05, Setelah Tragedi LOCO.

32 6 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Meskipun jam di dinding kamar Ayu sudah lewat dari pukul satu malam, Hana tetap tertawa cukup keras setelah Ayu menyelesaikan ceritanya. Ia tidak peduli kalau mungkin ia akan dimarahi tetangga akibat tawanya yang cukup keras itu. Menurutnya, cerita Ayu sangat sayang kalo tidak ditertawakan. Itu lucu sekaligus memalukan. Tak bisa dipungkiri kalau Hana pun ikut malu atas kejadian yang menimpa kakaknya itu. Ia melirik ke samping, tempat di mana Ayu menenggelamkan wajah dalam bantal.

"Kak," Hana menginterupsi.

Tanpa mengangkat wajahnya, Ayu menjawab, "hm?"

"Sebenernya aku kalo jadi kakak juga pasti malu, sih, ya," komentar Hana. Sedangkan Ayu hanya berdeham-deham saja sebagai jawaban. "Tapi ini gemes banget tahu," lanjut Hana.

Seketika Ayu mengubah posisinya menjadi duduk, mensejajarkan diri dengan Hana. Ekspresi Ayu tetap memelas, bukan sedang berharap melainkan sedang menahan rasa malu yang entah mengapa tak kunjung hilang. "Gemes dari mana?" tanyanya dengan greget.

"Nanti kakak sama Mas-mas Muka Kucing bisa ngomong gini 'Nak, dulu mama sama papa ketemunya pas-'"

Belum selesai Hana dengan kalimatnya, tiba-tiba saja Ayu langsung menghajar adiknya dengan bantal. "Mama papa, mama papa, apaan mama papa, hah?"

LOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang