LIMA

347 13 0
                                    

Gia tahu seharusnya Gia tidak melakukan hal ini. Tapi yang kemarin itu benar-benar membuat Gia tidak bisa melupakannya, dalam hal yang bisa dibilang bagus. Ada semacam kembang api di dada Gia ketika mengingatnya.

Mungkin itu yang dinamakan perasaan yang dialami pasangan yang melakukan malam pertama. Bukan pemerkosaan. Hal yang paling mengejutkan, ketika tubuh mereka menyatu, Pras melakukannya dengan lembut dan hati-hati. Menggumamkan nama Gia, dengan penuh pengharapan dan menghamba. Bahkan, wajah Pras terpatri dalam kepalanya. Lalu hal berbahaya muncul di kepalanya saat ini; ia ingin melihat wajah Pras lagi. Gia menepuk pipinya. Membuatnya ingin tersadar bahwa Pras lah yang membuat hidupnya hancur pertama kali. Namun Gia merasa ada yang aneh. Setelah semua selesai lewat tengah malam kemarin, Pras memakai baju lalu merokok di luar. Pras meninggalkan Gia tanpa bicara. Dingin. Wajahnya hampa. Pras tidak kembali lagi sampai Gia jatuh tertidur karena kelelahan.

"Kenapa Neng?" Mbok Darti bertanya sambil membersihkan kamar "Wajahnya merah loh Neng. Sakit ya Neng?"

Mungkin aku sudah sakit jiwa, batin Gia. Ia menggeleng pelan sebelum menjawab Mbok Darti.

"Panas mungkin, Mbok."

"Mau diademin AC nya?" Mbok Darti sudah akan mengambil remote AC tapi dicegah Gia.

"Nggak usah Mbok, saya mau keluar saja." Gia lalu meraih jaketnya. Berjalan keluar. Dia melihat-lihat sekitar. Mencari sosok Pras. Dulu, dia melakukannya agar bisa menghindar, tapi kali ini apa ya tujuannya? Ada pergeseran maksud. Gia berjalan keluar dan mendapati Zack mengganti oli.

"Oh, Gia. Mau ke mana?" Sapa Zack. Dia mengelap tangannya.

"Nggak ke mana-mana," jawab Gia, tapi matanya yang ke mana-mana.

"Pras subuh tadi pergi jalan di sekitaran sini. Entah udah balik apa belum," ujar Zack seakan paham apa yang dipikirkan Gia.

"Eng... A---Apaan sih. Aku nggak cari dia." Sangkal Gia.

"Nah itu kenapa celingak-celinguk? Lo nyari Pras pastinya. Nggak mungkin nyari yang lain apalagi gue."

"Nggak, ini cuma lihat-lihat kok sepi." Gia tetap berkilah.

"Iya sepi. Soalnya pada canggung semua, trus pulang. Tadi malem kalian rame sih."

Wajah Gia merah padam. Gia paham apa yang dimaksud Zack.

"Ngo---Ngomong apaan sih!?" Gia kelimpungan. Apakah tadi malam benar-benar Gia dan Pras sekeras itu??

Zack tertawa "hahaha becanda kok, yang lain memang lagi sibuk sih. Yah preman nggak cuma luntang-lantung." Zack lalu buru-buru menambahkan ketika wajah Gia yang memerah jadi bingung "Gi, kamar gue itu di lantai dua, deket sama kamar Pras."

"Ah... Oh.. Iya maaf." Gia menjawab canggung. Gia tidak tahu kenapa dia minta maaf, mungkin karena mengganggu tidur Zack.

"Lah kenapa malah minta maaf?"

"I---Itu...Ugh." Belum Gia mencari jawaban, tiba-tiba dari arah depan ada mobil berhenti. Mobil sedan merah. Lalu keluar sosok pria. Gia tidak pernah melihatnya. Pria itu tinggi, mungkin setinggi Pras.

"Hei Zack." Sapa pria itu menghampiri. Ada senyum simpul ketika menyapa Zack.

"Itu Danny. Orang Pras juga," ujar Zack menjawab rasa penasaran Gia.

Untuk ukuran preman, pria bernama Danny ini rapi dan berwajah bersih. Dia memakai kemeja dan celana jeans.Tidak ada tato. Tidak ada piercing. Rambut rapi. Bahkan Gia ragu apakah dia harus menganggapnya preman. Lebih mirip seorang karyawan milenial yang biasa memposting foto liburannya. Danny menatap Gia. Memandang Gia seperti mesin scan. Gia merasa tidak nyaman.

Vices's TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang