Alaska tercekat kala menatap sekumpulan pemuda dihadapannya. Bagaimana? Seorang Marlion.. Ia meremehkan Marlion setelah pelayaran itu tanpa mengingat lelaki itu beserta Hellio adalah pengamat handal dan menemukan beberapa anak anjing akan begitu mudah untuk keduanya.
Rayu ada disana setelah memastikan Juanda tertidur pulas dibilik kamarnya. Pemuda manis itu datang dengan segelas teh panas baru untuk Alaska, namun belum sempat ia memberikan. Pemuda manis itu menyiramnya pada tubuh bangsawan muda itu.
"Ah! Maaf sekali tuan alaska saya sengaja."
Kekehan terdengar, namun Alaska tak mampu membalas karna tatapan Hellio padanya. Rayu kembali berdiri disebelah Hellio dan memeluk nampan yang ia bawa lalu menyandarkan tubuhnya pada bahu yang lebih tua. Alaska mendecih pelan membuat Marlion tertawa.
"Perlu kubawakan pakaian baru?"
Alaska menggeleng pelan dan memilih meminta penjelasan. Namun Marlion memilih melirik pemuda pemuda dihadapannya dan mengambil senapan miliknya. Ia mengarahkan pada satu pemuda didepannya.
"Hari apa kalian melakukan itu?"
"23 Juli setelah pelayaran."
Dor!!
Ia beralih pada pemuda lainnya dan menatapnya cukup tajam.
"Berapa lama?"
Tidak ada jawaban maka terpaksa ia melepaskan peluru tanpa jawaban. Marlion tidak suka orang yang bertele-tele seperti ini, membuatnya muak saja.
"Satu jam tuan..."
Dor!
Ia beralih lagi pada pemuda lainnya dan memilih mengisi ulang pelurunya. Alaska? Ia terdiam dengan wajah pucat pasi dan ketakutan setengah mati melihat beberapa temannya ditembak mati oleh Marlion didepannya, mereka bahkan memberikan tatapan memohon untuk dibebaskan, namun ia pun tak mampu melakukan itu.
"Berapa orang?"
"delapan orang..."
Marlion menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mengambil senapan lainnya, ia tersenyum miring sebelum melirik Alaska.
"Tolong hitungkan untukku."
"Ya?"
"Hitung, mulai dari 1 cepat!"
Alaska mulai menghitung dengan ketakutan setengah mati, Bagaimana tidak? Setiap hitungan maka temannya akan ditembak oleh Marlion dan akan langsung tumbang tak bernyawa. Hanya tersisa 2 hitungan itu artinya hanya satu orang tersisa. Namun siapa satu orang lagi yang akan dibunuh lelaki berdarah belanda itu..
"Hitunganmu kurang 1 kali, Hitung."
Marlion mengarahkan senapan pada kepala Alaska, tatapan tajam menusuk membuatnya membeku. Ia tidak menyangka akan berakhir seperti ini ditangan kekasih sang kakak.
"Delapan.."
Dor!!
"Bereskan mereka semua Rayu, Hellio. Aku akan mengurus keluarga mereka untuk memastikan mereka mendapat peti mati yang benar."
Hellio mengangguk dan mulai membereskan kekacauan yang ada. Marlion memilih untuk menghampiri Juanda berharap pemuda itu sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ia duduk ditepian ranjang membuat derit pelan yang menganggu tidur nyenyak Juanda. Pemuda bersurai pirang itu mengusap lembut surai legam Juanda, rasa rindunya begitu sesak ketika melihat Juanda namun tak bisa mendekapnya.
Netra sekelam malam itu terbuka dan menatap Marlion yang masih mengusap surainya. Ia hanya tersenyum simpul kala Marlion mendaratkan kecupan pada keningnya.
"Sudah lebih baik?"
"Sedikit... Tapi apa boleh aku tau apa hubungan kita sebelum ini? Tuan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...