Keduanya berjalan ditepian dermaga dengan tangan saling menggenggam erat. Juanda tersenyum kala hangat genggaman Marlion menyelimutinya. Suara debur ombak seakan menemani keduanya yang masih setia berjalan di dekat dermaga.
Keduanya saling pandang dan tersenyum manis, Marlion memutuskan untuk berhenti didepan Juanda sebelum berjongkok membuat Juanda memiringkan kepalanya bingung. Namun ketika Marlion mengeluarkan sebuah kotak beludru saat itulah Juanda sadar.
Marlion sedang melamarnya
Air mata menetes dari pelupuknya, bahkan Marlion belum mengucapkan apapun namun rasanya sangat emosional dan ia ingin menangis. Marlion mengusap tangannya sebelum menyematkan cincin itu pada jari manis Juanda. Marlion berdiri dan menangkup kedua pipi bulat Juanda sebelum mengusapnya lembut.
"Kenapa menangis?" Marlion terkekeh kemudian mengecup kening Juanda cukup lama sebelum kembali menatap kekasih manisnya yang masih sibuk terisak kecil. Hidungnya mulai memerah gemas membuat Marlion kembali mendekap erat tubuh mungil Juanda dan pemuda itu tenggelam dalam pelukan Marlion.
Pemuda itu masih diam meredakan isak tangis yang menggemaskan. "Aku tidak menyangka.. Kamu benar-benar menerimaku? Setelah apa yang terjadi?" pada akhirnya Juanda masih terus berfikir mengapa Marlion masih menerimanya. Ia sangat kotor namun Marlion masih mau mendekapnya dengan hangat.
"Dengarkan aku, kenapa aku harus meninggalkanmu hm? Kamu sangat berharga untukku. Tidak perduli apapun yang terjadi, aku tidak pernah melihatmu dengan jijik setelah apapun yang terjadi sayang. Jadi ayo menikah?"
Dua tahun kemudian
"PAPA!" teriakan menggemaskan dari sudut kapal membuat Marlion berbalik badan. Terlihat dua anak kecil berlari lari kearahnya dengan seikat bunga. Bisa ditebak darimana asal bunga itu jika bukan dari suami manisnya yang mungkin sebentar lagi akan menyapanya di dapur rumah.
"Here here kesayangan papa" Marlion tersenyum lantas mengangkat kedua anaknya itu kedalam dekapan membuat gadis kecil di sisian kanan tertawa menggemaskan, matanya tertelan senyuman manis persis seperti milik papinya. Sedangkan anak laki-lakinya memilih memainkan surai sang papa.
Pemandangan hangat tak luput dari banyak pasang mata. Dan mereka mencari keberadaan sosok manis, suami Marlion. Biasanya ia akan datang cepat bersama kedua anaknya namun hari ini pemuda manis itu tidak terlihat dimana-mana.
"Papa, papi so tired karna melakukan sesuatu!" seru sang putri yang membuat saudara kembarnya lantas memukul gadis kecil itu "ssst! Papi tidak mengijinkan kita bicara pada papa" Hellio yang kebetulan lewat bersama Rayu dan putrinya membuat anak kembar itu memilih turun dan berlari kearah keluarga Hellio.
Marlion berjalan menuju rumahnya dan membuka pintu, menuju kamarnya dan menemukan sang suami sedang membersihkan tempat tidur mereka. Dibalut pakaian tipis berwarna gading dan surai hitamnya yang nampak memanjang membuat sosok itu semakin indah dimata Marlion. Ia mendekat dan mendekap Juanda sebelum membubuhkan banyak kecupan pada tengkuk si manis.
"Gelii sudah sudahh sayangg" Juanda terkekeh dan membalas mengeratkan pegangannya pada lengan Marlion yang asik mencumbu perpotongan lehernya. "Cantik, bagaimana bisa aku meninggalkan suamiku yang sangat cantik ini bersama dua anak nakal seperti Mary dan Meriger" Juanda tertawa ada kalanya suaminya ini jengkel dengan tingkah laku kedua anaknya.
"Aku dengar kamu lelah, ada masalah?" pemuda manis itu berbalik dan memeluk Marlion, menenggelamkan wajahnya pada bahu Marlion sebelum mengusap bahu yang lebih tua. "tidak ada, aku hanya sedikit mual. kurasa adik kecil membutuhkan pelukan papa." Marlion tidak sebodoh itu untuk paham. Ia tersenyum dan mengangkat Juanda kedalam gendongannya sebelum mengecupi wajah si manis bertubi tubi...
Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada pulang, mendekap hangat dan mendapatkan sebuah kejutan. Marlion bersyukur atas apapun yang terjadi, yang ia pikirkan sekarang adalah ia dan Juanda akan selalu bersama.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanficMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...