Marlion termenung didalam bilik kamarnya selama 2 jam lamanya. Helio menyerah untuk memintanya menghabiskan sarapan dan Rayu jelas tak berani untuk melawan Marlion terlebih lelaki itu dalam mood yang buruk. Makanan terbengkalai diatas meja dapur membuat Juanda yang tak sengaja lewat menepuk bahu Rayu untuk bertanya.
"Makanan milik tuan?"
Rayu mengangguk, sempat beberapa detik melirik kearah Hellio sebelum menghadapkan dirinya pada Juanda.
"Bantu aku ya? Emmm li- maksudku tuan sedang dalam mood buruk jadi aku minta tolong bawakan makanannya bisa kan?"
"Apa kau yakin dia mau jika aku yang membawa?"
Wajah cemas nampak dari air muka Rayu, membuat Hellio beranjak dan tersenyum iseng. Ya tipe senyuman yang menjengkelkan sekali dimata Juanda.
"Tentu, Kau ini maid baru dia tidak mungkin bersikap kasar."
Berkat ucapan Hellio akhirnya Juanda membawa nampan makanan itu kedalam kamar Marlion. Yang terduduk disana pun memilih dia meskipun ia tau Juanda memasuki kamarnya yang berantakan. Kertas identitas dimana-dimana berceceran hingga jatuh mengenai kaki Juanda.
"Dayana... Keluargaku?"
"Keluargamu?"
Juanda mendongak lalu mengangguk kecil, Marlion beranjak dan merebut kertas identitas yang dipegang oleh Juanda. Disana hanya tercantum 2 nama, Samudra Dayana dan Alaska Dayana... Siapa orang yang melukai Juanda kala ia pergi berlayar?
Flashback
Hellio nampak menunggu seseorang didepan pintu dermaga, ia mengetuk jarinya pada meja kayu didepannya.
"Kalian ini lama sekali, apa Juan tidak mau melepasmu berlayar hari ini?"
Marlion tertawa lantas memeluk bahu kekasihnya dan mengecup singkat surai legam pemuda manis itu.
"Hei hellio! Aku ini takut..."
"Apa yang kamu takutkan ketika aku pergi sayang?"
"Keluargaku..."
Flashback end
Marlion meremas kertas itu hingga tak berbentuk, Ia lantas melirik kearah Juanda yang mungkin spontan mundur melihat reaksinya. Ia bisa melihat bahwa Juanda membawakannya senampan makanan yang ia lewatkan pagi ini.
"Letakkan, minta Rayu kemari setelah ini bersama Hellio."
Juanda mengangguk dan meletakannya nampan makanan dan bergegas keluar dari sana. Meninggalkan Marlion yang terdiam menatap kearah luar jendela, ombak ganas yang seakan melalap kewarasannya.
PRANG!
Juanda terdiam didepan kusen kamar itu dengan perasaan gusar tak tertahan. Kenapa? Kenapa tuannya begitu marah ketika mendengar nama keluarganya? Dan kenapa hatinya terasa sakit melihat raut wajah Marlion seakan akan ada yang hilang dari hidupnya.
Beberapa menit kemudian Rayu membawa sekotak pengobatan pertama karna ia yakin Marlion memecahkan satu gelas kaca atau mungkin kembali memukul kaca di kamarnya. Hellio juga nampak tidak terkejut dengan itu, apa memang tuannya sering seperti itu?
"A-apa dia baik-baik saja rayu?"
Rayu yang baru saja keluar dari kamar itu menengok kearah Juanda yang setia berdiam didekat kamar Marlion.
"Kau khawatir? Dia baik baik saja hanya tangan Li- Tuan marlion terluka cukup parah."
Ia menghela nafas lega, meskipun jujur saja ia masih merasa heran mengapa Marlion nampak membenci fakta bahwa ia lahir dari keluarga Dayana...
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...