39

18.5K 2.2K 165
                                    

Haloo semuanya, sehat, kan?
Tetap jaga kesehatan dan tetap semangat.

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

"HUWAAAAA."

"Udah, De, Vallen tidak apa-apa," ucap Vallen dengan pelan. Ia belum bisa berbicara dengan keras dan nasal cannula pun masih bertengger di hidung mancungnya.

"Seharusnya, aku yang makannya terlebih dahulu dan mencobanya, jadi kejadian ini tidak akan terjadi."

Vallen tersenyum tidak berdaya. Ia merasa terharu dengan perhatian Deon, tapi telinganya akan terasa sakit jika terus-terusan mendengar tangisan Deon yang membahana.

"De, jika kamu terus menangis seperti ini. Kamu hanya akan menakuti bayi-bayi di sini," ucap Bima.

"HUWAAAA, Vall, lihat! Papi bukannya menghiburku malah mengejekku."

"Sudah, sudah, jangan menangis lagi. Jangan dengarkan ucapan Papi." Riana mencoba menenangkan anaknya. Ia mencubit pelan pinggang sang suami, memberikan kode untuk berhenti menggoda anak mereka. Bima hanya bisa meringis pelan, setelah mendapatkan cubitan sayang dari istri tercintanya.

Vallen mencoba menghibur temannya untuk berhenti menangis.

Baik Bima maupun Riana hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat anak mereka yang cengeng.

Deon akhirnya bisa berhenti menangis. Ia memegang tangan Vallen yang terbebas dari infus.

"Seharusnya, aku tidak membiarkanmu memakannya, lain kali, biarkan aku yang mencicipi terlebih dahulu jika ada makanan yang diberikan padamu. Aku tidak ingin kejadian ini terulang. Sudah cukup, dua kali ini. Aku tidak ingin ada ketiga kalinya, aku tidak ingin melihatmu seperti ini karena udang-udangan! Tidak akan aku biarkan ada udang di antara kita!"

Oke, Vallen merasa jika Deon tetaplah Deon. Deon dengan segala kosa katanya yang unik.

"Iya, iya, De."

"Sayang, apakah kamu benar-benar sudah merasa lebih baik?" tanya Riana, ia sudah mengenal Vallen sejak kecil. Vallen dan Deon tumbuh bersama. Ia juga membiarkan Vallen memanggilnya mami dan sang suami papi seperti Deon memanggil mereka.

Keluarga Martinez dengan pengertian memberikan ruang untuk Vallen berbicara pada keluarga Adijaya. Jadi, mereka semua keluar supaya Vallen bisa berbicara dengan leluasa.

"Iya, Mi, Vallen benar-benar sudah merasa lebih baik."

"Bagus jika begitu, Papi dan Mami ikut senang, lain kali perhatikan apa yang kamu makan, kamu sendiri tahu alergi kamu pada udang seperti apa. Jadi, Papi minta untuk kedepannya harus lebih berhati-hati lagi."

"Baik, Papi."

"Mami membawa buah-buahan, Vallen ingin Mami kupas kan?"

"Boleh, jika tidak merepotkan Mami."

"Oh, tentu saja, tidak akan repot, Mami malahan merasa sangat senang, Mami kupas kan apel dan jeruk, ya."

Riana memberikan jeruk pada sang suami untuk dikupas. Sedangkan, ia mengambil pisau buah untuk mengupas dan memotong-motong apel.

Vallen dan Deon mengobrol dengan ringan, Deon benar-benar sosok teman yang sangat pengertian dan Deon sangat berharga untuk Vallen. Deon satu-satunya teman yang dimiliki Vallen.

Setelah merasa cukup lama menemani Vallen. Keluarga Adijaya memutuskan untuk pulang. Mereka tidak ingin mengganggu Vallen. Saat ini, Vallen masih memerlukan banyak istirahat, jadi mereka pamit untuk pulang dan berjanji, besok akan datang kembali

Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang