Seline bersyukur saat menemukan kaos oversize di dalam lemarinya. Dia menatap jengah pada Rakan yang sejak tadi menatapnya datar. Bukan itu masalahnya, Seline sedang berdandan otomatis terganggu.
"Kenapa sih liatin gue?!" Seline berteriak kesal.
"Udah jelek pake dandan segala." Jleb sekali. Seline tersenyum miris dengan ucapan Rakan yang memang seperti prediksinya. Lagi pula sejak awal dia tau jika Rakan memiliki mulut yang minta disekolahkan.
"Iya-iya yang cantik cuma cewek lo!" Rakan mengedikkan bahu tak peduli atas jawaban Seline.
"Ayo ah!" Seline meraih totebag miliknya, melangkah ke luar rumah lebih dulu disusul oleh Rakan di belakangnya.
Tujuan keduanya adalah supermarket serta mall untuk berbelanja semua keperluan Rakan. Memang Seline kesal, namun bukan berarti dia mengabaikan pemuda itu dan membiarkan Rakan terus menggunakan pakaiannya.
Keduanya saat ini menggunakan taksi. Sejak awal perjalanan Rakan jelas memasang wajah songong tanpa senyum yang membuat Seline menutupi wajahnya sendiri.
Sesampainya di mall banyak pasang mata menatap ke arah mereka dengan berbagai tatapan, salah satunya kagum. Yang tentu saja ditujukan pada Rakan yang saat ini masih memasang wajah dingin dengan langkah lebarnya.
Seline menggerutu dalam hati saat berusaha menyamakan langkah lebar Rakan hingga beberapa kali hampir terjatuh.
"Bisa pelan dikit ga sih?!" Rakan menatap sekilas ke arah Seline, lalu berkata. "Mangkanya jangan pendek." Seline memasang senyum paksa. Dia meninju udara saat Rakan kembali meninggalkannya.
Sikap tidak tahu diri Rakan ternyata sampai ke dunia nyata. Bagaimana tidak dengan seenaknya Rakan mengambil baju-baju tanpa memikirkan bagaimana cara Seline membayarnya.
Seline duduk di salah satu kursi, memandangi Rakan yang masih memasukkan baju sesuka hatinya. Seline rasanya ingin berteriak lalu menjambak rambut pemuda tampan itu.
Sepertinya kali ini tabungan Seline benar-benar terkuras habis. Dia tersenyum sedih, nasib seorang pengangguran kaya raya.
"Bayar." Rakan menunjuk ke arah kasir yang sudah penuh dengan bajunya dengan dagu.
"Iya Tuan Antagonis." Seline melangkah dengan kaki dientakkan untuk menyalurkan rasa kesalnya.
Saat dia menoleh dia melihat Rakan sedang duduk sambil menatap sekeliling dengan wajah datar andalannya. Seline menggerutu dalam hati, padahal di dalam novel Rakan dengan ikhlas memberikan semua uangnya dengan sang protagonis. Lalu di sini dia malah menghabiskan uang Seline.
***
Ternyata tidak berhenti di situ saja. Setelah membeli belanjaan bulanan dengan seenaknya Rakan memasukkan makanan yang menurutnya menarik atau dia sukai.
Dengan seenaknya juga Rakan mengeluarkan kembali camilan milik Seline hingga keduanya tak berhenti berdebat dan menjadi pusat perhatian.
"Plis deh Rakan, lo itu udah ngabisin duit gue sekarang ngelarang gue?" Seline mengacak rambutnya frustasi.
"Suka-suka gue. Lagi pula gue di sini juga karena lo!" Bahu Seline melorot lesu.
"Ya, lakuin sesuka lo. Muak gue!" Seline mendorong troli ke arah Rakan, lalu pergi ke arah kasir lebih dahulu.
Bukannya merasa bersalah, Rakan dengan seenaknya kembali memasukkan semua makanan kesukaannya.
"Bayar." Rakan kembali mendorong troli ke arah Seline, lalu ke luar dari minimarket lebih dahulu.
"Pacarnya, Mbak?"
"Perampok," balas Seline asal menjawab pertanyaan dari mbak-mbak kasir.
***
Kulkas penuh dengan berbagai jenis makanan milik Rakan, dan terisi beberapa milik Seline. Seline hanya mampu menatap sedih ke arah kulkas serta meja yang berantakan karena ulah Rakan.
Entah apa dosanya sampai harus tuhann berikan seseorang seperti Rakan. Dia tau ini salahnya karena telah menciptakan Rakan, namun dia sama sekali tak berharap karakter buatannya menjadi nyata.
Jika mungkin pun dia lebih memilih Seno. Seorang tokoh khayalannya, tokoh yang dia buat dengan sikap lelaki impiannya. Namun, Rakan yang hadir malah menjadi boomerang bagi dirinya.
"Rakan!" Seline memanggil Rakan yang masih asik memainkan ponselnya, ralat ponsel milik Seline.
Rakan mendownload game, bahkan menonton vidio dari ponsel milik Seline. Sebenarnya dia sempat meminta untuk dibelikan, tetapi uang tabungan Seline benar-benar menipis, rasanya Seline ingin menangis saat mengingat uangnya habis dengan hal-hal yang tidak penting.
Memang Seline terlahir menjadi anak orang kaya, semua kebutuhannya terwujudkan. Namun, Seline sejak kecil diajarkan agar hidup prihatin, dan hidup sederhana.
Berbeda dengan karakter Rakan yang dia buat. Rakan memiliki sikap angkuh, kasar, dan bermulut pedas. Bukan itu saja, dia menggambarkan Rakan sebagai seseorang yang boros, pemalas, dan menjengkelkan. Lalu sekarang seseorang yang menjengkelkan itu berada di depannya.
"Kenapa?" Rakan meletakkan ponsel Seline di meja, duduk di kursi tepat di depan Seline.
"Tolong beresin semua makanan lo, gue capek!" Rakan menaikkan sebelah alisnya.
"Gue?!" Seline mengangguk saat Rakan menunjuk dirinya sendiri.
"Males, lo kan babu gue." Rakan pergi dari sana, meninggalkan Seline yang wajahnya telah memerah seolah akan meledak.
Mungkin jika di dalam film kartun saat ini telinga Seline sudah mengeluarkan asap, dan kepalanya bertanduk.
"Rakan sialan!" teriaknya hingga menggema ke mana-mana.
Sedangkan pelakunya? Tentu merasa sama sekali tak peduli.
Hai
Selamat datang bagi yang baru bergabung membaca
Semoga kalian suka dengan cerita aku dan jangan lupa vote dan komen.
Tencuuuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Tuan Antagonis
Ciencia FicciónSeline hanyalah gadis yang polos dalam masalah percintaan, bahkan gadis itu sama sekali tak pernah menjalin hubungan seumur hidupnya. Walau begitu Seline selalu bermimpi tentang Pangeran baik hati yang dapat mencintai pasangannya dengan tulus. Kare...