12. Holy power

246 35 1
                                    

Tok Tok
(sfx: suara ketukan pintu)

Kriet
(sfx: suara pintu terbuka)

"Selamat datang Baroness Charlotte." Ana membungkuk memberi salam pada Iris yang tersenyum kemudian mengangguk singkat begitu memasuki kediaman bernuansa classic namun elegan dengan begitu banyak ruangan tersebut.

"Panggilkan Tuan dan Nyonya mu, Ana. Bilang pada mereka, aku menunggu di ruang tamu." Titah Iris pada Ana yang tampak gelisah.

"Ta-tapi mohon maaf, Nyonya baru saja akan pergi ke Academy, Baroness." Ujarnya.

Iris berhenti melangkah. Kini menatap tepat kedua mata Ana. "Tolong sampaikan padanya, sebentar saja. Aku ingin membicarakan hal penting."

Ana kemudian mengangguk. Menghilang dari hadapan Iris yang melanjutkan langkahnya menuju ruang tamu. Sementara Ana menemui Rose yang baru saja selesai bersiap dan tinggal berangkat dengan kereta kuda yang sudah menunggu di depan gerbang.

Ana menyampaikan dengan baik apa yang dikatakan Iris. Rose menyetujuinya lalu bergegas menuju ruangan dimana tempat suami nya setiap hari berkutat dengan tumpukan dokumen milik keluarga.

Tak menunggu waktu lama, atensi Iris yang sedang menyeruput teh hangat itu kini beralih pada sepasang suami istri yang baru saja memasuki ruangan. Rose dan Amon duduk di hadapan Iris dengan Ana menuangkan teh kedalam gelas milik Tuan dan Nyonya nya.

"Hal penting apa yang ingin kau sampaikan, wahai adikku?" Amon melepas kacamatanya kemudian menatap adik nya kesal namun hal itu hanyalah sebuah candaan. "Kau tau aku ini orang sibuk."

Iris menyimpan kembali gelas teh nya ke atas meja kemudian bersedekap tangan di bawah dada. "Aku tidak sedang ingin bercanda, Amon. Aku juga tidak punya banyak waktu."

"Oh, baiklah." Amon ikut melipat tangan nya di bawah dada. Sementara Rose mendesah gusar melihat suaminya.

"Hal penting apa yang ingin kakak sampaikan?" Kini berganti Rose yang bertanya.

"Aku akan menceritakan dan menjelaskan nya secara singkat pada kalian berdua." Iris menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskan nya perlahan. "Sebelumnya aku meminta Lamia untuk tinggal bersama ku lebih lama, 'kan? Dan akhirnya sekarang masuk ke Academy. Butuh waktu 4 tahun untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi pada diri Lamia."

Rose sontak menahan nafasnya mendengar ucapan Iris. Akhirnya, yang selama ini selalu ia dan Amon tunggu-tunggu setelah 4 tahun yang lalu Iris bilang ia menemukan sesuatu pada diri Lamia yang selama ini mereka salah mengira.

Sesuatu yang jauh lebih besar. Hal yang mungkin bisa berbahaya bila tidak di pelajari dan bisa sangat membantu dan bahkan bisa menyelamatkan semua orang bila di asah dan di pelajari dengan baik.

"Aku minta maaf karena selalu memaksa kalian untuk menuruti semua ucapan ku. Dari Lamia tinggal bersama ku dan Lamia di tunangkan dengan pasangan Roderick."

Rose tersenyum tipis sembari mengangguk. "Aku percaya kakak melakukan semua hal itu bukan tanpa alasan. Lagipula, Putri kami jadi jauh lebih baik saat tinggal bersama kakak." Kini pelupuk mata wanita berkepala dua itu sudah terpenuhi oleh cairan bening.

Amon yang mengerti perasaan istrinya pun mengusap punggung istrinya. Menyalurkan ketenangan agar Sang Istri selalu tegar. Bukan ia juga tak ingin menangis setiap mengingat dan teramat merindukan putri bungsu mereka. Tetapi ia harus kuat agar bisa menenangkan istrinya di kala sedih. Jika ia ikut terlarut dalam kesedihan, lantas siapa yang akan menenangkan Rose kalau bukan dirinya sebagai seorang suami.

I'll protect my little wife!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang