Hari-hari dimana Marlion tidak menyapa atau bertemu dengannya membuat Juanda merasa gusar. Rumah nampak lenggang tanpa kesibukan Rayu dan Hellio yang biasanya akan berlalu lalang. Ia memilih menuju dapur dan menemukan Rayu dan Hellio sedang menikmati sarapan.
"Apa aku menganggu?"
Keduanya menoleh dan mengajak Juanda untuk duduk bersama menikmati sarapan pagi itu tanpa adanya Marlion disana.
"Dimana tuan marlion?"
Pergerakan Rayu terhenti, ia hanya tersenyum dan mengusap surai Juanda sebelum memberikan sebungkus makanan lain untuk ia simpan dirumah samping.
"Lion memiliki banyak urusan, dia tidak akan ikut sarapan selama seminggu kedepan."
Sontak Juanda terdiam, apa Marlion menghindar darinya? Apa ia keterlaluan dengan mempertanyakan perihal hubungan keduanya disaat ia lupa? Ia hanya berfikir Marlion bisa membuatnya mengingat semua Kejadian itu namun... Tidak ada hasilnya apa Marlion berbohong?
"Apa kami benar-benar pernah saling mencintai?"
Rayu naik pitam, mengetuk keras alat makannya sebelum menatap kearah Juanda dengan cukup nyalang. Rayu tau setelah ini ia akan mendapatkan omelan panjang dari Marlion tapi biarkan saja ia terlampau kesal.
"Dengarkan aku baik-baik. Juanda, Marlion rela untuk menurunkan egonya emosinya dan meredam rasa sakitnya untuk jujur dan bercerita tentang kisah kalian yang bahkan tidak kau ingat. Lalu kamu meresponnya dengan sangat baik seakan akan kamu akan kembali padanya dan seperti kau sudah ingat semuanya... Jika hanya karna kasihan jangan pernah lalukan itu pada Kak lion.. SEHARUSNYA KAU TIDAK MEMBUATNYA SEMAKIN SAKIT HATI!"
"RAYUAN!!"
Rayu menangis, lantas menatap Marlion yang berdiri didekat dapur. Lantas pemuda mungil itu pergi dari area dapur dan meninggalkan Hellio, Marlion dan Juanda disana. Pada akhirnya Hellio ikut beranjak dan menepuk bahu Marlion sebelum meninggalkannya disana bersama Juanda.
Marlion mendekat dan memilih mendekap tubuh Juanda yang bergetar dan siap menangis. Benar saja ia menangis dengan sangat kencang pagi itu, banyak hal yang menganggu pikirannya. Ucapan rayu sepenuhnya benar, ia ingin Marlion setidaknya tidak sesedih itu ketika bercerita tentang mereka. Ia senang melihat raut wajah Marlion ketika ia bahagia, benar... Ia kasihan pada Marlion jika harus menceritakan kisah keduanya secara berkala dan tidak mendapat hasil apapun.
Dilain sisi Hellio tidak menemani kekasihnya, Rayu akan mengomel jika Hellio melihat wajah manisnya penuh air mata. Jadi disinilah ia sekarang, Gudang yang lama tidak Marlion buka, beberapa kenangan mereka berempat ada disini. Apa yang harus Hellio lakukan untuk membenarkan situasi yang saat ini sangat runyam begini.
Ia melirik sebuah bingkai dan kotak besar yang ada dipojok ruangan. Kalau tidak salah ingat kotak itu berisi Surat surat yang Marlion kirimkan pada Juanda beserta balasan balasannya. Apa dengan ini ia bisa membantu Juanda dan Marlion? Setidaknya sampai kekasihnya dalam kondisi baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...