Ibarat berakit-rakit kehulu, berenang ketepian. Nyatanya tidak semua orang bisa sanggup melewati fase bersusah-susah dahulu, lalu bersenang-senang kemudian. Semua yang orang-orang itu ucapkan akan ada bahagia disaat yang tepat nyatanya malah semakin hancur dan entah masih ada harapan atau tidak. Sudah lelah.
*
Dingin. Selembar tikar plastik tak akan pernah cukup untuk menghalau dingin dari berbagai sisi.
Kanan-kiri atas-bawah. Bahkan kepalanya juga sudah dingin, buntu malah. Kilatan-kilatan ketakutan menyambangi tanpa henti.
Ia hanya berdo'a, semoga apa yang telah direncanakan bisa terlaksana dengan baik. Meskipun ia masih akan mendekam sendiri disini. Setidaknya kabar bahwa bidadarinya baik-baik saja akan sangat melegakan untuk didengar.
Jeno mengatupkan tangannya erat, hari-harinya tak luput dari rapalan do'a-do'a baik untuk keluarganya khususnya pada sang belahan jiwa. Semoga semesta mendengar apa pintanya.
*
Jaemin sudah berada di rumah Renjun sejak pagi, ia putuskan untuk bolos kuliah hari ini. Sudahlah, toh tugasnya sudah ia kumpul. Masalah absensi itu bisa diurus nanti, ada yang lebih urgent.
Wendy kebetulan sudah di rumah. Sejak semalam sahabat anaknya menghubungi, ia dengan cepat mengambil penerbangan malam. Ia kepalang khawatir, pasalnya ia mendapat kabar dari salah satu pekerja rumah kalau Renjun pingsan. Ia panik tapi sayangnya ia belum bisa pulang. Anaknya itu juga tak menyentu sedikitpun makanannya. Ia makin khawatir.
Jaemin, anak itu sudah mengetahui semuanya —sebenarnya. Ia hanya akan mengikuti alur dari ibu karibnya ini untuk meminimalisir kecurigaan. Bakat aktingnya lumayan juga ternyata.
"Tante minta tolong ya Jaemin, tolong bujuk Renjun makan."
"Iya tante.
Jaemin masuk dengan satu nampan berisi beberapa makanan dan susu. Kamar itu masih rapih, ia tebak Renjun sudah tak punya tenaga sekadar mengacak-acak seisi kamar.
Diatas kasur itu si empu yang punya kamar. Bergelung selimut dengan ujung kepala yang menyembul sedikit. Entah ia sudah bangun apa belum.
"Eh kebo! Bangun lu. Tidur aja, kasian tu ponakan gue lelah, letih, lesu, lunglai gara-gara lu ajak tidur mulu. Takut-takutnya nih mereka nanti jadi pelor kek lu."
Candanya, ia tahu anak ini sudah bangun. Bisa ia lihat dari gerakan samar yang terlihat dari luar selimut akibat gerakan tangan Renjun yang pasti sedang mengelusi perutnya.
"Gue tau kok lu tu udah bangun. Gak mau meluk gue? Gue khawatir setengah mati tau lu gak ada kabar seminggu."
Masih belum ada jawaban. Jaemin jadi menghela napas.
"Sini nangis lagi sama gue. Gue pastiin lo dan anak-anak akan baik-baik aja. Gue bakal bawa lo pergi dari sini. Gue pastiin lo bisa ketemu sama Jeno secepatnya."
Berhasil! Renjun bangun perlahan, sosok Jaemin yang menjadi atensi pertamanya.
Jaemin meringis dalam hati, sedikit umpatan juga. Bagaimana tidak, sahabatnya yang sudah mulai bahagia tapi lihat bagaimana rupanya sekarang. Hancur berantakan. Ia memang tak pernah dan tak akan pernah membenarkan kesalahan yang Renjun dan Jeno lakukan. Tapi melihat bagaimana kehidupan keluarga kawan sejak kecilnya itu ia tak bisa berkomentar banyak. Anak itu sudah sakit sejak dulu dan sekarang malah semakin hancur. Tak sadar Jaemin mengepalkan tangannya.
"Capek Jaem." Lirih sekali hingga hampir tak terdengar. Jaemin membalasnya dengan anggukan. Jaemin mendekatkan diri, kawannya ini butuh pelukan hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad and Good Day | NOREN story | End ✔️
FanficAku tahu ini bukanlah berawal dari kesan yang bahagia. Tapi percayalah akan satu hal. Aku akan terus membawamu menyelam dalam kebahagiaan yang kita ciptakan dimasa depan. Aku jamin itu. -Jeno- start : 7 august 2022 finish : 14 Nov 2023 created by...