Halo readers kesayangan Inay,
Sehat, kan? Sehat donk pastinya.Vallen sedang adu tanding bola basket dengan kelas yang memiliki jam olahraga sama dengan kelasnya. Ia jago dalam bermain basket, dulu ia pernah ikut club basket dan ia menjadi pemain inti. Tapi karena suatu alasan, ia berhenti dan keluar dari club. Tapi ia masih senang bermain basket.
Sorakan semangat dari kelas Vallen maupun lawannya terdengar ramai dan saling bersahutan. Kedua kubu tidak mau kalah dalam menyemangati kelas mereka masing-masing.
Vallen dengan gesit melewati para lawannya. Gerakannya sangat cepat dan tidak dapat diprediksi. Ia melemparkan bola ke dalam ring dan bola masuk ke dalam ring dengan mulus. Terdengar teriakan yang didominasi para siswi.
Vallen adu tinju dengan sesama anggota timnya. Teman sekelasnya juga ikut senang karena berkat permainan Vallen. Kelas mereka bisa unggul dan selisih skor dengan lawan mereka cukup jauh.
"Hebat seperti biasanya."
"Good job, Vall."
"Ayo semangat!"
"Wah, dengan hasil ini, udah keliatan sih kita bakal menang."
Itu ucapan yang mereka katakan pada Vallen, mereka memuji permainannya. Vallen bersyukur teman sekelasnya sekarang mulai bersikap biasa lagi padanya. Awalnya, mereka canggung dan ada juga yang memandangnya dengan tidak suka saat tahu ia bukan lagi anggota keluarga Johnson. Tapi sekarang mereka semakin santai dan tatapan tidak suka yang mereka layangkan padanya hampir tidak lagi Vallen rasakan. Ya walaupun ia masih merasakan tatapan tidak suka dari kelas lainnya. Apalagi Ryan yang dulu pernah menyebarkan rumor tentang dirinya yang suka mengganggunya.
Prittttt.
Peluit tanda berakhirnya pertandingan telah berbunyi. Kelas Vallen bersorak sangat keras. Mereka sangat senang saat tahu kelas mereka memenangkan pertandingan. Walaupun ini hanya pertandingan santai antar kelas. Tapi tidak dapat dipungkiri semuanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi para siswi yang terlihat sangat senang. Lagipula, siapa yang tidak akan senang saat melihat sekelompok laki-laki berparas tampan dan jago basket berkumpul menjadi satu. Ini adalah momen yang sangat dinantikan kebanyakan siswi. Mereka bisa memanjakan mata saat melihat pemandangan ini.
(Hayo ngaku di sini, siapa yang suka gini? Siapa yang suka cucimata pas liat tanding basket ataupun sepak bola? 🤭)
Kelas Vallen dan lawannya saling berjabat tangan setelah mereka bubar menuju keluar lapangan.
Vallen menerima botol minum yang diberikan Deon.
"Thank's."
"You're welcome."
"De, kenapa kamu tidak ikut main? Kamu juga jago basket," tanya Vallen sambil memutar tutup botol yang ada di tangannya.
"Tidak, aku malas."
Vallen hanya bisa menganggukkan kepalanya tanda paham. Memang Deon tidak suka jika disuruh untuk berolahraga. Ia selalu memiliki banyak alasan. Tapi Deon sebenarnya tidak hanya pandai bermain basket. Vallen sering menarik Deon untuk ikut menemaninya berolahraga. Tapi jangan salah sangka, jika Deon sudah memutuskan untuk ikut main, ia akan bermain dengan sungguh-sungguh. Ia akan menjadi partner yang sempurna untuk vallen. Dulu, ia juga ikut ke club basket bersama Vallen. Saat Vallen mengundurkan diri, ia juga otomatis ikut keluar. Ia bisa di ibaratkan sebagai ekor Vallen. Hanya bagaimana cara membuat Deon untuk setuju saja. Mereka telah berteman sejak kecil, itulah yang menjadikan keduanya selalu bersama. Deon juga secara khusus meminta sekolah untuk menempatkan ia dan Vallen dalam kelas yang sama. Vallen sendiri tidak keberatan, ia tentu saja ikut senang jika ia selalu sekelas dengan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Cannon Fodder
Teen FictionVallen terbangun dan mendapati ia kembali ke masa lalu. Ternyata ia bukanlah anak kandung dari keluarganya saat ini. Saat mengetahui itu ia menolak untuk kembali ke orang tua kandungnya. Jadi Vallen selalu membuat masalah dengan keluarganya dan meno...