02, Cafe 143 ... I Love You!

34 7 2
                                    

Sudah pukul sepuluh malam saat Genta dan keempat karyawannya yakni Ayu, Arin, Jio dan Tia, selesai memastikan kalau kafe sudah siap dibuka tiga hari lagi.

Semua bahan untuk membuat kopi, pastry, cake, dan minuman atau makanan lain yang ada dalam menu sudah disimpan di gudang. Sedangkan di ruangan utama yaitu tempat di mana aktivitas di kafe akan dilakukan, nampaknya juga sudah siap. Bangku-bangku sudah diatur dengan baik agar memudahkan arah jalan pelanggan nanti. Lalu meja kasir diletakan tak jauh dari pintu masuk kafe, bersisian dengan meja counter yang di atasnya dipenuhi mesin pembuat kopi dan satu etalase kaca untuk memajangkan aneka pastry dan cake nantinya.

Pun dengan design kafe yang mati-matian Genta renovasi. Dari yang awalnya bangunan kafe itu sudah sedikit terbengkalai, kini telah berubah menjadi sangat nyaman. Dindingnya dicat krem dan furnitur-furnitur di dalamnya didominasi oleh warna yang senada. Atas dasar ide dari Tia, di beberapa bagian kafe bahkan diletakan tanaman-tanaman yang menyegarkan mata ketika melihatnya.

Genta memanglah seorang bos yang baik dan menganggap karyawan-karyawannya sebagai teman karena kebetulan umur mereka semua tidak berbeda jauh. Oleh karena itu, Genta pun tak ragu-ragu menerima dan merealisasikan aspirasi dari karyawan-karyawannya yang bersifat bagus untuk keberlangsungan kafe. Ketika memilih nama kafe pun Genta meminta saran dari karyawannya dan yang terpilih adalah ide dari Ayu.

Nama kafenya adalah Cafe 143. Ayu sebenarnya iseng saja memilih nama itu karena ketika Genta bertanya padanya apa nama yang bagus untuk kafenya, Ayu sedang senang-senangnya mendengarkan lagu Case 143 milik Stray Kids. Jiwa-jiwa Kpoper Ayu memang sudah mendarah daging, urusan pekerjaan saja yang ia pikirkan hanya tentang Kpop.

Namun ternyata Genta juga sama-sama menyukai Stray Kids. Bahkan bisa dibilang Genta adalah fanboy Stray Kids garis keras. Oleh karena itu, tanpa banyak pertimbangan Genta memilih nama kafe berdasarkan saran dari Ayu. Meskipun sebenarnya, Ayu tidak bisa memberi alasan yang cukup filosofis atas nama Cafe 143, ia hanya memelesetkan judul lagu dari Case 143 ke Cafe 143. Namun untungnya Genta bisa memberikan alasan yang lebih baik dari Ayu.

Kata Genta, Cafe 143 bisa bermaksud sebagai Cafe I Love You. Agak lebay sebenarnya. Namun ada harapan bahwa semoga Cafe 143 bisa memberikan banyak cinta kepada para pelanggan.

Setelah yakin bahwa kafe siap dibuka tiga hari lagi, Genta dan keempat karyawannya bersiap untuk pulang. Namun sebelum itu, mereka berkumpul untuk melakukan evaluasi dan mendengarkan arahan dari Genta untuk acara grand opening nanti. Kelimanya duduk di salah satu bangku kafe dengan muka lelah yang sudah tak bisa disembunyikan.

"Ini semuanya udah siap kan ya buat nanti hari Sabtu?" Genta bertanya tanpa melihat wajah keempat karyawannya. Ia malah melihat catatan bertuliskan daftar persiapan grand opening Cafe 143.

Jio menimpali, "udah sih, Bos, kayaknya."

"Heem, paling cuma itu temen-temen lo, Ta," ujar Tia. Sebelum bekerja pada Genta, Tia memang sudah berteman dekat dengan Genta. Makanya ia terdengar sangat akrab saat berbicara dengan Genta. "Gue belum dapet kepastian mereka pada jadi gak mau akustikan di sini?" tambah Tia.

Genta terkekeh. "Pasti jadilah, Ti. Itu gue udah siapin alat musiknya, ya kali gak jadi." Laki-laki itu menunjuk ke arah pojok kafe, di mana alat musik sudah dipersiapkan dengan lengkap. Dimulai dengan gitar, keyboard, cajon dan beberapa stand mic.

"'Kan siapa tau gitu," jawab Tia sambil merasa kalau pertanyaannya tadi memang ambigu.

Ayu setuju dengan Tia. "Bener tau, Bos. Temen-temen lo udah pasti dateng 'kan? Gak bakal ada yang tiba-tiba gak hadir?"

"Awas aja sih kalo mereka gak hadir. Gak gue bukain gerbang kost-an entar," jawab Genta.

Keempat karyawan Genta terkekeh mendengarnya.

LOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang