Marlion memilih menghindari Juanda akhir-akhir ini. Jujur saja, begitu sakit mengingat Juanda kehilangan memori tentangnya. Jadi ia membawa Hellio berkeliling hari itu ke sebuah bar di pusat kota, meninggalkan Rayu dan Juanda di kediaman mereka.
Hellio tau kawannya dalam mood buruk meskipun sebenarnya kesedihan lebih terpancar di wajahnya. Ia memindai sekitar Bar dan menemukan seorang pria yang tak asing dimatanya. Teman masa sekolah menengahnya, dan dayana?
"Alaska.."
Hellio meninggalkan Marlion dan menghampiri teman masa kecilnya itu mengacaukan perbincangan serius yang sempat ia dengar samar.
"dia ada dirumah Lion, ini sangat berbahaya... bagaimana jika ia membocorkan ini pada ayah?"
Seringai Hellio mengembang, ia berpura pura bodoh dengan melintas dan Alaska Dayana mungkin tidak mengenalnya. Namun raut ketakutan muncul dari temannya, Julio. Mungkin ia tau jika Hellio merupakan tangan kanan Marlion dan jelas bahwa setelah ini ia mungkin akan dikenang namanya saja.
BRAK
Juanda mendengar suara benturan keras lantas mengerjapkan matanya. Ia melirik kearah Rayu yang menaikan bahunya tanda ia tak tau. Sedangkan Juanda harus berpindah kearah kamar Marlion untuk membersihkan kamar itu. Ia masuk dan mulai membersihkan debu barang sejengkal memastikan kamarnya itu bersih.
Cerobohnya ia tersandung sebuah meja kecil dan membuat laci bagian meja itu terbuka. Didalamnya ada sebuah Figura kecil yang mungkin biasa Marlion gunakan untuk meja kerjanya. Ia mengerutkan keningnya ketika ia melihat foto didalam figura itu.
"Aku? Kapan aku pernah mengambil foto seperti ini bersama tuan?"
Ia berdiri dan merapihkan bajunya, namun ia kembali dikejutkan dengan foto-foto dirinya bersama Marlion di dinding kecil dekat lemari. Bagaimana ia tidak sadar? Tapi dalam bingkai demi bingkai itu mereka terlihat begitu dekat, Marlion bahkan selalu memeluk pinggang dalam dekapan ketika mereka berfoto.
"Sebenarnya apa yang terjadi... Aku tidak mengingat apapun tentang Marlion..."
"Marlion ayo berfoto~"
"Sayang, cantikku..."
Brak
"Ayah!"
"Tidak, tidak aku harus tetap sadar.. Marlion akan segera pulang..."
Prang!
"akhhh!"
Kepingan memori seakan menusuk kepalanya, Berat dan begitu sakit ia tak sempat berteriak rasanya begitu tercekik membuatnya harus terduduk didepan serangkaian bingkai itu. Rayu yang merasa mengapa Juanda tak kunjung kembali lantas menyusulnya. Ia melihat Juanda sudah terbaring lemah dengan sebuah figura didekatnya.
Rayu berlari mendekat dan memangku kepala Juanda berharap pemuda itu sadar namun ia tak sekuat Marlion untuk membawa si manis ke rumah disisian rumah utama.
"Marlion cepat pulang... Juanda membutuhkanmu..."
Tepat kala Rayu bergumam, Marlion membuka pintu kamarnya dan terkejut dengan menemukan Rayu memangku lemahnya tubuh Juanda. Ia berlari dan membawa tubuh itu keatas ranjangnya. Ia menyadari figura dikamarnya berceceran.
"Juanda melihatnya..."
Rayu memilih berdiri disamping Hellio dan menatapnya. Sebelum mengusap bahu Marlion
"Lion, kurasa sudah saatnya Juanda tau. Meskipun ia tak bisa mengingat sepenuhnya, setidaknya dia harus mengingatmu. Kita selesaikan semuanya dan menyembuhkan Juanda perlahan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...