dia cukup lama disini tuan tidak ada yang mengambilnya sebab ia terlalu lemah untuk dijadikan budak. Tuan tau jika kita tidak diizinkan membunuh budak bukan? Maka dari itu dia masih disini sebelum dipindahkan pada rumah bordil esok hari."
Alis pemuda jangkung itu berkerut "Rumah bordil?" sang tuan pemilik budak itu mengangguk lantas menunduk "budak lelaki yang lemah seperti Juanda sering dipindahkan ke rumah bordil tuan, karna mereka akan mendapat bayaran lebih tinggi disana." Pemuda itu menghela nafas lalu meminta pemuda lain dibelakangnya untuk mengurus segala hal terkait budak itu untuknya.
"Jangan katakan apapun tentangku, katakan saja dia memiliki tuan baru di dekat dermaga."
"Baik tuan marlion."
Hari kian sore dan para budak kembali ke perkumpulan, kiranya Juanda akan dipindahkan ke rumah bordil malam ini. Ia tau ia sekotor itu jadi mungkin ia akan berada disana sebagai pemuas baru para lelaki hidung belang.
"Juanda, hari ini ada tuan yang membelimu dengan harga tinggi. Kau akan diantar esok pagi kerumahnya dekat dermaga." Mata juanda membulat, ia? Dibeli? Entah ia harus merasa beruntung atau tidak ya?
Jam menunjukan pukul 7 malam Juanda bersiap dengan membersihkan dirinya, ada seseorang yang menjemputnya dengan pakaian rapi, asisten tuannya rupanya. Lelaki bernama Hellio, keduanya menjadi cukup akrab karna mereka sama-sama lahir dan tumbuh di kota yang sama.
"Apa tuanku sangat baik hellio?"
Pemuda dengan surai legam berkulit tan itu tertawa lalu mengangguk. "Sangat baik, jika kau tidak percaya kau harus bertanya pada kekasihku saat kalian bertemu disana."
"Kekasihmu? Budak tuan juga?" Ditimbali oleh anggukan Hellio ia merasa cukup lega jika tuannya orang yang baik hati. Ia masih penasaran siapa yang membelinya dengan harga tinggi sedangkan ia hanyalah lelaki lemah yang akan dijual dirumah bordil tengah kota?
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...