Apakah kabar? Sehat? Sehat donk pasti.
Selamat membaca dan semoga menghibur ❤️
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.Vallen sedang duduk menunggu di kursi dekat gerbang yang memang sediakan untuk para siswa saat menunggu jemputan, kakak kembarnya berpesan untuk menunggu sebentar. Mereka sedang mengurus sesuatu, kakaknya berjanji tidak akan lama. Jadi, sekarang Vallen sedang duduk dan bermain ponselnya sembari menunggu kakaknya selesai dengan urusannya. Lagipula, ia tidak merasa keberatan jika harus menungggu sedikit lebih lama.
Vallen merasakan seseorang duduk di sampingnya. Ia merasakan firasat yang tidak mengenakkan dan benar saja, ada Ryan yang sedang menatap tajam ke arahnya. Vallen membalas dengan wajah datar.
"Apa lagi?"
"Kenapa kamu sekarang dekat dengan si kembar?"
Ah, Vallen lupa jika Ryan belum tahu tentangnya yang sudah menjadi bagian dari Martinez. Tapi ia tidak mau repot-repot memberitahunya.
"Kenapa kamu sangat ingin tahu?"
"Tentu saja, kamu tidak pantas berdekatan dengan mereka."
Vallen membenarkan kacamata, "Kalau aku tidak pantas, jadi menurutmu siapa yang pantas? Kamu?"
"Tentu saja," ucap Ryan dengan percaya diri.
Vallen dibuat terkekeh dengan ucapan Ryan.
"Ini masih siang jadi jangan terburu-buru untuk bermimpi."
"Apa maksudmu?!"
"Tentu saja, bangun! Jangan terus bermimpi," ucap Vallen dengan seringai di bibirnya. Ia yakin, apapun yang dilakukannya ataupun yang ia ucapkan pasti akan selalu salah untuk Ryan. Semakin lama, Vallen merasa Ryan semakin tidak masuk diakal.
"Sialan! Kamu yang seharusnya bangun! Sekarang kamu itu bukan siapa-siapa! Kamu tidak selevel dengan mereka!"
"Jangan seperti itu, kamu terlihat semakin jelek saat marah seperti ini," ejek Vallen.
Ia sudah muak dengan tingkah Ryan yang selalu menyalahkannya. Hidup mereka yang tertukar juga bukan keinginannya. Mana ia tahu jika kehidupannya yang dulu ternyata bukan miliknya. Jadi, Ryan tidak bisa menyalakannya terus menerus. Sekarang, ia sudah mengalah tapi Ryan masih merasa tidak puas atau mungkin Ryan memang tidak akan pernah merasa puas.
Wajah Ryan menjadi memerah karena amarah yang mulai tersulut. Ketika ia ingin membuka mulutnya ia melihat mobil keluarganya yang mendekat dan berhenti tidak jauh dari tempatnya duduk. Keluarlah Matrix dengan setelah rapihnya.
"Kakak," panggil Ryan.
Matrix dan Vallen saling menatap, Vallen memutuskan tatapan terlebih dahulu dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, bersikap seolah ia tidak mengenal satu sama lain.
"Vallen," ucap Matrix.
Vallen tidak menjawab, ia berpura-pura tidak mendengarnya. Jika dulu, mungkin ia akan dengan senang hati menjawab sambil menghampiri Matrix. Tapi sekarang, ia bukan siapa-siapa, hubungan mereka sudah terputus sejak mereka menginginkannya keluar dari keluarga Johnson. Sudah tidak ada Vallen Johnson, sekarang yang ada Vallen Martinez. Keluarga hanya Martinez tidak ada lagi selain mereka.
"Aku tahu kamu mendengarnya," imbuh Matrix yang menatap tidak suka saat Vallen pura-pura tidak mendengarnya. Ryan sudah gelisah di sampingnya. Ia tidak ingin kakaknya menjadi dekat lagi dengan Vallen. Padahal yang tidak diketahuinya, Vallen tidak pernah dekat dengan Matrix maupun anggota keluarga Johnson yang lain. Ia sebenarnya mengkhawatirkan sesuatu yang tidak pernah terjadi.
"Maaf, apakah kita saling kenal?" ucap Vallen dengan wajah tenang.
"Kamu melupakan kami begitu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Cannon Fodder
Teen FictionVallen terbangun dan mendapati ia kembali ke masa lalu. Ternyata ia bukanlah anak kandung dari keluarganya saat ini. Saat mengetahui itu ia menolak untuk kembali ke orang tua kandungnya. Jadi Vallen selalu membuat masalah dengan keluarganya dan meno...