Lenyap Kau Antagonis!

1.7K 88 1
                                    

Seorang gadis dengan piama serta kaca mata yang bertengger manis di hidungnya menguap malas. Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sayangnya gadis dengan rambut dikucir asal-asalan itu belum sama sekali berniat untuk tidur.

"Jahat-jahat begini Rakan juga idaman kaum hawa kali!" Seline menggerutu kesal melihat komentar salah satu pembacanya tentang sang antagonis. Bahkan ada yang menyarankan Seline untuk melenyapkan antagonis yang tidak berguna itu.

"Lenyap kau antagonis, sialan author kurang kerjaan banget nyiptain antagonis yang jahatnya melebihi iblis!" Seline melepas kaca matanya, mengucek matanya dengan malas.

"Yang namanya antagonis jahat kali, yang baik noh tukang martabak di seberang yang suka ngelebihin toping!" Seline ikut-ikutan emosi membaca komentar pembacanya.

"Lagi pula kan Rakan gue ciptain biar ni cerita agak berguna dikit. Walau ya, agak enggak berguna."

Seline mengakui komentar dari pembacanya, jika Rakan dalam novel yang dia tulis sama sekali tak berguna. Bagaimana tidak, seharusnya Rakan itu tak perlu hadir dalam kisah romantis antara Lala dan Seno.

Bahkan Seline sengaja menciptakan Rakan sebagai antagonis yang tidak jelas, bagaimana tidak dia sengaja mengacau hubungan kedua pasangan itu hanya karena malas melihat orang lain merasakan bahagia.

Walau sebenarnya ada kisah yang belum Seline masukkan ke dalamnya. Jika sebenarnya Rakan memiliki trauma, dia juga tidak asal berbuat jahat kepada Lala dan Seno. Dia melakukan semua itu karena memiliki sebuah alasan.

Seno adalah saudara tiri Rakan. Sejak kecil Rakan selalu menjadi bayangan bagi saudara tirinya itu, bahkan Rakan selalu menanggung hukuman atas kesalahan yang Seno perbuat.

Untuk Lala, Rakan pernah menyukai Lala saat SMP. Sayangnya Lala menolaknya dan mempermalukan Rakan, dan hal itu membuat Rakan dibully setiap harinya.

Sebelum menjadi Rakan sang antagonis, Rakan hanyalah anak culun malang yang tidak pernah mendapat keadilan. Lalu sekarang Rakan membuat keadilan atas hidupnya sendiri, walau dengan jalan yang salah.

Bukankah rata-rata novel seperti itu. Sang antagonis tercipta karena sebuah luka masa lalu. Lalu mengapa semua orang memakinya karena menciptakan Rakan!

"Gini-gini gue buat visual Rakan enggak ngotak, anjir!"

"Tapi tenang aja, gue bakal buat ending paling romantis untuk Lala dan Seno." Seline tersenyum bangga.

Dia yakin setelah memakinya semua pembacanya itu akan memujinya karena telah menciptakan karya luar biasa, persetan dengan tokoh antagonis bernama Rakan itu. Lagi pula ini hanya sebuah fiksi yang dia khayalkan. Setelah cerita ini tamat pasti semua orang akan melupakannya juga.

"Mending lo buat mati aja tuh antagonis author. Aelah bloon bener nih orang!"

"Sialan! Bloon-bloon gini gue bisa ya nulis karya yang buat kalian kejang-kejang!"

Percayalah dibalik wajah polosnya Seline ini hanyalah gadis dengan kesabaran setipis tisu. Lagi pula siapa yang tidak marah jika pembacanya sendiri membicarakannya seperti itu. Walau kadang-kadang Seline mendapat pujian.

"Gue sumpahin lo pada! Semoga aja Rakan dateng di kehidupan kalian, biar mampus tuh kalian didatengin antagonis iblis buatan gue!" teriak Seline.

Namun, cepat-cepat Seline membungkam mulutnya. Bisa kacau jika ibunya tau dan memaksanya untuk tidur. Tetapi benar juga, sepertinya Seline butuh tidur. Lagi pula dia yakin besok setelah dia menulis bab selanjutnya semua orang akan memujinya dengan berbagai pujian.

"Tunggu aja!"

