4

32.2K 3.5K 58
                                    

Sehat semuanya? Sehat donk pastinya.
Jangan lupa vote dan komen ya,
Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.







Vallen berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum, ini pertama kalinya ia naik kendaraan umum. Tapi Vallen sekarang harus mulai terbiasa, sudah tidak ada lagi mobil yang akan mengantar dan menjemputnya pulang sekolah.

Pakaiannya juga sekarang sudah berubah, tidak ada lagi brand terkenal yang melekat pada tubuhnya. Ia sekarang memakai baju bekas seragam Ryan, ia juga memakai sepatu biasa. Dari ujung kaki sampai ujung kepalanya semuanya berubah tapi itu tidak merubah penampilan Vallen yang menarik. Meskipun pakaiannya biasa, auranya masih memancarkan seperti seorang bangsawan. Vallen tetap berjalan dengan menatap lurus ke depan,  langkahnya tidak terlihat terburu-buru, ia tidak sedikitpun merasa malu dengan keadaan sekarang. Diberi kesempatan untuk kembali hidup merupakan sesuatu yang tidak bisa ia beli. Jadi ia tidak akan menyesali apapun yang terjadi padanya.

Vallen bisa mendengar bisikan dari sekitarnya yang menyebutkan tentang dirinya tapi ia tetap cuek.

Tak jauh setelah ia berjalan melewati gerbang, sebuah mobil mewah melewatinya. Vallen tidak asing dengan mobil tersebut, bagaimana bisa Vallen melupakan mobil yang telah mengantarkan bersekolah selama bertahun-tahun.

Seorang siswa berseragam rapih keluar di ikuti seorang pria berumur 26 tahun. Matrix Johnson, mantan kakak pertama Vallen. Pandangan keduanya bertemu, Matrix memiliki wajah yang selalu tenang terkesan datar, Vallen berusaha menenangkan diri.

Ingat Vallen mereka bukan lagi keluargamu.

Vallen melanjutkan berjalan melewati keduanya, ia tidak mau lagi ada hubungannya dengan keluarga Johnson.

Matrix menatap heran mantan adiknya, ia pikir Vallen akan menyapa dengan mata berbinar seperti biasanya. Ia memang jarang pulang dan ia tidak terlalu dekat dengan Vallen, mereka juga tidak banyak menghabiskan waktu bersama. Tapi setiap ia pulang ke mansion pasti Vallen akan menyambutnya dengan riang dan tersenyum. Tapi barusan? Vallen berjalan melewatinya begitu saja. Matrix merasa ada yang tidak nyaman di hatinya setelah melihat Vallen yang seolah tidak mengenal dengannya.

"Kakak."

"Iya?"

"Ryan masuk dulu ya."

"Oke, belajar yang rajin."

"Siap, Kakak juga hati-hati dijalan."

"Hm."

Ryan berjalan masuk ke dalam sekolah. Matrix melihat punggung Vallen yang semakin jauh.

Vallen masuk ke dalam kelas, suasana hening sesaat sebelum kembali ke semula. Berita tentang ia yang bukan anak kandung Johnson pasti sudah menyebar ke seluruh sekolah, tapi Vallen tidak peduli.

"Vallen, sini!" panggil seorang siswa bernama Deon yang merupakan sahabat sekaligus teman sebangku Vallen.

Vallen mendudukkan dirinya di samping sang sahabat.

"Gimana Vall, kamu beneran keluar dari mansion?"

"Iya, lagipula memang tidak seharusnya Vallen disana."

"Ya tapi ngga gitu juga."

"Udah biarin aja, Vallen udah ngga mau ada hubungan lagi dengan keluarga Johnson."

"Vall, serius?" Kemarin-kemarin temannya itu masih bersikeras untuk tidak akan pergi dari mansion Johnson begitu saja, tapi sekarang Deon melihat Vallen sangat tenang dan menerima begitu saja untuk keluar dari mansion Johnson.

"Iya, serius."

"Mereka ngga main tangan sama kamu kan?"

"Tidak."

"Lalu, kenapa kamu langsung menerima begitu saja. Aku masih inget ya, beberapa hari yang lalu kamu masih kekeh tidak mau dari mansion. Pasti Ryan kan?"

"Udah, ngga usah dibahas lagi. Vallen udah ngga ada hubungannya lagi sama mereka."

