14. Beginnings

256 32 2
                                    

“Apa-apaan serbuk emas ini?”

Karlo lantas menengadah ke atas langit begitu mendengar ucapan Lucian. Matanya menangkap butiran cahaya berwarna emas, jatuh dari langit. Cahaya yang terasa tak asing baginya.

Ia dan teman sekelas nya baru saja keluar dari gedung kelas dan hendak ke tungku pengujian, menunggu kelas Lamia semuanya selesai menguji dan setelah itu giliran kelasnya.

“Hei! Hei! Kau dengar beritanya? Katanya ada seorang Saintess yang merupakan murid disini!”

“Wow! Saintess? Apakah dari keluarga Herald, lagi?”

“Tidak. Kau tau putri nya Kepala Penyihir menara waktu?”

“Oh astaga, Senior Eunice?”

“Bukan! adiknya! Dia–beliau seusia kita!”

“Astaga, apakah cantik?”

“Sangat cantik dan manis!”

“Beliau single tidak, ya?”

Telinga Karlo tak sengaja menangkap percakapan dua orang pria remaja yang sedang bergosip tak jauh dari mereka. Begitu juga dengan Sedrik dan Lucian yang berada di sebelah Karlo pun ikut mendengar.

Kini Sedrik dan Lucian kompak menatap ke arah Karlo yang memasang ekspresi campur aduk. Seperti cemas namun juga melihat marah ke arah dua anak laki-laki yang tadi dengan lancang menggosipi tunangan nya.

“Hei.” Panggil Karlo membuat dua anak laki-laki itu menoleh kemudian bergidik kaget.

Keduanya serentak memberi salam singkat pada Karlo yang memasang muka seperti akan memakan mereka berdua hidup-hidup. “Lidah mana duluan dari kalian yang harus ku potong setelah dengan lancang nya membicarakan tunangan ku, lalu merasa tertarik?”

Melihat itu Lucian dan Sedrik menggeleng iba. Tamat sudah riwayat dua orang itu jika dibiarkan begitu saja. Bahkan mau mereka minta maaf berulang kali sampai sujud pun, tidak akan meredakan amarah Karlo yang sedang menggebu-gebu.

“Ampuni kami, Yang Mulia!” Ucap keduanya kompak. “Kami tidak tau jika beliau adalah tunangan Yang Mulia!”

“Kalian–”

“Yang Mulia Karlo?”

Suara seorang gadis bersurai merah muda itu dengan berani menginterupsi saat Karlo sedang berbicara. Gadis yang baru saja selesai melakukan pengujian dan kini hendak kembali ke asrama nya karena kelas mereka untuk hari ini telah usai.

Karlo lantas menoleh kemudian memasang senyumnya begitu mendapati Lamia yang berdiri bersama 2 orang teman nya yang juga kini menatap bergantian Karlo, Sedrik dan juga Lucian yang berdeham pelan.

Lamia melangkah mendekati Karlo yang masih setia menatap nya hingga berhenti tepat di sebelah anak laki-laki tersebut. Mata Lamia beralih menatap dua anak laki-laki asing yang berdiri di hadapan Karlo dengan wajah pucat dan keringat dingin.

“Apa yang anda lakukan disini?” Tanya Lamia dengan dahi mengernyit heran.

“Kelas ku juga akan melakukan pengujian kekuatan.” Balas Karlo dengan nada yang berganti lembut. Berbeda sekali dengan saat Karlo berbicara baik itu pada teman nya terlebih lagi pada dua orang perusuh itu.

Lamia mengangguk mengerti. Memang tungku pengujian itu hanya ada satu di Academy ini dan letaknya pun di tengah-tengah antara gedung kelas murid Putri dan murid Putra.

“Lalu mereka berempat siapa? Teman-teman anda?” Tanya Lamia penasaran.

Karlo menggeleng singkat. “Bukan.” Jawabnya santai yang mampu mematahkan hati Sedrik dan Lucian.

I'll protect my little wife!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang