Matahari pagi masuk melalui sela-sela jendela kaca yang lebar. Badan Gia hangat. Ia membuka matanya lamat-lamat. Gia bangun, berusaha mencerna ada di mana dia sekarang. Sebuah ruangan putih luas, berlantai kayu gelap. Jendela merangkap pintu terbuat dari kaca menampilkan balkon dengan kayu rotan dan banyak pot berisi tanaman tropis hias daun. Seperti diluar itu adalah hutan hujan tropis mini. Gia bangkit dari ranjang tempat dia tidur.
"Aduuuh." Gia meringis, daerah selangkangan dan kewanitaannya sakit sekali. Tubuhnya merasakan nyeri. Kepalanya pusing. Perasaan Gia mencelos. Dia ingat semua yang terjadi padanya tadi malam. Semuanya bukan mimpi walau Gia berharap demikan.Ini mimpi buruk yang nyata. Namun yang dia ingat, dia melakukanya di ruang depan. Lantai dasar. Sofa dekat meja billiard. Kenapa tiba-tiba dia bisa tidur di ranjang luas ini?
Tapi bagi Gia sekarang bukan kenapa dia bisa teleportasi ke kamar yang membebani pikirannya, namun apa yang akan selanjutnya terjadi padanya. Diperkosa sudah bencana paling besar bagi Gia. Bagaimana mungkin dia bisa bertahan menjadi wanita ketua preman yang bahkan Gia tidak tahu namanya?
Seandainya---Seandainya Gia tidak menolong Bu Sapto---Tidak, tidak! Gia lega keluarga baik itu terbebas sekarang. Keputusan apapun yang dia buat, sebodoh apapun atau sebaik apapun, Gia yakin akan ada jalan keluar. Tapi... Mengingat tadi malam itu mengerikan sekali. Gia membenamkan wajahnya di antara kedua lutut. Meredam emosi apapun yang siap meledak.
"Neng udah bangun?" Suara membuyarkan rasa merana Gia. Gia mendongak, reflek menyembunyikan tubuh telanjangnya dengan selimut. Seorang wanita lebih dari paruh baya masuk sambil membawa beberapa pakaian.
"Ini baju ganti. Tadi disuruh Bang Pras buat ganti Neng," ujar wanita itu sambil menaruh pakaian di lemari.
"Pras?" tanya Gia linglung.
"Iya, Bang Pras yang punya rumah ini."
Oh. Jadi namanya Pras---atau mungkin itu nama panggilan. Ironisnya, Gia mengetahui namanya justru dari orang lain. Gia memandang gerak-gerik wanita itu, lebih karena bingung. Sadar akan perbuatan Gia, wanita itu justru duduk di samping Gia.
"Neng mau mandi? Atau sarapan dulu?". Gia tidak ingin makan. Dia lebih butuh mandi. Seluruh tubuhnya terutama bagian bawah sangat lengket dan membuat risih.
"Saya mandi dulu, Bu?" Gia bertanya nama ibu itu.
"Ah ya nama saya Darti. Panggil aja Mbok Dar. Saya siapin air ya, Neng."
"Iya, terima kasih Mbok."
Gia merasakan nyeri saat berjalan ke arah kamar mandi. Disana ada bathtub dan shower. Gia segera menyiram dirinya dengan shower. Berlama-lama dibawah shower. Berharap bisa melenyapkan kotoran apapun. Walaupun Gia tahu ada beberapa yang tidak akan bisa hilang maupun kembali dari malam itu. Gia masuk ke bathtub yang disiapkan Mbok Dar dengan air hangat. Gia mulai membenamkan kepalanya sambil terduduk meringkuk. Di dalam air, dengan mempraktekan tehnik pernafasan yang dia dapat ketika les berenang sejak kecil, Gia mulai tenggelam dalam pikirannya.
Apa yang dia akan lakukan selanjutnya? Apakah ia akan kembali ke rumahnya seolah tidak terjadi apa-apa? Tidak, Gia tidak ingin ke sana jika Ayahnya masih memilih bersama wanita ilegal itu. Ah, Gia bicara apa. Sekarang lah dia wanita ilegal. Sepertinya ia kena karma. Bagaimana ia bisa bilang hubungannya dengan Pras si Preman Bajingan itu legal? Dia sudah memperkosanya. Tidak ada perjanjian dan pertukaran secara agama maupun negara.
Jika Gia kabur dari sini, apa yang akan dilakukan Pras kepada keluarga Nanda? Jelas Pras tidak akan membiarkan Nanda dan keluarganya begitu saja. Lagipula jika dia kabur dari sini begitu saja, apa yang akan dia lakukan di luar sana? Apakah ia akan 'menumpang' lagi? Lalu membawa sial keluarga lainnya yang baik hati kepadanya. Dan jangan lupakan bahwa dirinya sekarang sudah rusak, lahir batin. Masa depan seperti apa yang ditawarkan kepadanya yang sudah rusak ini? Bahkan Gia tidak berani memimpikan masa depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vices's Touch
RomansaGia harusnya paham bahwa egonya yang naif akan menyeretnya dalam bahaya. Dan bahaya itu bernama Pras; Sang pemimpin para preman di kota Metro Jayatri. Pria itu beringas dan punya kekuasaan di dunia kriminal. Dia lah penguasa para preman Selatan. Ia...