Sayap burung elang hitam itu mengepak di atas rindangnya dedaunan di dalam hutan. Burung elang yang tak lain dan bukan adalah Avelon itu mendengus pelan. Dia sudah terbang selama 1 jam. Tapi, belum ada tanda-tanda keberadaan manusia dimanapun.
Apa Arrandele menyembunyikan Sisi, Kisi, atau siapalah itu di hutan yang lain? Tapi, hanya ini hutan yang tidak pernah didatangi oleh manusia karena dipercaya memiliki penunggu di dalamnya.
Arrandele jelas tidak akan menyembunyikan tawanannya di dalam hutan yang sering dilalui manusia, kan? Masalahnya, hutan ini sangat luas. Perlu waktu seharian untuk menyisir setiap sudutnya. Jika terlambat, adik Pioni bisa saja mati lebih dulu.
Avelon tidak bisa membiarkan siapapun mati karena ulah Arrandele. Makanya Avelon berusaha keras untuk menyelamatkan Crisi.
"Dimana janda itu menyembunyikan Crisi? Menyusahkan saja! Sebenarnya, kapan aku bisa beristirahat dan bertemu Lily?!" keluh Avelon sembari terus terbang.
"Ah, ketemu!" seru elang hitam itu ketika melihat bayangan seorang gadis di balik lebatnya semak belukar.
Avelon mengatupkan sayapnya. Lantas, menukik ke bawah. Sebelum kepalanya menghantam tanah, Avelon sudah lebih dulu merentangkan sayapnya. Membuat dia bisa mendarat dengan kakinya tanpa mengalami luka sedikit pun. Selain matanya yang sakit karena terkena debu yang berterbangan.
Avelon kembali mengubah dirinya menjadi manusia.
Pioni mengatakan jika adik perempuannya itu tidak bisa melihat, jadi tidak apa-apa jika Avelon menggunakan wujud manusianya. Itu jauh lebih baik dibandingkan menyelamatkan gadis kecil dalam wujud kadal, elang atau lebih parahnya naga.
Avelon tidak tahu apakah bayangan yang dia lihat di balik semak itu adalah gadis yang dia cari atau bukan. Yang jelas, bayangan itu adalah manusia. Tenang saja! Avelon akan tetap menyelamatkan manusia itu walau dia bukanlah Crisi.
Apa?! Avelon hanya berusaha menjadi manusia. Karena itulah dia membantu manusia lain.
Tangan Avelon menyibak semak itu. Dia menatap seorang gadis dengan tubuh kurus yang sedang memeluk lututnya. Tubuh gadis kecil itu bergetar hebat. Dia sepertinya kelaparan. Juga ketakutan.
"Apa itu? Apa hewan buas?" tanyanya yang langsung menenggelamkan kepala dalam lututnya.
Sudah berapa lama gadis ini berada di sini? Walau dia tidak bisa melihat, tapi dia pasti bisa mendengar suara lolongan serigala dan auman hewan buas lain.
"Aku akan menyelamatkanmu, Crisi." kata Avelon. Berusaha lemah lembut.
"Siapa dirimu?" tanya Crisi yang menatap ke arah lain.
Yah, gadis ini memang tidak bisa melihat. Jadi, sudah hal yang wajar jika dia tidak tahu dimana Avelon berada saat ini.
"Aku adalah peri hutan."
Avelon menatap gadis kecil itu. Usianya baru 8 tahun. Jadi, dia pasti masih percaya dengan cerita soal peri hutan dan makhluk lainnya, kan? Avelon tidak kepikiran hal lain. Karena dia memang tidak pernah bercengkrama dengan manusia dalam ukuran dan usia apapun.
Yah, semoga saja peri hutan yang asli tidak marah pada peri hutan gadungan ini.
"Peri hutan?" tanya Crisi yang perlahan bangkit dari atas tanah. Dia duduk dengan kaki yang tertekuk dan tangan yang masih menapak di atas tanah.
Tubuhnya sudah tidak terlalu bergetar. Wajahnya juga terlihat lebih santai. Sepertinya, rencana dadakan Avelon berhasil.
"Iya. Tugasku adalah menyelamatkan anak-anak baik yang tersesat di hutan ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain's And Hero's Mom✔
Fantasía[Bukan Novel Terjemahan - END] Obat alami untuk penderita darah rendah. Liviana Putri adalah seorang budak korporat yang selalu bekerja seharian. Dia mati karena kelelahan saat membaca novel setelah punya waktu untuk beristirahat. Bukannya ke alam b...