Deon menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia benar-benar gagal paham, tapi jika itu memang keputusan temannya, ia akan mendukungnya.

"Oh ya De, mulai hari ini Vallen akan tinggal di asrama sekolah."

"Hah? Vall, jangan bercanda deh."

"Vallen serius."

"Pasti ada apa-apanya kan? Ngga mungkin kamu tiba-tiba mutusin tinggal di asrama. Apakah orang tua kandung kamu tidak baik?"

Vallen menghela napas, "Mereka baik, hanya..." Vallen mencerita secara singkat alasan kepindahannya ke asrama sekolah. Dan ia juga memberi tahu Deon, ia akan mengambil jalur beasiswa untuk mengurangi beban orang tuanya.

"Kok mereka begitu sih, kamu anak kandung mereka. Bagaimana bisa mereka..." Deon tidak bisa melanjutkan kata-katanya, takut akan lebih menyakiti hati sahabatnya.

"Oke, aku juga akan pindah ke asrama."

"Huh? Untuk apa?"

"Tentu saja menemani sahabat aku dong."

Vallen merasa terharu tapi ia pikir temannya tidak perlu melakukan sejauh itu, "Tidak perlu De, Vallen ngga apa-apa ko."

"Oh tidak bisa begitu dong, lagian Mami sama Papi juga pasti bakal setuju."

"Tidak perlu De."

"Tidak mau, aku mau pindah ke asrama sama kamu. Atau kamu pindah aja ke rumah aku?"

"Ah, tidak tidak."

"Ya sudah, jadi sudah diputuskan kita akan pindah ke asrama. Tenang aja nanti aku minta Papi buat atur kita sekamar."

Vallen akhirnya hanya bisa pasrah, tapi tidak bisa dipungkiri ia merasa senang masih memiliki sahabat seperti Deon. Tidak sedikit temannya yang berbalik menjauhinya setelah tahu ia bukan anak kandung Johnson.

Vallen langsung mengajukan untuk pindah ke asrama, sekolah juga tidak banyak bertanya tentang alasan kepindahannya, Vallen termasuk siswa berprestasi jadi sekolah tidak keberatan apalagi Vallen memberi alasan kepindahan ke asrama ingin lebih serius belajar. Jadi Vallen bisa langsung pindah ke asrama pada sore harinya di ikuti Deon.

Dibantu dengan kedatangan bodyguard keluarga Deon, kepindahan keduanya ke asrama bisa lebih cepat. Satu ruangan diisi empat siswa.

Vallen menyapa dua teman sekamarnya, mereka semua saling berkenalan.

"Halo, namaku Panji."

"Halo, namaku Rafffa."

"Halo, Panji, Raffa, aku Vallen dan ini Deon."

"Halo semuanya," Deon memasang senyum ceria ke arah dua teman baru asramanya.

Deon juga membawa makanan dan camilan jadi mereka berempat makan bersama. Awalnya Panji dan Raffa sempat canggung tapi lama-kelamaan suasana berubah lebih santai.

"Ternyata Vallen tidak seburuk rumornya ya," celetuk Panji.

"Rumor? Rumor apa?" Tanya Vallen.

"Menurut rumor, Vallen sombong, angkuh dan berprilaku buruk," jelas Raffa.

"Itu, tidak benar. Vallen baik dan tidak sombong," Deon tidak terima dengan rumor itu. Temannya sangat baik,"Pasti Ryan yang menyebar rumor."

"De, tidak boleh begitu, kita tidak punya bukti jadi tidak boleh asal menuduh."

"Tidak, aku yakin pasti itu dia," Deon bersikeras pasti Ryan yang menyebar rumor tidak baik tentang temannya.

Panji dan Raffi juga sudah tahu tentang Ryan dan Vallen yang tertukar sewaktu bayi. Keduanya berpikir rumor itu sungguh berbeda dengan aslinya. Vallen terlihat ramah dan baik. Dimana sombong dan berperilaku buruk? Mereka tidak melihat itu pada Vallen.

Vallen memasukan sepotong makanan ke mulut sahabatnya supaya berhenti berbicara. Panji dan Raffa tertawa geli melihatnya.

"Makan," ucap Vallen.

Deon dengan wajah cemberut mengunyah makanan yang ada di mulutnya.









Masih nunggu Vallen?

Gimana menurut kalian?
Tinggalkan komentar, oke?

4 Juli 2023

Another Cannon FodderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang