Galuh menghelakan nafasnya panjang saat melihat antrian kue sus yang panjang. Padahal ia sudah bangun jam 5 pagi dan sampai jam set 7 pagi. Tapi apalah daya kue sus kantin tak pernah kehabisan pelanggan. Ia hanya bisa membuang nafasnya panjang dan kembali menguatkan dirinya untuk sabar. Cukup lama ia berdiri di antrian. Kakinya mulai pegal. Perut Galuh mulai berbunyi. Jika di ingat-ingat ia belum sarapan.
"Bu kue sus 5." Ucap Galuh saat sampai di antrian depan.
"Yah maaf kasep kuenya tinggal 3."
"Yah bu enggak ada lagi?" tanya Galuh dengan mimik wajah memelas.
Ibu Diyah— sang penjual kue sus ternikmat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan." Habis maaf ya kasep."
Lagi-lagi galuh hanya bisa mengangguk dan memberikan uang 20 ribu. "Yaudah gapapa bu, bungkus." ucap Galuh.
Bu Diyah mengangguk." Bentar ya kasep." ucapnya sambil memasukkan 3 kue sus ke dalam kantung plastik. Setelah selesai ia langsung memberikan plastik itu ke Galuh.
"Makasih ya bu." ucap Galuh.
Galuh menatap kue susnya. Ia melangkah dengan lemas. Karena 3 kue saja tak cukup. Namun bagaimana lagi? Ia tak tau harus mencari kue sus ini dimana lagi. Alhasil, Galuh hanya bisa berlapang dada dan menerima kekalahannya.
Ia menyusuri koridor yang mulai ramai itu. Netranya menjelajah sekitar hingga tatapannya terhenti pada seorang gadis berambut lurus dengan jepitan kupu-kupu di kepalanya. Tanpa sadar bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil. Perlahan kakinya melangkah mendekati gadis itu namun ia memasang eksperesi datar nan dingin. Saat berpapasan ia langsung melemparkan plastik ke arah Rania hingga membuat gadis itu tersentak kaget dan dengan sigap menangkap plastik itu.
"Apaansih Galuh!" omel gadis bername tag Rania Azzahwa. D
Galuh menghentikan langkahnya lalu menatap Rania datar." Makan."
"Ya jangan di lempar dong! Lo malak siapa ini? Kok bisa dapet? Lo bangun pagi demi ini?" tanya Rania.
"Gue nitip, jangan kegeeran, gue enggak seniat itu." ucap Galuh.
Setelah mengucapkan itu, Galuh langsung pergi dari sana meninggalkan Rania yang kini menatapnya kesal. Gadis itu selalu benci sikap seenaknya Galuh.
"Nyebelin lo! Untung kasih kue sus." Ucap Rania. Ia menatap senang ke arah plastik itu. Sebenarnya Rania dulu tak terlalu suka kue sus. Namun sejak mencicipi punya Tamara kemarin, ia jadi suka. Namun ia terlalu malas untuk mengantri.
"Wih dapet kue sus nih!" ucap seorang gadis yang baru tiba dari belakang Rania.
Rania terkekeh lalu menatap gadis berambut ikal itu." Lo cat rambut lagi? Nanti di omelin pak Kibo loh!" ucap Rania.
Tamara— gadis itu hanya menggedikkan bahunya malas lalu merangkul pundak Rania. "Mau dong satu!" ucap Tamara.
Mendengar itu Rania langsung memeluk plastiknya. "Enggak ya!" ucap Rania.
"Pelit lo!" tutur Tamara.
Rania hanya tertawa lalu merangkul Tamara."Iya nanti di kasih."
"2?"
"Setengah." ucap Rania di akhiri kekehan.
Mendengar itu Tamara hanya mendelik tajam lalu mempererat rangkulannya." Pelit!!!" ucap Tamara.
Sementara dari ujung koridor sudah ada Galuh yang memperhatikan Rania sejak tadi. Ia tersenyum kecil menatap Rania yang kini sedang tertawa.
"Cantik." ucap Galuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Galuh untuk Rania
Teen FictionKarena hidup gue isinya cuma Rania, gadis manis yang selalu jadi arah tujuan gue. -Galuh