23, I'm Deal With My Problem.

14 3 0
                                    

Semuanya kembali seperti semula. Setelah dirasa sudah sembuh total, Ayu kembali bekerja di cafe Genta. Ia juga kembali berjualan dan menerima pesanan cake yang datang padanya. Namun kali ini, ia tidak menerima semua pesanan karena tidak yakin waktu yang ia miliki akan cukup untuk membuat semua pesanan tersebut. Jadi, setiap harinya Ayu hanya membuat beberapa pesanan saja, sehingga ia masih punya waktu untuk beristirahat.

Julian pun masih bekerja di klinik. Ia masih harus belajar banyak untuk bisa menjadi dokter hewan yang baik. Untungnya di klinik tempat Julian kerja, kasus pasiennya cukup bervariatif. Jadi, Julian belajar hal baru setiap harinya. Ya, mungkin hal ini bisa dijadikan alasan Julian apabila nanti ayahnya meremehkan lagi soal tempat kerjanya.

Tentang Julian dan ayahnya Julian tidak tahu harus mulai memperbaiki hubungan mereka dari mana. Kalau ia mengajak ayahnya untuk mengobrol lagi, meluruskan kesalahpahaman Julian, yang ada nantinya mereka malah akan semakin bertengkar. Julian selalu ingat kalau sifat ayahnya itu cukup keras dan Julian pun selalu bersikap sama.

Namun jika Julian mencoba untuk mengobrol dengan dokter Rinjani sepertinya akan lebih mudah. Rinjani sepertinya tidak sekeras ayahnya. Selain itu, ia juga harus meminta maaf pada wanita itu.

Dengan ragu Julian mencari kontak dokter Rinjani lalu mengetikkan pesan untuk wanita itu. Jujur, saat mengetik, Julian sedikit kebingungan. Dengan sebutan apa Julian harus memanggil dokter Rinjani? Ia tidak bisa memanggilnya mama seperti yang ayahnya inginkan, tetapi jika memanggilnya tante, Julian rasa itu lebih aneh.

Sial, tapi memikirkan sebutan untuk Rinjani ternyata malah membuang-buang waktu Julian. Akhirnya Julian membiarkan tangannya bergerak, mengirimkan pesan pada Rinjani, tanpa memikirkan apakah pilihan katanya sudah tepat atau belum.

 Akhirnya Julian membiarkan tangannya bergerak, mengirimkan pesan pada Rinjani, tanpa memikirkan apakah pilihan katanya sudah tepat atau belum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Dan disinilah Julian sekarang, berlarian dari tempat parkir cafe 143 menuju pintu cafe. Jam baru menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit, tetapi lewat jendela cafe yang besar, Julian bisa melihat kalau Rinjani sudah ada di dalam. Ia tak tahu kalau wanita itu akan datang lebih awal.

Julian membuka pintu dan sedikit kaget saat mendapati Ayu ada di balik kasir. Ia langsung menghampirinya untuk memesan kopi. "Hai, Ay," sapa Julian.

Ayu memelotot pada Julian. Ia menepuk lengan laki-laki itu dan berkata, "Julian, jangan bilang kalau perempuan yang duduk di dekat jendela itu dokter Rinjani?" Ya, ia sedikit mengingat wajah dokter yang memeriksanya saat ia masuk IGD. "Kamu mau ketemuan sama dokter Rinjani di sini?" tanyanya tak percaya.

Julian tersenyum. "Maaf, aku gak kasih tahu kamu dulu. Dokter Rinjani yang minta ketemu di sini."

Ayu menganggukkan kepalanya dengan khidmat. "Kalo gitu kamu mau pesen apa? Ice vanilla latte? Anyway, tadi dokter Rinjani udah pesen duluan."

"Iya, latte aja, Ay," ucap Julian. Lalu ia melirik etalase di samping kasir. "Itu ... tiramisu?" tanya Julian.

"Iya," ucap Ayu. "Mau?"

LOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang