TUJUH

242 8 5
                                    

"Wah Pras, lo tetap bersahaja ya. Panutan umat."

Pras hanya diam tidak menanggapi sambil bersedekap. Menatap tajam lawan bicaranya. Garin. Seorang pria dengan pawakan agak kurus. Penguasa kelompok kawasan Barat, Elang Neraka. Ciri menonjol dari pria ini adalah potongan cepak buzz cut dengan garis di sisinya dan balutan baju bermerk, walaupun itu hanya kemeja dan jeans. Tatto Elang dan lingkaran api terpahat di dadanya kirinya. Tattoo panah api serta huruf B di pergelangan tangannya. Berbeda dengan penampilan dan pekerjaannya, matanya sungguh teduh. Namun juga bisa sangat berbahaya.

Pras dan Garin bertemu di sebuah gedung pertemuan di sebuah restoran yang mereka sepakati untuk mereka sewa dan mengobrol 'santai'. Sebuah tempat yang dianggap sebagai daerah netral. Antara Barat dan Selatan. Beberapa orang mereka juga tampak ikut duduk di satu meja makan. Namun semuanya tampak kaku dan siaga.

"Gue emang nggak bisa ngalahin gaya borju lo." Pras, yang sudah berganti pakaian dengan t-shirt, jaket kulit dan jeans, membalas melontarkan sarkasme.

"Wah gimana ya? Selera gue tinggi sih." Garin tergelak. Lalu ia meminum air putih di sampingnya "jadi, Pras lo ngajak makan malam gini bukan bermaksud kangen-kangenan atau ngritik gaya gue, kan?"

Pras mencondongkan tubuh ke arah Garin.

"Bener." Intonasi suara Pras berubah, dingin dan keji "jauhi daerah dan anak buah gue, Keparat!"

"Sebentar," Garin mengangkat tangannya "ini maksud lo tentang anak buah lo yang jaga perbatasan, yang mampus pas ngedarin narkoba?"

"BENDI BUKAN PENGEDAR, SIALAN LO!!" Pras langsung mengeluarkan Glock nya. Mengarahkan tepat di dahi Garin. Tapi Garin juga tidak selemah Pras kira, Pras merasakan dagunya didorong sesuatu. Sebuah laras handgun. Lalu semua orang bereaksi, mengacungkan senjata api maupun mempersiapkan senjata tajam.

"Lo yang bajingan, Pras. Anak buah gue lo bikin sekarat!"

"Jadi lo dendam? Terus lo bunuh Bendi dan bikin polisi ngarahin moncongnya ke gue?"

"Ngapain gue repot-repot bunuh anak buah lo? Sekalian aja gue ngrangsek ke wilayah lo!"

"Lo udah ngubek-ngubek wilayah gue, Anjing Banci! Lo ngedarin narkoba di wilayah gue, jarah parkir anak-anak gue, bahkan lo ngrebut tender ngawasin proyek di wilayah gue! Lahan lo kering, apa?! Siapa suruh wilayah lo kere?" Pras menekan laras ke dahi Garin semakin kuat.

"Hei, yang lo tuduhin itu nggak bener, Bangsat! Ngapain gue jualan di tempat lo! Soal lahan emang boss proyek yang ngajak gue! Kelompok lo lemah!" Garin mengangkat dagu Pras dengan larasnya semakin kencang. Tinggal menarik pelatuk, maka dua orang itu seketika akan tewas, atau sekarat. Lalu Perang Kawasan terjadi.

Beberapa orang di ruangan itu menantikan hal ini; jika Pras dan Garin mati, maka kelompok yang menang dalam Perang Kawasan akan mengambil alih segalanya dan memilih pemimpin baru sekaligus menguasai dua wilayah. Tapi sebagian besar anak buah mereka adalah orang-orang setia; berusaha agar ketua mereka tetap hidup.

Pras tanpa aba-aba langsung membogem Garin, membuat Garin tersungkur. Beberapa anak buah Garin mengarahkan senjata ke Pras saat Pras mengarahkan pistol ke arah Garin yang masih jatuh.

"Pengecut!" Maki Garin. Pras lalu mengunci pengaman senjata, dan melempar senjata ke anak buahnya. Danny yang menerimanya.

"Gue ladenin gaya lo, Banci!" ujar Pras. Garin melakukan hal yang sama, diberikan senjatanya kepada anak buahnya yang bernama Yude.

"Tangan kosong, Babi!" Garin bangkit. Lalu menerjang Pras. Pras yang terkejut tidak bisa menghindar banyak walaupun dia cukup gesit. Garin menubruk perutnya. Lalu Pras dan Garin bergumul. Saling melayangkan tendangan dan pukulan. Garin meninju ulu hati Pras dan Pras muntah-muntah. Lalu Pras menendang wajah Garin, dan meng upper cutnya. Darah keluar dari hidung Garin. Walau demikian Garin masih bisa bangkit dan mereka tetap berkelahi seperti acara gulat .Anak buah mereka hanya menonton sambil bersikap siaga. Belum ada instruksi dari ketua mereka untuk bergerak.

Vices's TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang