Malam dengan siang, pasang dengan surut, hitam dengan putih, juga suka dengan duka. Selain itu, layaknya hal-hal diluar sana. Bahagia juga punya pasangan yang nyatanya tak ingin sekali didapatkan oleh siapapun.
Semuanya sudah sesuai dengan poros takdir, dilibatkan sedemikian rupa hingga manusia bisa belajar dan mengerti tentang bagaimana hidupnya harus dijalani, dari muda hingga usia yang habis tenggatnya.
Tapi semesta, apakah harus dengan seperti ini dijalani? Aku sedikit khawatir dengan ini.
*
Malam tiba, tiga bersaudara a.k.a Jisung, Junghwan, dan Karin sudah duduk manis di meja makan siap menunggu hidangan apa yang akan disajikan ibu negara.
"Wihh semur ayam.. tumben bun?" tanya Junghwan setelah seruan kegirangannya.
"Kenapa? Abang engga mau?"
"Ya jelas mau dong bun!!"
"Berisik bang!" pekik Jisung sebal, pasalnya Junghwan itu disebelahnya pas, gendang telinganya rasanya sudah mau lepas. Kesalnya lagi malah dibalas cengiran tanpa rasa bersalah dari si oknum. Jisung sampai geleng-geleng, adiknya itu berisik sekali.
Si ayah? Ya bisanya cuma geleng-geleng saja.
"Hari ini tu kita kedatangan tamu." Jelas bunda yang membuat semua yang ada disana memiringkan kepala serentak tanda bingung. Bunda berdecih pelan melihat kekompakan team di depannya.
"Karin, dek tolong panggil mas Jeno di kamarnya ya." Pinta bunda yang mendapat anggukan semangat. Belum Karin berlari ke kamar masnya, Jisung lebih dulu menangkap gadis itu kemudian mendudukkannya kembali ke kursi meja makan.
Bisa dilihat dari kerutan dahinya bahwa gadis kecil itu sedang marah, menggemaskan sekali. "Mas Ji! Bundaaaaa!"
"Udah Karin disini saja, biar mas Ji yang panggil. Karin jagain semur ayamnya aja, biar gak dihabisin abang. Emang Karin mau engga kebagian?" bujuknya, ya namanya anak kecil dengan sejuta kepolosannya setelah membuat ekspresi berpikir dengan terpaksa Karin mengangguk menyetujui. Sedang Junghwan yang namanya dibuat kambing hitam cuma bisa mendengus. Aku terooossss —Jungwan.
Jisung segera pergi memanggil masnya. Didalam kamarnya, Jisung dapati kakak tertuanya sedang asyik melihat keluar jendela, entah apa yang dipikirkan masnya itu didinginnya malam dengan rintik hujannya yang menenangkan.
"Mas."
Jeno tersentak dari lamunanya, mendapati adik keduanya sudah di kamarnya.
"Mas nyampe kapan?"
"Tadi siang, kalian masih di sekolah." Jelasnya.
"Kok sore juga gak kelihatan?"
"Mas tidur Ji."
"Oh.."
Hening sebentar, Jisung memperhatikan raut wajah masnya yang berbeda dari biasanya.
"Mas mau bilang ke ayah sama bunda ya?"
Jeno mendongak setelah larut kembali dalam lamunanya. Memandangi wajah Jisung penuh arti, seolah mengutarakan semua maksud dan tujuannya.
"Mas percaya kan kalau bunda sama ayah itu orangtua terbaik sedunia. Slogan kita itu harus mas pegang erat-erat dan mas percaya. Semua bakal baik-baik aja mas, percaya sama Jisung. Mas tetap mas terhebatnya Jisung sama adik-adik."
Sendu tanpa gairah, itulah yang Jisung dapati dari sorot mata sang kakak. Hatinya juga ikut teriris.
"Ayok keluar, mas udah ditungguin yang lain di meja makan. Kudu buru-buru, kalau engga nanti semur ayamnya dihabisin abang. Ayok mas!" Senyum tipis Jeno berhasil terbit sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad and Good Day | NOREN story | End ✔️
ФанфикAku tahu ini bukanlah berawal dari kesan yang bahagia. Tapi percayalah akan satu hal. Aku akan terus membawamu menyelam dalam kebahagiaan yang kita ciptakan dimasa depan. Aku jamin itu. -Jeno- start : 7 august 2022 finish : 14 Nov 2023 created by...