Juanda mengerjapkan matanya yang terasa berat. Kepalanya masih berdenyut nyeri namun ia memilih untuk mendudukan dirinya, ia tau ia ada dikamar Marlion. Sekarang semuanya terasa jelas, Juanda bisa mengingat apapun yang terjadi disini diantara ia dan Marlion.
Kriet..
"Hellio... Rayu..." keduanya berdiri didepan pintu dengan senyuman tipis dan saling memandang. Keduanya mendudukan diri disofa setelah meletakan meja kecil berisi makanan didepan Juanda. Pemuda manis itu mengerutkan keningnya, sup kepiting? Astaga ia lupa jika kekasihnya itu tau ketika ia pusing maka ia akan mengajak Juanda memakan satu kepiting agar moodnya terasa baikan.
"Astaga, kamu tertawa. Kamu mengingatnya?!" Rayu berbinar menatap Juanda yang mengangguk. Namun rasanya masih begitu mengganjal tentang peristiwa setelah kepergian Marlion untuk berlayar. Apa ia bisa mendapatkan kepercayaan Marlion dengan tubuhnya yang begitu kotor ini?
Namun ia berusaha abai selagi ia tidak bertemu Marlion, dan pastinya pemuda itu sudah mengetahui semuanya terkait malam itu. Ia menikmati supnya dan berbincang Ringan dengan Rayu karna pemuda manis itu sepertinya sudah dalam mood yang baik. Lagipula ia juga salah meragukan ucapan Marlion tempo hari.
Sedangkan memang Marlion sedang dinas pagi ini, sehingga ia tidak bisa menemani Juanda. Ia masih berkeliling memastikan semua keluarga pelaku mendapatkan satu peti mati yang benar. Ia juga mendapat uang ganti rugi atas laporan pemberdayaan manusia yang tidak wajar. Ada kalanya Marlion harus turun tangan seperti ini.
Rumah terakhir yang ia kunjungi adalah keluarga Dayana. Rasanya ia bisa ingat terakhir ia kemari saat Juanda diusir dari rumah sebelum tinggal bersamanya di rumah mereka disisihan Dermaga. Ia mengetuk pintu dan menemukan seorang gadis muda baru saja membukakannya pintu.
Ia melihat banyak bercak kemerahan pada tubuh gadis itu. Budak baru? Ia melirik kearah dalam dimana sang 'calon mertua' terduduk dengan tenang seperti tidak terjadi apapun. Memang peti alaska baru saja ia bawa bersamanya jadi harusnya pria berumur itu tidak terlalu kaget.
"Bisa katakan pada tuanmu, Marlion ingin bertemu."
Gadis itu mengangguk dan Marlion meminta pengawalnya segera membawa gadis itu ke tempat rehabilitas setelah ini.
"Astaga~ repot sekali harus datang kesini nak~"
Marlion tersenyum, sedangkan mata Samudera dayana sudah ada pada peti besar yang ia bawa. Apa isinya? Mungkin begitu pikiran lelaki tua itu, apakah upeti dengan harga mahal. Ia memilih untuk mendudukan dirinya pada Sofa milik pria tua itu dan membiarkan sang pemilik rumah membuka petinya.
Brak!
"Ada masalah tuan?"
Marlion menatapnya tajam, ia mengintimidasi tanpa bicara. Sebenarnya ia tidak ingin bertindak terlalu jauh pada ayah Juanda. Lagipula pria tua itu akan segera membusuk dipenjara atas penggelapan uang dan kekerasan pada pelayan maupun putranya. Dan setelah semua ini selesai, Marlion akan menghapus marga dayana dari Juanda segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...