Pembantu Gratis

675 62 1
                                    

Tidak ada yang dapat menggambarkan kehidupan Seline selain kesialan. Bagaimana tidak dia harus menjadi pembantu di rumahnya sendiri, catat rumahnya sendiri.

Sedangkan seseorang yang datang tidak diundang itu berprilaku sesukanya, menyuruh Seline sesuka hatinya. Sayangnya Seline tak dapat melakukan hal lain selain menurut.

Seline menyeka keringat di dahinya, dia menatap lelah pada sosok laki-laki yang sedang tidur di atas sofa dengan kaki terangkat di atas. Seline menggigit bibirnya sendiri, matanya berkaca-kaca. Bukan, dia bukan cengeng sangking marahnya Seline sampai ingin menangis.

"Dia nyuruh gue ke sana-sini beli makanan, dan tu orang tidur?" Seline duduk di atas karpet dengan frustasi.

Dengan kesal Seline mengeluarkan se semua makanan yang baru saja dia beli, lalu memakannya sambil memandangi Rakan kesal. Hingga beberapa menit kemudian mata pria itu terbuka dan menatap Seline heran.

"Itu makanan gue?" Seline tak menjawab. Dia hanya menatap Rakan dengan pandangan sebal.

"Woi!" Rakan yang tak ditanggapi kesal, menghampiri Seline dan menarik es yang sedang Seline minum lalu membuangnya ke sembarang arah.

Seline melotot garang saat melihat minuman rasa mangga yang dia minum tadi sudah tak berbentuk di lamtai, bukan itu saja. Masalahnya sekarang lantainya begitu kotor.

"Gue bilangkan beliin gue makan, bukan lo!" Rakan membentak. Sebenarnya Seline tak heran karena dia sendiri tau bagaimana sifat asli Rakan, tetapi rasanya tetap menyebalkan.

"Kan lo tidur." Seline mulai melunak. Dia juga tak mungkin menyerahkan dirinya di tangan antagonis sialan seperti Rakan.

"Alesan lo sialan!" Rakan menginjak semua makanan yang Seline beli hingga berantakan bahkan sampai ada yang terkena baju Seline.

Melihat itu mata Seline sukses mengeluarkan cairan beningnya. Dia menatap sedih pada makanan yang tidak bersalah itu. Satu yang dia sadari Kembali, dia tak dapat melawan seorang Rakan. Antagonis yang dia ciptakan.

***

Seline sejak tadi diam, bahkan di meja makan pun. Dia tak menunjukkan ekspresi apa pun selain datar. Insiden siang tadi cukup membuatnya sakit hati, dan pelakunya saat ini sedang duduk di depannya sedang makan tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Seline mengaduk makanan yang baru dia buat beberapa menit. Dia masih bingung bagaimana cara mengirim Rakan kembali pulang. Dia sungguh tak akan kuat jika harus menghadapi sikap Rakan yang benar-benar menyebalkan.

Seline meratapi takdirnya. Kenapa bukan Seno saja si protagonis yang begitu baik hati datang dikehidupannya. Mungkin dia akan tersenyum setiap hari dan merasa diratukan, bukan malah menjadi pembantu dadakan seperti ini.

"Kenapa?" Nyatanya Rakan memang peka. Pria itu menyadari wajah masam Seline sejak tadi.

"Marah sama gue?" Kalian berharap jika nada pria itu akan lembut? Tentu tidak!

Rakan bertanya dengan mata tajam dan suara yang tak kalah sinis. Mendengarnya membuat Seline ingin melempar semua piring di atas meja ini ke wajah tampan pria di depannya.

"Ga!" Seline menjawab tak kalah ketus.

"Jangan tampilin ekspresi sampah di depan muka gue, sialan!" Seline memutar bola mata malas.

Jika biasanya dia hanya melihat tulisan caci maki dan kasar. Sekarang telah berbeda, dia dapat mendengarnya langsung dengan nada yang sangat bersahabat.

Selina menangis dalam hati. Sungguh dia tak sangguh hidup bersama Tuan Antagonis yang benar-benar bertingkah seperti setan!

"Ngantuk!" Seline tersentak kaget dengan suara keras Rakan.

Dia memperhatikan Rakan yang bangkit lalu meninggalkan ruang makan. Dia mengerucuti bibirnya dan berusaha tidak menangis.

"Hidup gue ya tuhan!" Seline menggigit sendok di tangannya berusaha mati-matian menahan makian untuk pemuda tampan entah berasal dari mana itu.

Sungguh Rakan memang memiliki nilai plus untuk wajah. Namun, yang lainnya minus. Benar-benar minus tanpa cela.

"Ini salah gue, andai gue ga usah bikin antagonis yang terinspirasi dengan sifat setan. Mungkin Seno yang bakal dateng ke sini." Seline merebahkan kepalanya di meja, dia meratapi nasibnya yang benar-benar sial.

Seharusnya alih-alih menjadikan Rakan nyata. Lebih baik menjadikan Seno nyata, karena Seline membutuhkan pria so sweet, baik hati, good boy, dan tampan seperti Seno. Bukan titisan makhluk astral seperti Rakan.

"Gue tau lo lagi nyumpahin gue sialan, mending ke sini beliin gue baju!" teriakan Rakan menggema di seluruh ruangan. Bahkan dengan jarak yang jauh pun terdengar begitu jelas.

Seline meringis, sungguh telinganya sangat tidak baik mendengar makian tak bersahabat dari Rakan, pria tampan berhati iblis!

"Iya monyet!" teriak Seline keras.

"Berani lo sama gue?!" Seline mengepalkan tangan penuh kebencian.

"Iya-iya gue ke sana!" balas Seline kesal. Kita tebak sampai kapan penuaan dini akan datang di kehidupan Selina.

Terimakasih yang sudah berkenan mampir

Yuk mohon vote dan komennya guys🤗

I Love You, Tuan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang