Rasanya baru kemarin Juanda terbaring karna rasa pening melanda. Dan hari ini ia sudah beraktifitas layaknya pemuda sebayanya lagi, Enggan terlihat lemah dimata kekasihnya membuat pemuda manis itu mudah kembali pulih dengan cepat seperti prediksi Rayu tempo hari.
"Juanda itu kan budak cinta, kamu minta sedikit saja dia akan cepat pulih dan meminum obat kak."
Begitulah yang terjadi, Juanda rajin menegak obatnya karna keinginan Marlion yang hari ini masih sibuk melakukan dinas di daerah kota bersama Hellio. Padahal lelaki itu berjanji mengajaknya piknik bersama sehingga pagi ini dia sudah menyiapkan banyak bekal bersama Rayu didapur.
"Juan, Bisa tolong aku untuk mengambil buah di rak atas?"
Juanda mengangguk dan berjalan ke seberang tubuh Rayu dimana rak itu berada. Cukup tinggi dan mungkin akan sedikit sulit baginya untuk mengambil buah dari sana. Ia membuka rak itu dan sedikit berjinjit untuk meraih sekotak stroberi didalam sana. Namun sebuah tangan menggapai kotak itu dengan mudah, mengapit tubuh Juanda dalam kukungan nya.
Juanda berbalik dan menemukan kekasihnya tersenyum, pemuda manis itu kembali berdiri dengan normal sedangkan Marlion masih sibuk menurunkan kotak buah dengan badan masih mengukung tubuh Juanda yang mungkin bisa hilang dalam pelukannya. Juanda sendiri memilih untuk sibuk menatap sang kekasih yang sekarang masih nampak rapih dengan kemeja berwarna biru muda pula dua kancing teratas terbuka.
Lengannya memang sudah digulung sampai siku, dasinya pun masih memggantung dengan simpul erat meskipun tidak mencekik, membuat tangan Juanda otomatis meraih dasi itu dan membukanya. Marlion sedikit menunduk dan memperhatikan kekasihnya yang mengurai simpul dasi miliknya sebelum menutup pintu rak atas dan fokus pada rupa manis Juanda.
Marlion menyelipkan surai si manis kebelakang telinganya dan mengecup singkat kening si manis membuat Juanda mendongak setelah selesai mengurai dasinya. Kembali dikecupnya ranum semerah cerry itu oleh Marlion. Menimbulkan semburat merah menggemaskan pada pipi seputih salju milik Juanda.
"Ahemm! Kurasa buahnya sudah turun semua."
Intrupsi Rayu membuat Marlion tertawa dan memilih untuk duduk disebelah Hellio yang sibuk menghisap cerutunya. Mereka tidak kemana-mana sebenarnya, hanya piknik di belakang rumah lebih tepatnya taman di dekat kolam ikan milik Marlion yang ia buat khusus untuk Juanda yang memang menyukai ikan ikan kecil.
Mereka terduduk santai sesekali saling melempar candaan. Sasaran utamanya adalah Hellio yang memang sering dijadikan kambing hitam oleh Marlion yang memang pada dasarnya bersikap jahil. Juanda memilih bersandar pada bahu kekasihnya membiarkan lengan Marlion merengkuhnya hangat. Tidak ada rasa canggung yang hadir diantara keduanya.
Hari semakin larut dan Hellio sudah terlelap dipangkuan Rayu. Memang mereka sedang menikmati bintang dan Hellio memang begitu tabiatnya. Ia tetidur meninggalkan ketiga temannya yang masih terjaga sembari meminum anggur. Rayu hanya tersenyum menatap Marlion dan Juanda yang masih saling melempar candaan.
"Kalian kalau ingin jalan-jalan kurasa tak masalah. Hellio akan bangun sedikit lama."
Keduanya saling memandang dan mengangguk, memilih beranjak dan meninggalkan sepasang kekasih itu diatas karpet lembut milik Marlion.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...