29, Our Happy Ending.

21 1 0
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Baik itu Julian atau pun Ayu, tidak ada satu pun yang merasa mengantuk. Namun posisi mereka sudah berganti. Mereka tidak lagi duduk di sofa di dalam apartemen Julian. Sekitar satu jam yang lalu, mereka menggusur dua kursi makan untuk mereka duduki di balkon. Dan di posisi mereka sekarang, mereka bisa melihat langit malam begitu cerah. Mereka jadi tidak sabar untuk melihat kembang api.

Setelah memutuskan untuk menginap, Ayu mengganti celana jeans-nya dengan celana tidur bermotif kotak-kotak milik Julian agar pakaiannya lebih nyaman. Julian bilang kalau ia tidak pernah memakai celana itu sejak ia membelinya karena kekecilan. Tapi kalau Ayu yang memakainya, tetap saja celana itu harus Ayu lipat agar tidak terlihat kebesaran.

Julian mengeluarkan semua cemilan yang tadi ia beli sepulang bekerja. Namun sekarang semua camilan itu tidak bersisa. Dirinya dan Ayu tanpa sadar menghabiskan semua snack dan minuman kemasan sambil mengobrol di balkon. Oleh karena itu, beberapa saat yang lalu, Julian masuk ke dalam apartemennya untuk mencari camilan lain. Untungnya ia mendapatkan sepotong buah melon di kulkasnya. Jadilah sekarang Julian dan Ayu memakan melon di balkon sambil lanjut mengobrol.

Obrolan mereka sebenarnya tidak ada yang begitu penting. Saat masih duduk di dalam apartemen, mereka menggunjingkan Hana dan Juna. Meskipun Hana tidak pernah mengaku, tetapi Julian dan Ayu sama-sama berpikir kalau Hana memilih untuk kuliah di luar kota adalah karena Juna. Keduanya berpikiran seperti itu karena setelah Juna lulus kuliah, ia kembali ke kota asalnya karena mendapatkan pekerjaan di sana. Lalu beberapa bulan setelah itu, Hana menyusul pergi ke kota asal Juna untuk berkuliah. Keduanya jadi penasaran dengan hubungan Hana dan Juna. Namun keduanya tetap tidak mendapatkan jawaban.

Beres menggunjingkan Hana dan Juna, mereka pindah ke balkon. Hal yang pertama mereka obrolkan di sana adalah soal beruntungnya mereka tidak jadi melihat kembang api di alun-alun kota. Sebab mereka melihat di bawah sana lalu lintas terlihat sangat padat. Orang-orang seperti berhamburan keluar dari rumah untuk merayakan tahun baru. Pasti sangat melelahkan jika mereka ikut-ikutan merayakan tahun baru di luar.

Lalu sekarang tiba-tiba saja Julian mengganti topik pembicaraan lagi saat melihat Ayu dari samping. Ia mengelus ujung rambut Ayu, kemudian memilinnya. "Kamu potong rambut kamu lagi, ya?"

Ayu mengangguk dengan pipinya yang menggembung. "Cuma potong dikit buat rapiin," ujarnya tetap jelas meskipun mulutnya penuh dengan buah melon.

Julian mengelus rambut Ayu, kemudian menyimpannya ke belakang kepala Ayu. Sekarang, panjang rambut Ayu sedikit di bawah bahu, tidak sependek saat mereka awal pacaran. Dan Ayu sudah mempertahankan panjang rambutnya ini untuk waktu yang lama karena menurutnya enak. Tidak terlalu pendek dan masih bisa ia gulung rambutnya saat membuat cake, juga tidak terlalu panjang dan membuatnya sering merasa gerah. Sedangkan menurut Julian, panjang rambut Ayu yang setengah-setengah seperti ini membuat Ayu terlihat makin cantik dan Julian suka memainkannya.

"Mulai deh kamu mainin rambut aku," ujar Ayu.

Julian langsung menyingkirkan tangannya dari rambut Ayu, tidak ingin Ayu ngambek padanya. Ia bergeming hanya melihat Ayu.

Lalu tiba-tiba Ayu balas menatap Julian. Ia seperti ingin bicara tetapi tiba-tiba malah memalingkan mukanya, tidak jadi berbicara pada Julian. Sedetik kemudian, Ayu menatap Julian lagi. "Jul," panggilnya.

Sedari tadi Julian tidak memalingkan mukanya dari Ayu. Ia dengan cepat menjawab, "hm?"

Namun Ayu malah bilang, "gak jadi deh."

"Kamu mau ngomong apa?"

Ayu berdeham panjang, mencari kalimat yang cocok untuk ia tanyakan sebagai pembuka topik pembicaraan yang melintas di otaknya. "Kita pacaran udah berapa lama sih?"

LOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang