Ada kalanya Juanda akan melamun didekat dermaga disisian rumah tuannya. Sudah 3 hari dan ia belum bertemu tuannya, ia memang diminta untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Hellio mengatakan tuannya tak pernah meminta pembantu baru selain kekasih Hellio, pemuda mungil berparas ayu bernama Rayuna.
Rayu merupakan kepala pembantu rumah itu, sekaligus satu-satunya pembantu yang bertahan disana karna berkat Hellio ia akan merasa aman bersama Marlion yang sudah menganggapnya sebagai keluarga.
Juanda disambut hangat malam itu oleh Rayu, karna pemuda itu mengatakan ia akhirnya memiliki teman berbincang selain kekasihnya. Namun bagaimanapun juga Juanda harus memberikan ruang bagi sepasang kekasih itu, seperti hari ini ia sudah selesai dengan semua pekerjaan rumah dan mendudukan dirinya di tepi dermaga.
Ketukan sepatu terdengar nyaring membuat pemuda itu menoleh, menemukan lelaki ber surai pirang yang mendudukan diri disampingnya. Tidak nampak seperti budak, tapi ia yakin rumah tuannya hanya dihuni 4 orang termasuk dirinya. Juanda hendak berdiri namun tangannya ditahan.
"Tidak perlu, duduk saja. Saya hanya ingin merokok sebentar."
Juanda kembali mendudukan dirinya seraya mencelupkan kakinya pada genangan air. Lantas menatap kearah langit dengan iris kelamnya ia tersenyum. Tak lepas dari pandang surai pirang ia terpesona pada senyuman bak bulan sabit yang merekah itu.
"Juanda, kenapa kamu berada disana? Maksud saya, rumah budak itu?"
Juanda mengerutkan keningnya, kenapa lelaki disampingnya ini bertanya pertanyaan yang tidak pernah dilontarkan orang lain?
"Apa pentingnya pemuda lemah seperti saya didalam keluarga tuan? Saya dijual karna dianggap kotor dan aib. Itu saja."
Marlion menghembuskan asap rokoknya seraya mengetuk pelan sisa abu rokok yang terselip pada jarinya. Ia mendongak ikut menatap langit yang nampak gelap ditemani suara ganasnya ombak malam itu.
"Lemah bukan berarti kamu aib? Hanya orang tuamu terlalu kolot untuk menerima itu... Saya benar?"
Juanda tertawa, mengingat keluarganya yang begitu menyanjung adiknya sedangkan ia dibuang begitu saja karna dianggap lemah dan tidak berdaya. Kata sang ibu pula ia lebih pantas dijadikan pria hiburan dibanding kepala keluarga.
"Tuan benar, saya mungkin tidak pantas mendapatkan apapun dari keluarga saya. Bukankah hal itu akan merugikan mereka? Jika memberi makan dan hidup layak putra sulungnya yang lemah layaknya pria dirumah bordil yang dibandrol harga mahal?"
Pria bersurai pirang itu nampak terkejut dengan penuturan Juanda. Ia berhenti memberikan fokusnya pada lintingan nikotin yang tersisa setengah. Hawa dingin menusuk seakan Marlion paham betapa sakitnya perasaan pemuda manis itu.
Marlion mungkin seorang bangsawan, atau orang terpandang lah istilahnya. Namun keluarganya tidak pernah membuang anaknya meskipun ia tau mungkin itu bisa membuat rumor jelek dalam marga keluarganya.
"Sudah larut, saya harus kembali tuan..."
Ia hendak kembali berdiri namun ia kembali ditahan.
"Rayu dan Hellio sedang menikmati malam mereka, jadi kamu tidur saja di kamar Hellio malam ini. Tapi maaf jika kamarnya terhubung dengan kamar saja karna memang saya tidak memberi dia ruang untuk bersantai."
Juanda terdiam, hari pertama ia bertemu tuannya, dan mereka harus tidur di kamar yang secara tidak langsung sama?! Juanda akan marah pada Hellio setelah malam ini selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...