Hero's 67

11K 1.2K 74
                                    

"Erick! Bangun, Erick!"

Livi terus memukul pintu kamar suaminya itu hingga menimbulkan suara yang bisa membangunkan semua orang, kecuali pria itu. Livi berdecak. Sudah 5 menit Livi memukul pintu kamarnya. Tapi, masih belum ada balasan. Livi berdecak pelan.

Bukankah harusnya seorang kaisar bisa dibangunkan dengan mudah? Kenapa yang satu ini sulit sekali dibangunkan? Apa dia ini batu?

Apa sebaiknya didobrak saja?

Livi mundur beberapa langkah. Hingga menempel di dinding lorong kamar. Livi berlari. Begitu hampir mendekati pintu, Livi memiringkan tubuhnya. Sementara, tangan kanannya bersiap memegang gagang pintu.

Bruk!

Livi terjatuh di atas karpet ketika pintu itu tiba-tiba terbuka. Livi menatap karpet itu bingung.

Aneh. Kenapa bisa ada karpet di dekat pintu? Argh, masa bodo, deh! Yang penting, Livi sudah ada di dalam kamar Vrenderick.

Livi berdiri. Dia menoleh. Menatap pintu yang terbuka lebar. Livi menutupnya.

Perasaan tenaga Livi tidak terlalu besar. Kenapa pintu yang terkunci ini bisa dibuka dengan mudah?

Livi memalingkan wajahnya. Kembali menatap Vrenderick yang tertidur di atas kasurnya dengan nyenyak.

Yang sebenarnya terjadi adalah Vrenderick memberikan sihir di pintu itu. Jika Lilyana yang menyentuh gagang pintunya, maka pintu yang terkunci akan langsung terbuka. Itulah mengapa Livi langsung terjatuh ketika dia mendorong pintu saat tangannya menyentuh gagang.

"Erick! Bangun! Bangun!"

Livi memukul kepala Vrenderick dengan guling. Pria itu masih tertidur dengan nyenyak.

Lupakan sejenak soal pemeran utama wanita yang takjub ketika melihat ketampanan pemeran utama pria yang tengah tidur. Livi tidak punya waktu untuk melakukan itu. Dia bahkan sama sekali tidak peduli dengan dada bidang Vrenderick yang terlihat karena pria ini memakai baju tidur.

"Argh! Kau ini sebenarnya kaisar atau batu, sih? Aku bahkan bisa langsung bangun ketika dipanggil namanya!"

Livi duduk di samping Vrenderick. Kasur pria ini sangat lebar. Jadi, Livi harus naik ke atas kasur agar bisa menyiksa... maksudnya membangunkan Vrenderick.

Livi mengambil bantal yang ada di dekat suaminya. Lantas, menutup wajah Vrenderick dengan bantal itu. Mau pria ini tidur seperti batu atau pejabat negara, dia tetap akan bangun jika wajahnya ditutup bantal begini, kan? Kalau tidak ya dia akan tetap bangun.

Di alam lain...

Haha...

Tangan Vrenderick dengan cepat memegang salah satu lengan Livi. Lantas, mendorong tubuh gadis itu. Vrenderick menatap Livi dingin. Livi berkedip beberapa kali ketika melihat pria itu tengah berada di atasnya.

Bukankah posisi ini terasa sedikit aneh?

"Anu... aku...."

Livi menatapnya dengan senyum kaku di wajahnya. Kedua tangan Vrenderick mencengkeram lengan Livi sehingga gadis itu tidak bisa banyak bergerak.

Vrenderick terlihat lega ketika melihat jika orang yang ada di depannya adalah istrinya sendiri.

"Apa kau bangun karena ingin memberi adik untuk si kembar?" tanya Vrenderick dengan senyum manis di wajahnya. Walau begitu, Livi masih bisa melihat ekspresi ketakutan di wajah keduanya.

"Jangan bicara omong kosong!" seru Livi kesal.

"Tidak apa-apa! Jujur saja. Manusia memang suka berubah. Jadi, aku akan memakluminya."

I'm The Villain's And Hero's Mom✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang