Apa jadinya aku tanpa semestaku, apa jadinya kamu tanpa bidadarimu. Aku putuskan dengan tegap berdiriku. Aku menunggumu. Aku akan menggenggam jemarimu, dengan erat dan lebih hangat. Aku akan memelukmu, dengan nyaman dan tenang. Aku akan menciummu, dengan cinta yang kupunya. Aku disini, menunggumu merengkuhku dengan utuh.
Jadi, ayo berjuang bersama —sekali lagi.
*
Semuanya menangis —kecuali Karin yang celingukan penasaran kenapa semua yang ada disana nampak sedih, harap dimaklumi.
Renjun masih ada direngkuhan Rose. Wanita ini menumpahkan seluruh afeksinya pada anak muda dipelukannya. Usap-usap pelan, usap-usap hangat. Ia menangis, tapi anak ini pasti juga sakit. nampak sekali lingkaran hitam dimatanya saat bersitatap pertama kali tadi. Ia sedikit banyaknya sudah tahu bagaimana cerita tentang kehidupan Renjun kemarin saat menjenguk Jeno, disana Jennie menceritakan semuanya —mungkin.
Tangisnya sudah mereda, ia dorong pelan bahu Renjun. Badan anak ini macam tak ada energi lagi. Ia tatap manik rubah cantik itu dalam. Bagai mawar yang layu, rona itu yang menggambarkan Renjun sekarang.
Ia usap pipi Renjun sekali lagi, senyum tipis disunggingkannya. "Kamu aman sama bunda. Sekarang kamu disini ya?" lembut dan tenang sekali, seperti mamanya.
"Maaf.."
Serak dan lirih sekali. Jennie dan yang lain memandang miris, tapi Rose masih menyunggingkan senyum hangatnya.
"Renjun, benar?" anak itu mengangguk samar. "Bohong kalau bunda engga marah, bohong kalau bunda sama ayah engga kecewa. Waktu Jeno bilang kalau dia punya kalian, bunda marah, bunda nangis, bunda kecewa. Bukan cuma sama Jeno, tapi bunda kecewa sama diri bunda sendiri. Apa yang salah dari cara bunda menjaga Jeno selama ini. Ini sebab dari apa, ini karma atau memang sudah suratan semata. Bunda gak tau."
Tutur yang berhasil menusuk relung Renjun sekali lagi, ia merutuki diri. Betapa bodohnya ia sudah merusak anak baik-baik ini.
"Tapi bunda lebih kecewa lagi Jeno gak bilang sama bunda. Kenapa harus selama ini, bahkan mereka sudah besar 'kan?" tangan keriputnya menggenggam lebih erat tangan yang lebih kecil. Dingin, itu yang Rose rasakan.
"Kalau aja Jeno bilang lebih awal, semua gak akan seperti ini. Kami, bunda sama ayah pasti bakal bantu kalian untuk tetap baik-baik aja. Bukan masalah apa, tapi kalian lagi bawa nyawa yang gak berdosa. Mereka butuh keamanan ekstra. Tapi yasudahlah, nasi sudah menjadi bubur, tak akan bisa membalikkan waktu yang sudah lalu."
"Satu hal yang buat bunda harus berterimakasih sama kalian. Terimakasih untuk tidak berbuat dosa lebih jauh lagi. Terimakasih sudah berani bertanggung jawab atas hidup kalian. Setidaknya itu yang patut bunda syukuri."
Dipeluknya lagi, derai Renjun pecah lagi. Kali ini dengan isakan yang lebih keras. Ia benar-benar merasa bersalah. Gumaman maaf ia kumandangkan. Anak ini membawa beban lebih berat.
"Sudah, sudah. Sudah bunda maafkan. Sekarang kamu disini ya. Sebaik mungkin bunda bakal jaga kamu dan cucu bunda."
Maaf dan terimakasih, bunda —Renjun.
Kini giliran Jaehyun yang mendekat, ia berikan pelukan hangatnya. Renjun? Ia memejamkan matanya dalam. Nyaman sekali, memang tidak ada yang menandingi pelukan hangat seorang ayah, dan Renjun rindu itu.
"Anak ayah." Singkat, padat, lengkap dengan senyuman hangat.
"Terimakasih.."
Jennie tersenyum lega, lega karena keponakannya diterima dengan sangat baik. Jelas, ia percaya kalau keluarga ini adalah keluarga baik-baik. Hanya takdir yang tidak menginginkan pertemuan ini berawal dengan baik. Tak apa, setidaknya Renjun sudah ada dalam jangkauannya, plus bersama orang-orang yang pasti akan merawatnya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad and Good Day | NOREN story | End ✔️
FanficAku tahu ini bukanlah berawal dari kesan yang bahagia. Tapi percayalah akan satu hal. Aku akan terus membawamu menyelam dalam kebahagiaan yang kita ciptakan dimasa depan. Aku jamin itu. -Jeno- start : 7 august 2022 finish : 14 Nov 2023 created by...