***

Seline menggeliat, merasakan cahaya pagi yang menerpa wajahnya hingga membuatnya terganggu. Selina mengernyit, berusaha membuka matanya walau sedikit kesulitan.

Selina emiringkan tubuhnya, memeluk gulingnya yang entah kenapa semakin keras. Seline membuka matanya perlahan. Namun, belum juga terbuka sepenuhnya Seline langsung membelalakkan matanya terkejut.

"Set .... Emhhh!" Seline berusaha memberontak saat bibirnya dibungkam oleh tangan besar secara paksa.

Bagaimana tidak terkejut. Bagaimana bisa di depannya ada seseorang pemuda tampan, ralat sangat tampan. Yang lebih parah pemuda itu saat ini juga sedang tidur di ranjang yang sama dengannya.

"Sialan siapa lo, anjing!" Seline beringsut mudur, sayangnya karena tidak tepat tubuh kecil gadis itu langsung terjatuh cukup keras ke lantai.

"Ngapain lo di sini, Setan!" Seline mengedarkan pandangannya. Dia tak salah lihat, ini kamarnya.

"Lo yang ngapain ke sini!" Pria itu ikut mengedarkan pandangan, lalu mengernyit saat merasa tempat yang dia tempati sekarang cukuplah asing.

"Kok gue bisa di sini, bangsat!" Seline meringis menggosok telinganya. Sungguh ucapan yang sangat sopan.

"Mana gue tau, ini rumah gue. Mulut lo dijaga dong, ini rumah orang!" Seline ikut berteriak sangking kesal sekaligus terkejut.

Bagaimana tidak terkejut saat tiba-tiba ada pria tampan yang berada di kamarnya, bukan hanya itu bahkan berada di atas ranjang yang sama dengannya.

"Lo mau maling, ya?!" Seline bangkit, mengangkat lampu belajar miliknya sebagai alat pertahanan.

Pria asing itu juga ikut bangkit, lalu menatap malas ke arah Seline yang masih menatapnya was-was.

"Gue orang kaya, enggak butuh harta dari orang miskin." Seline melebarkan matanya tak terima. Bagaimana tidak, seenaknya sekali membicarakannya sebagai orang miskin.

Lihatlah rumah Seline cukup besar, lagi pula kedua orang tuanya cukup terpandang di negaranya. Seline meletakkan lampu belajarnya, berusaha membuka pintu kamarnya lalu berlari ke luar.

"Mama ada maling!"

"Papa!" Seline berteriak kesetanan.  Ini tentang nyawanya, bagaimana jika pria asing itu mencoba membunuhnya dan menjual organ tubuhnya?

"Mama!" Seline sudah menangis. Dirinya berlari ke sana kemari mencari kedua orang tuanya. Sialnya semuanya tak ada di mana-mana.

Sialnya lagi Seline semua pembantu Seline sedang pulang kampung, dan saat ini dirinya sedang sendirian!

"Mama!" Seline duduk di lantai dengan dramatis. Lalu matanya melebar saat melihat pria asing itu berjalan menuruni tangga menuju arahnya.

"Lo harus buat gue balik!" Seline menutup telinganya.

"Pulang sono lo, gue enggak kenal!" Pemuda itu berdecih sinis, lalu duduk di meja makan sambil menatap malas ke arah Seline yang masih sibuk menangis.

"Makhluk jelek kayak lo, kenapa bisa di sini sih?" Seline menatap tak percaya pria asing itu.

Bagaimana biasa ada yang mengatakannya jelek. Ya walau tidak begitu cantik, tapi Seline juga tidak jelek-jelek amat kok.

"Ini di mana?" tanyanya.

"Indonesia," jawab Seline dengan sesegukan.

"Fiks ada yang enggak bener."

Setelah ini Seline tau hidupnya tidak akan berjalan mulus. Semuanya dimulai dengan kedatangan manusia seperti Alien yang selalu membuat hidup Seline penuh dengan penderitaan.

Catat

Penderitaan!


Hai perkenalkan aku Dilla
Kalian bisa sebut aku Moma, karena aku Momanya semua tokoh aku hehe.

Ayo follow sebelum membaca. Ramaikan juga agar aku sering update keseruan antara Seline dan juga Rakan.

Yuk ikuti kisahnya!

I Love You, Tuan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang