23

26.1K 3K 96
                                    

Halo halo,
Ngga bakal bosen Inay tanyain kalian 😁
Sehat semua? Harus donk. Yuk tetep semangat dan jaga kesehatan.

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

Hector sedang di jalan untuk menjemput anak bungsu adiknya. Adiknya bersikeras dan memaksanya untuk menjemput Vallen. Dengan alasan si kembar tidak bisa pulang bersama karena ada bimbingan tambahan, sedangkan Hugo masih ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan. Hugo yang melihat kakaknya menganggur di ruangan kerjanya tentu saja meminta sang kakak untuk menjemput anak bungsunya. Hector masih ingat percakapannya dengan sang adik beberapa saat yang lalu.

"Apa hubungannya denganku," ucap Hector.

"Ayolah, Kak. Tidak ada salahnya, dia juga keponakanmu. Jika ia pulang dijemput supir, aku merasa tidak enak. Takutnya Vallen berpikir aku tidak memperdulikannya."

"Dia anakmu atau anakku?"

"Tentu saja anakku!"

"Jadi, itu bukan urusanku."

"Apa Kakak tidak menyukai Vallen?"

"Omong kosong, apakah aku terlihat seperti itu?"

"Jadi, inilah waktunya Kakak untuk mengenal Vallen lebih baik. Dia anak yang penurut dan tidak rewel. Lagipula, tidak ada salahnya menjemput keponakan sendiri."

"Hugo jangan memerintahku!" tekan Hector dengan nada dingin.

"Aku meminta tolong bukan memaksa, Kak."

"Kamu sudah tahu alasannya."

"Kak, aku hanya ingin Kakak lebih dekat dengan putra bungsuku. Vallen terlihat takut saat melihatmu."

"Aku tidak pandai berurusan dengan anak-anak."

"Jadi, mulailah belajar!"

"Jika Ki—"

"Cukup!"

Perdebatan akhirnya di terselesaikan saat Hector menyetujui untuk menjemput Vallen di sekolah. Mobilnya mendekati gerbang, Hector juga bisa melihat anak bungsu adiknya seperti sedang berbicara dengan seseorang. Hector tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan tapi yang terakhir ia dengar adalah  pria yang ia tebak berumur dua puluhan tahun itu mengajak Vallen untuk ikut semobil dengannya. Mana mungkin Hector menyetujui ucapan pria muda yang ada di depannya. Ia harus berdebat dengan adiknya untuk sampai di sini. Jadi, ia tidak mau datang dan berakhir dengan tangan kosong.

"Pa-paman."

"Hm."

"Anda siapa?" tanya Liam.

"Saya, paman Vallen. Jadi, Vallen akan pulang dengan saya."

Vallen mendapat kode untuk datang mendekat ke arah sang paman. Ia lebih suka ikut pamannya yang terlihat dingin daripada harus ikut dengan Liam. Vallen membuka pintu penumpang di samping supir. Hector sendiri masih menatap datar ke arah Liam. Awalnya Liam masih memasang wajah tenang tapi lama-kelamaan, ia juga merasa tidak nyaman ditatap seperti itu.

Hector memutuskan pandangan saat mendengar pintu mobil yang tertutup kembali. Ia masuk ke kursi pengemudi.

"Pasang safety belt."

"Ah, iya, Paman."

Setelah memastikan Vallen memasang safety belt dengan benar, barulah Hector menyalahkan mesin mobil lalu mobil mulai meninggalkan area gerbang.

Liam menghela napas setelah bebas dari tatap pria yang disebut paman oleh Vallen. Ia ingat jika orang tua kandung Vallen sudah tidak punya kerabat lagi. Dan, ia merasa seperti tidak asing dengan pria yang membawa Vallen.

Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang