EMPAT

323 13 0
                                    

Sudah hampir dua minggu Gia ada di rumah Pras. Tepatnya, sudah sepuluh hari dia di sini. Gia sebut rumah Pras sebagai Sarang Serigala. Gia sudah hapal rutinitas di sini. Hampir duapuluh empat jam tidak pernah sepi. Berbagai preman dan begundal silih berganti datang. Ada yang bermain, melapor, atau menerima perintah. Kebanyakan adalah perintah menjaga sesuatu atau menagih. Semacam debt collector. Seperti yang dilakukan terhadap keluarga Bu Sapto.Gia penasaran, apakah ada orang gila lainnya seperti Pak Sapto yang dengan sembarangan menggadaikan anaknya. Jika ada, apakah dia akan berakhir seperti Gia? Berakhir melayani Bos Preman kejam yang berkali-kali memaksanya bersetubuh dengan kasar. Membuat Gia memohon-mohon ampun agar Pras berhenti. Namun Gia hanya bisa jengah ketika perlawanannya berubah menjadi hasrat. Gia benci mengakui bahwa tubuhnya sudah mulai menerima Pras. Setidaknya hatinya tidak.

Apakah, Gia akhirnya mengalami sebuah kelainan? Maksudnya, tidak ada wanita yang bergairah melakukan itu dengan orang asing kan? Apalagi jika orang itu melakukan tindakan kekerasan. Ini di luar batas norma yang Gia tahu. Gia merasa lama-lama dia bisa menerobos batas kewarasannya sendiri. Syukur bagi Gia sementara ini, sudah satu minggu Pras tidak ada di sini. Katanya sedang ada keperluan di luar kota. Gia tidak peduli, yang jelas Gia ingin mengembalikan kewarasannya.

Rumah Pras jauh dari pemukiman, bagian depan halaman rumah disulap menjadi bengkel dan cuci kendaraan, entah untuk usaha atau untuk kedok. Awal-awal Gia kaget karena sekitar sepuluh orang datang suatu hari. Lalu salah satu orang kepercayaan Pras membagi beberapa senjata api rakitan. Ternyata mereka di'titipi' sebuah perusahaan sebuah lahan perkebunan yang menjadi sengketa.

Gia pernah tidak bisa tidur gara-gara melihat seorang pria ditarik masuk ke ruangan di belakang rumah. Lalu beberapa jam keluar digotong anak buah Pras dalam keadaan sekarat.Gia ngeri sekaligus kasihan, apa yang terjadi selanjutnya. Jadi Gia memutuskan selalu tinggal di kamar luas serba putih yang Gia daulat sebagai sanctuary, save haven di sarang serigala. Di mana, ironisnya adalah kamar Pras. Berbeda dengan kepribadian dan penampilan kasar Pras, kamar ini sangat sederhana dan lumayan bersih. Walau beberapa benda diletakan tidak pada tempatnya. Bahkan Gia kaget karena ada beberapa buku di kamar Pras. Gia membaca beberapa untuk menghilangkan bosan. Ada novel fiksi fantasy terjemahan, ada kamus, ada ensiklopedia tentang pesawat. Ini benar-benar milik ketua preman itu?

Suara ketukan membuyarkan pikiran Gia. Gia melihat jam. Sudah waktunya Mbok Dar membersihkan kamar.Gia membuka pintu. Tapi dia terkejut bukan Mbok Dar yang datang. Seorang cowok yang mungkin seusia dengannya mengetuk pintu. Cowok itu berpenampilan urakan. Tipikal anak buah Pras lainnya, hanya saja wajahnya lebih kalem. Sedikit. Ah Gia ingat, dia salah satu orang kepercayaan Pras yang pernah membagi senjata. Gia reflek menarik pintu agar menutupi sebagian besar dirinya.

"Gia kan?" tanya cowok itu.

"Emm, ada apa ya?" Jawab Gia defensif, "kalau kamu nyari Pras, dia masih pergi, sejak seminggu lalu."

Cowok itu tertawa "Iyalah gue tahu. Gue kan anak buahnya Pras. Gue tahu dia ke mana."

Gia menelan ludah. Lalu dia ingin ngapain kesini?

"Oh ya, maaf. Lo mungkin belum terbiasa di sini. Kenalin, nama gue Zack" dia mengulurkan tangannya. Gia hanya menatap di balik pintu. Itu sebaiknya diterima nggak sih? Dengan takut-takut, Gia membalas dengan cepat. Nyaris seperti bukan jabat tangan.

"Lalu.. mau kamu?" tanya Gia.

"Ah iya! Mbok Dar hari ini nggak enak badan, jadi nggak kemari dan nggak ada yang masak. Jadi gue yang akan ngajak lo makan di luar!" ujar Zack.

"Eh..." Gia gelagapan "anu... Aku nggak makan juga nggak apa-apa."

"Aduh, jangan gitu lah. Ini perintah Pras. Entar gue kena amuk dia."

Vices's TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang