18. Ambitious Icy

220 27 0
                                    

"Jaga diri kalian baik-baik. Tetaplah sehat. Kalian mengerti?"

Lamia menatap dua bocah di hadapan nya secara bergantian. Walau ia baru bertemu anak-anak itu beberapa jam yang lalu, namun entah kenapa ia bisa merasa sesayang ini pada Leo dan Daisy. Bahkan ia merasa enggan untuk meninggalkan dua bocah itu di rumah nya sendiri. Kalau bisa membawa ke asrama, mungkin sudah ia bawa sedari tadi.

Lamia merentangkan kedua tangan nya kemudian berjongkok. Menyamakan tingginya dengan tinggi mereka. "Kemarilah, peluk kakak." Pinta Lamia yang lantas membuat kakak-beradik itu memeluk Lamia erat.

"Kami akan menunggu sampai Kakak Peri kembali." Bisik Daisy dengan suara imut khas anak kecil nya yang mampu membuat hati mungil Lamia terenyuh.

"Be-benar! Kami akan menunggu kakak." Sahut Leo dengan suara terhisak.

Lamia melepaskan pelukan mereka perlahan lalu menatap Leo dengan alis terangkat. "Astaga, jangan sedih. Kakak lebih sedih karena harus meninggalkan kalian berdua." Tangan nya terangkat mengusap pucuk kepala Leo dengan lembut.

"Aku akan tumbuh tinggi dan besar se-seperti paman agar bisa melindungi Daisy dan kakak." Ujar Leo dengan wajah memerah dan mata sembab. "Aku juga akan menghasilkan uang yang banyak!"

Lamia terkekeh sembari mengangguk. "Tentu saja. Tapi, nikmati lah masa kecil kalian sekarang. Bermainlah, dan lakukan lah apa yang ingin kalian lakukan. Coba apa yang sebelumnya belum pernah kalian coba. Jika penasaran, silahkan bertanya dan jangan menahannya, ya?" Keduanya kompak mengangguk.

"Anak-anak pintar." Lamia kembali berdiri. Kedua tangan nya terangkat-mengusap kepala Daisy dan Leo bersamaan.

Kini tatapan Lamia beralih pada Amon yang sedari tadi setia menunggu giliran nya untuk kembali berpisah dengan putri bungsunya. Pria itu bersedekap tangan di bawah dada dengan bibir manyun cemberut.

Lamia yang menyadarinya akhirnya tertawa pelan. Berjalan mendekati Sang Ayah kemudian memeluk Amon yang terperanjat kaget. Pasalnya baru kali ini Lamia memeluknya duluan setelah gadis itu beranjak remaja. Terakhir kali, saat Lamia berusia balita.

"Jaga kesehatan Ayah. Aku titip adik-adik baruku. Tolong jaga mereka dengan baik." Ujar Lamia pelan nyaris seperti berbisik. Pelukan mereka masih terasa sama seperti sebelumnya. Terasa hangat dan sangat nyaman. "Aku akan mengirim surat begitu sampai di Academy."

Amon balas memeluk Lamia dengan erat. Rasanya ia tak rela melepaskan Lamia kembali ke Academy sialan yang memisahkan ia dengan putri bungsunya itu. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya harus ia lakukan demi masa depan putrinya.

"Hati-hati di jalan, putriku."

🌱🌹🥀

Kriet.
(sfx: suara pintu terbuka)

"Oh, sudah pulang?"

Icy yang sudah duduk di meja belajar nya, menoleh begitu mendengar suara pintu kamar terbuka dan menampilkan teman sekamar nya yang akhirnya pulang ke asrama setelah menghilang dari pagi.

"Ya, aku lelah sekali."

Lamia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur yang terasa sangat empuk. Hanya memejamkan mata beberapa detik saja, mungkin ia sudah bisa tertidur lelap. Kepalanya kemudian menoleh pada Icy yang kembali fokus belajar. Entah apa yang sedang gadis itu pelajari. Ekspresi nya serius sekali.

Lamia meringis pelan. Semoga saja orang tuanya tidak tahu bahwa teman sekamarnya serajin ini dalam belajar. Kalau mereka tahu, bisa-bisa ia kena omel habis-habisan dan pasti mereka memintanya untuk mencontoh Icy atau membandingkannya dengan Icy.

I'll protect my little wife!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang