Malam Panjang

603 74 0
                                    

Jika Juanda diminta memilih mendengar seruan manja Rayu atau tertidur satu ruangan dengan Marlion maka ia akan memilih opsi pertama. Marlion memiliki aura yang mendominasi, ia merasa tercekik kalau begini caranya.

Lelaki yang lebih tua itu tengah berganti pakaian, kamar Hellio dan Marlion hanya terpaut sekat tipis agar Marlion mudah memanggil pemuda berkulit tan itu. Jadi? Tentu saja Juanda dapat melihat punggung lebar milik Marlion. Pipinya memerah malu lantas ia menutup tubuhnya dengan selimut.

"Juanda, menurutmu apa itu cinta?"

Pertanyaan yang begitu tiba-tiba namun membuat perutnya terasa tergelitik pelan. Juanda mendudukan badannya berhadapan dengan meja kerja milik Marlion.

"Cinta? Saya bahkan tidak pernah merasakannya. Tapi saya pernah dengar bahwa cinta adalah perasaan dimana kamu ingin saling memiliki, menyanyangi dan melindungi."

Marlion nampak terdiam sejenak sebelum berjalan mendekat kearah Juanda. Ia masih dalam keadaan topless dan rambut basah yang cukup berantakan. Juanda nampak tak bergeming sebelum pemuda yang lebih tua itu memeluknya.

"Tuan?"

"Biarkan seperti ini, saya sedang butuh hiburan. Tolong bercerita lah tentang apapun agar saya merasa tenang."

Juanda akhirnya mengalah dan merapihkan helaian pirang Marlion sembari bergumam pelan. Ia juga mulai bercerita singkat tentang kehidupannya ketika ia masih remaja. Suara dengkuran halus membuat Juanda menoleh kebawah.

Marlion tertidur didalam dekapannya, hangat... Pikirannya mendadak rancu namun ia kembali mengusap surai pirang itu penuh sayang. Rasanya familiar tapi ia tak tau mengapa itu terasa begitu familiar. Juanda terpejam dengan tubuh masih mendekap kepala Marlion pada dadanya.

Ketukan pada kusen kamar membuat Marlion membuka perlahan kedua netranya dan menemukan Juanda masih bergelung dibalik selimut hangat milik Hellio. Ia hanya tersenyum dan bangkit untuk membuka pintu ruangannya.

"Astaga mataku melihat sesuatu yang tidak seharusnya"

Rayu dibalik tubuh Hellio tertawa kecil, maklum saja Hellio akan berekspresi demikian karna tubuh bagian atas Marlion tidak tertutup apapun mengingat laki-laki itu tertidur dengan keadaan shirtless.

"Bagaimana malam mu?"

Rayu memilih untuk masuk kedalam kamar Marlion karna ia tau teman kecilnya itu harus dibangunkan sebelum Marlion memulai sarapannya. Sedangkan kedua lelaki jangkung didepan pintu memilih untuk masuk pada area kamar Marlion.

"Dia lupa, sepertinya?"

Hellio hanya menepuk pundak Marlion sekilas sebelum melirik kearah sang kekasih beserta temannya dikamar lainnya.

"Apa yang terjadi padanya..."

Sorot mata Rayu berusaha memberi kode untuk tetap disana selagi ia membereskan segala hal dan membawa Juanda keluar dari sana. Hanya beberapa menit sebelum Rayu kembali masuk dan mendudukan dirinya disamping Hellio.

"Aku menemukan luka dikepalanya, aku tidak tau apa yang menjadi pemicunya Lion. Tapi, kurasa ada masalah serius yang membuat dia hanya melupakan sebagian besar sosokmu didalam pikirannya."

Hellio dan Marlion saling pandang dalam waktu cukup lama. Rayu sendiri memilih untuk terdiam lalu memberikan sebuah surat kecil yang ia temukan dalam saku kemeja Juanda.

"Lion, aku yakin kamu tau sesuatu tentang keluarga juanda kan? Seseorang berusaha mengirimkan surat ini melalui Juanda. Tapi yang jelas Lion, surat ini yang membuat Juanda dalam situasi seperti sekarang."

LAKSANA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang