Baper?

577 48 2
                                    

Seline sudah sembuh seratus persen, bahkan gadis itu sudah bisa mengomel melawan sikap semena-mena Rakan yang membuatnya selalu merasa naik darah. Baru satu hari merasa senang karena Rakan bersikap baik, ternyata pemuda itu kembali menyebalkan seperti biasanya.

Seline tak pernah mempermasalahkan saat Rakan tidak membantunya atau meremehkannya. Sayangnya tidak semudah itu. Rakan tidak hanya sekadar membullynya, pemuda itu membuat Seline kesusahan dan merasa lelah seharian karena membereskan kekacauan yang pemuda itu buat.

Sudah banyak sekali benda-benda antik ibunya yang pecah atau rusak karena ulah Rakan. Seline tak tau, bagaimana nasibnya ketika kedua orang tuanya pulang.

Tidak hanya itu, Rakan sengaja makan dan minum di sofa dan berakhir sofanya terkena saus atau tumpahan minuman. Melihat semua itu membuat Seline merasa ingin menangis saja.

"Plis Rakan, ini rumah orangtua gue, bisa enggak sih lo itu bersikap normal dikit?" Rakan menggeleng sebagai jawabannya. Tidak hanya itu, Rakan memasang wajah cuek tanpa rasa bersalah.

"Aaaaa muak gue!" Seline bangkit setelah berteriak kesal. Dia memilih pergi dari sana, sepertinya Seline perlu menjernihkan otaknya, jika seperti ini mungkin besok Seline akan gila.

Rakan memandang tak peduli punggung Seline yang sudah mulai hilang dari pandangannya. Dia merebahkan tubuhnya di sofa, merasa bosan karena seharian berada di rumah. Sebenarnya Rakan sengaja bersikap seperti ini, dengan harapan Seline peka untuk mengajaknya ke luar untuk melihat dunia. Sayangnya Seline tidak peduli sama sekali, ya walau pun sebenarnya salah Rakan karena selalu membuat kekacauan.

Rakan melirik malas pada televisi yang menayangkan sinetron. Dia benar-benar ingin pulang jika begini. Rakan menghela napas lelah, masih penasaran sebenarnya bagaimana cara agar dapat kembali ke dunianya. Karena di sana Rakan meninggalkan banyak hal.

Walau kehidupan di dunianya cukup memuakkan, tetapi Rakan lebih merasa nyaman di sana dari pada merasa jengah sendirian di dunia yang tak dia ketahui ini.

Lamunan Rakan buyar saat melihat Seline menuruni tangga dengan pakaian rapi. Rakan mengernyit saat Seline berjalan ke arahnya, tentunya masih dengan wajah kurang bersahabat.

"Ayo temenin gue ke luar, mau beli makan." Kedua mata Rakan seketika berbinar. Rakan seketika bangkit, berjalan lebar ke arah kamarnya yang tak jauh dari sana.

Seline hanya memperhatikan tingkah Rakan, hingga tak lama pemuda itu kembali ke luar dengan pakaian yang lebih rapi lagi. Walau sebenarnya beberapa pakaian Rakan memang baru saja dibeli.

"Gue tau lo bosen," ucap Seline membuka suara saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil dan hendak melaju pergi.

"Tapi tolong, selagi lo nunggu ngertiin gue." Rakan berdehem singkat membalas Seline. Dia menatap ke depan dengan tatapan tak sabar.

"Karena cepat atau lambat gue tau lo bakal pulang, karena itu tolong nikmatilah waktu sebaik mungkin." Rakan tertegun. Entah kenapa ada yang aneh dari hatinya, seorang ucapan gadis di depannya ini sedikit mengganjal di hatinya.

Seline melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah, tanpa menunggu jawaban Rakan. Seline sendiri paham, karena dia sudah mengerti bagaimana sikap Rakan. Entah di dalam novel, bahkan sampai saat ini.

Rakan juga berusaha tak peduli dengan memperhatikan jalanan yang begitu padat dengan manusia yang melakukan segala macam hal. Seline melirik sekilas, sedikit merasa kecewa karena Rakan seolah masih tidak pernah menerima takdir jika dia berada di dunia yang berbeda.

Karena itu Seline sedikit mengerti, pasti sulit untuk Rakan menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Walau begitu Seline masih tidak bisa memaklumi sikap semena-mena Rakan.

Tujuan mereka kali ini adalah mall. Seline sengaja, dia ingin membeli beberapa potong baju untuknya dan juga  Rakan. Seline juga ingin belanja bulanan untuk kebutuhan mereka berdua.

Rakan sibuk mengekori Seline, ke mana pun Seline pergi Rakan akan setia mengikuti. Seline sebenarnya merasa malu saat beberapa pasang mata menatap dengan berbagai tatapan. Tapi dia berusaha mengabaikan Rakan, walau sejujurnya sedikit menyusahkan.

"Bagus ga?" Seline menyodorokan sebuah kaus ke arah Rakan. Rakan langsung menerimanya, dan mengangguk. "Bagus," komentarnya.

Seline mengangguk langsung membawa baju tersebut ke dalam keranjangnya. Beberapa baju lagi Seline tunjukan kepada Rakan, hingga sang empunya berdecak sebal dan memilih duduk tak jauh dari sana.

Seline melirik sekilas, saat merasa aman akhirnya Selina memilih untuk mencari kebutuhannya saja, apa lagi saat menyadari seperti Rakan sudah mulai merasa bosan.

Seline terkekeh, sungguh lucu saat wajah tampan Rakan menatap dingin beberapa orang yang sengaja meliriknya. Seperti berbeda dengan Rakan yang belum terbiasa, Seline malah sudah merasa terbiasa dengan adanya Rakan. Mungkin karena faktor kesepiannya selama ini.

Lama banget ya aku enggak update
Doain biar bisa kembali menulis seperti biasa.

Bye-bye!

I Love You, Tuan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang