08. Make a wish come true

352 46 0
                                    

"Hai, kembaran."

Seorang gadis bersurai hijau lumut berdiri di ambang pintu dengan tangan kanan yang disampirkan ke pinggang dan tersenyum manis pada Lamia yang melongo kaget.

"Lidya!"

Lamia langsung saja berlari menghampiri putri dari kembaran ibunda nya itu. Putri dari Lily Simpson dan Fred Lartson. Lidya Everyn Lartson. Gadis yang selalu menemaninya bermain di kediaman nya sedari kecil.

"Kau akan tinggal di sini juga?" Tanya Lamia antusias dengan mata berbinar.

"Yap! Ayo sekamar!" Ajak Lidya.

"Ah, sayangnya bukan kalian sendiri memilih teman sekamar kalian." Tukas Eunice membuat kedua gadis yang kini tengah berpelukan itu menoleh, dan memanyunkan bibir mereka kecewa.

"Ayolah kakak, tidak bisakah aku dan Lidya berada di kamar yang sama saja?" Lamia memelas dengan puppy eyes nya namun Eunice tetap menggeleng.

Eunice lanjut berjalan menuju tangga dan perlahan menaiki undakan tangga yang terhubung ke sisi timur dan barat lantai dua.

"Meskipun aku ketuanya. Tapi aku hanya memiliki wewenang menjaga dan membimbing kalian. Tidak untuk mengatur tata letak kamar, adik-adikku." Jelasnya. "Sekarang kalian ikuti aku."

"Eits! Sebelum itu, aku harus memberikan adik hijau ini minuman penyambut juga." Portia lagi-lagi mengangkat jarinya dan muncul lah segelas jus berry dalam genggaman Lidya.

"Selamat bersenang-senang!" Ujarnya kemudian melenggang pergi dari hadapan ketiga bersaudara itu.

"Wah, cantik sekali kakak itu..." Takjub Lidya tanpa sadar yang langsung di tarik oleh Lamia agar mereka tidak ketinggalan langkah kaki Eunice.

Eunice bergerak menuju bagian Timur dengan nuansa lorong yang terlihat sangat elegan. Lagi-lagi Lamia dan Lidya berdecak takjub. Di sisi kanan dan kiri nya terdapat masing-masing 1 pintu kamar.

Meskipun dari depan terlihat kecil daripada gedung asrama lain, namun jika di telusuri kedalam, gedung ini adalah gedung yang di desain paling luas dan megah dari gedung asrama lainnya yang ada di akademi.

Juga arsitektur nya yang sengaja di buat seindah mungkin. Wajar saja, gedung ini memang dikhususkan bagi murid-murid terpilih, yang hanya di pilih langsung atau di rekomendasikan oleh orang-orang tertentu saja.

"Walaupun kalian tidak sekamar, tapi kamar kalian masih berseberangan."

Eunice berdiri di antara 2 kamar yang saling berhadapan. Gadis itu kini berbalik dan menatap kedua adik nya.

"Angel room, akan menjadi kamar Lamia." Eunice menunjuk pintu ganda berwarna putih dengan patung cupid di kanan dan kirinya.

"Lalu Element room, kamar Lidya." Lanjutnya Eunice kini menatap Lidya dan menunjuk ke tangan adik sepupunya itu.

"Bisa tolong tambahkan tanaman rambat dengan bunga yang cantik pada sisi kanan atas kiri pintu, adikku?" Pinta Eunice pada Lidya yang mengangguk setuju.

"Dengan senang hati."

Lidya mengarahkan kedua tangan nya ke arah pintu. Perlahan kedua tangan nya bergerak dari bawah ke atas dengan iris mata berubah menjadi hijau menyala.

I'll protect my little wife!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang