Hal yang menyakitkan jika Marlion harus menceritakan kisah mereka berdua. Fakta bahwa Juanda kehilangan ingatannya saja sudah membuat dadanya sesak. Namun Juanda membutuhkan jawaban darinya. Ia akhirnya memilih untuk beranjak dan membawa serta Juanda untuk terduduk ditepian dermaga.
"Kita bertemu disini. Saat ulang tahunku ke 23."
Mungkin Juanda tidak mengingatnya namun ia mengatakan faktanya. Ia akan bercerita sebenar benarnya terlepas nantinya sang Kekasih akan percaya atau tidak.
Flashback
"Cheers~"
Denting gelas kaca beradu menandakan acara malam itu telah dimulai, dan hela nafas kasar terdengar dari pemuda bersurai legam yang tengah menikmati segelas anggur disisian dermaga. Tak jauh dari posisi pesta itu diselenggarakan namun setidaknya Juanda merasa lebih tenang ditemani suara tabrakan ombak dan karang.
"Tidak bergabung dengan yang lain?"
Simanis menoleh, menemukan sang tuan rumah Marlion tengah menyalakan sebatang rokok. Mungkin mulutnya sudah mulai asam karna lama tak menghisap nikotin itu sejak acara dimulai.
"Tidak, aku lebih suka sendirian seperti ini. Lagipula kenapa tuan rumah sepertimu justru meninggalkan acara hanya untuk sebatang nikotin? Tidak baik seperti itu sebenarnya."
Marlion tertawa lantas mengepulkan asap rokok lalu mengetuknya pada pinggiran dudukan dermaga.
"Saya hanya mengadakan acara untuk para relasi, namun saya sendiri tidak memerlukan itu. Hanya ego dari orang tua saja."
Obrolan keduanya larut dalam kenyamanan dan hampir larut malam keduanya menghabiskan waktu hampir larut malam untuk mengobrol panjang.
"Kita akan bertemu lagi?"
"Tentu."
Flashback end
Juanda menyimak apa yang diceritakan oleh Marlion, ia samar mengingat hanya saja tak sepenuhnya ia ingat apa yang terjadi sampai mereka memutuskan untuk memiliki hubungan.
"Jangan dipikir terlalu berat, masih ada banyak waktu. Istirahatlah, Saya akan kembali besok."
Marlion bergegas keluar dari kamar Juanda dan meninggalkan pemuda itu dengan tatapan sarat akan rasa bersalah yang begitu mendalam. Ia memperhatikan bagaimana senyum tipis Marlion mengembang kala ia menceritakan betapa indahnya kisah mereka. Namun ia tak sanggup mengingatnya, dan ia bisa melihat perasaan kecewa ketika Marlion hendak beranjak.
"Maaf..."
Marlion memilih untuk merokok di halaman depan, frustasi? Jelas, jika ia tidak frustasi mungkin Hellio mengira lelaki itu sudah tidak punya akal pikiran. Hellio dan Rayu pun tidak berani mendekat karna aura Marlion begitu mencekam.
"Lion pasti merasa kecewa, entah pada dirinya atau pada fakta jika Juanda melupakannya."
Hellio merangkul tubuh Rayu dan menepuk pelan kepala kekasih mungilnya itu. Mereka bertiga tumbuh bersama wajar jika perasaan sedih Marlion bisa mereka rasakan. Tidak ada yang tau bagaimana perasaan Marlion sekarang memang. Tapi keduanya paham Marlion butuh waktu sendiri karna kesedihannya sudah diambang batas.
Marlion terdiam, tatapannya kosong dan sangat mengkhawatirkan. Namun pemuda itu yakin kekasihnya akan mengingatnya, meskipun tidak sekarang ia hanya ingin Juanda mengingatbya ... Sebagai kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSANA SENJA
FanfictionMARKNO "kata ibu, aku akan selalu menjadi budak yang kotor dan hina. apa aku... masih pantas dicinta?" Juanda "dan sekotor apapun dirimu, tidak akan pernah ada yang namanya tidak pantas dicinta. kamu memiliki cinta itu juanda... dan saya salah satu...