Livi menyingkirkan pakaian Cassius dari tubuhnya. Beberapa pakaian itu masih memiliki bercak darah segar di atasnya. Dan, baunya sangat amis. Livi yakin kalau ada noda darah juga di pakaiannya saat ini. Livi harus bilang apa saat bertemu Rosemary nanti? Ah, sebenarnya Livi tidak mengatakan apapun pada Rosemary. Livi hanya bilang jika dia ingin melihat kamar Arrandele dan melihat jika dia bisa menemukan beberapa petunjuk di sana. Rosemary akan terkejut setengah hidup setelah melihat keadaan Livi saat ini, kan?
"Apa Arrandele memang sering datang kemari untuk mengecek keadaanmu?" tanya Livi yang berjalan menuju Cassius dengan tangan yang sekuat tenaga menghapus noda darah di pakaiannya.
Cassius diam. Dia tidak mendengar pertanyaan Livi. Pikirannya melayang entah kemana.
Kepala Cassius menoleh.
"Yang Mulia Ratu, saya akan pergi." katanya serius.
Livi mendangak. Menatapnya kaget. Bibirnya seketika terangkat. Apa Cassius benar-benar berniat pergi dari sini? Bagaimana jika dia hanya berpura-pura? Tapi, apa untungnya bagi Cassius untuk berpura-pura? Ah, dia kan bisa saja mengelabui Livi.
Cassius tersenyun ketika melihat ekspresi wajah Livi yang berubah begitu cepat. Awalnya tersenyum lebar. Lalu, berubah jadi bingung, penuh curiga, tatapan tajam dan gelengan pelan.
Cassius jadi tidak sabar untuk bertemu lebih banyak orang dengan lebih banyak sifat yang berbeda. Akankah hidupnya jadi lebih menyenangkan?
"Saya benar-benar ingin pergi, Yang Mulia. Saya sudah lama menginginkannya."
"Lantas, kenapa kau tidak pergi? Kau bisa membuat dinding ini menjadi abu dengan kekuatan sihirmu."
"Anda tahu jika saya memiliki kekuatan sihir hitam?"
Livi mengangguk pelan dengan mata yang menatap Cassius polos. Apa merupakan sebuah dosa jika Livi mengetahui hal yang hanya diketahui oleh Arrandele saja? Haha, benar! Livi seharusnya tidak mengetahui kekuatan Cassius karena memang pria ini menyembunyikannya.
"Kau dikurung di sini, Cass. Jadi, alasan apa yang membuat Arrandele melakukan itu selain jika kau memiliki sesuatu yang bisa berguna?"
Bagus! Itu adalah alasan yang masuk akal. Di dunia ini kan hanya ada 3 kekuatan. Sihir seperti yang dimiliki Vrenderick dan Zetora, sihir hitam yang didapatkan manusia dari Zenticore. Dan, kekuatan penyembuhan yang dimiliki para saint dan saintess. Sihir milik Vrenderick umumnya tidak bisa digunakan untuk menyebabkan kekacauan karena mudah dideteksi. Sebab, setiap pemiliknya memiliki warna sihir yang berbeda. Berbeda dengan pemilik sihir hitam yang semua sihirnya berwarna hitam sehingga sulit dideteksi.
"Anda ternyata sangat cerdas."
"Menurutmu mengapa kaisar memilihku jadi ratunya?" tanya Livi dengan dada yang membusung. Bangga.
Cassius tersenyum.
"Saya memiliki penyakit jantung. Dan... hanya kakak yang memiliki obatnya. Jika telat meminum obat sebentar saja, rasanya jantung saya akan seperti terbakar. Maka dari itu saya tidak pernah keluar dari tempat ini meski saya bisa melakukannya." terang Cassius dengan pandangan mata yang menatap lantai kotor di depannya.
Penyakit jantung? Livi tidak tahu kalau Cassius punya penyakit seperti itu. Apa saint bisa menyembuhkannya? Tunggu! Ada sesuatu yang mencurigakan di sini.
"Apa kau punya botol obatmu, Cass?"
Cassius mengangguk. Dia melangkah pergi menuju pojok ruangan. Lantas, kembali dengan botol kaca berbentuk tabung di tangannya.
"Ini botol obat saya, Yang Mulia."
Livi menerima botol kaca yang disodorkan oleh Cassius. Manik mata putih Livi memperhatikan dengan serius setiap detail kecil yang ada di botol kaca itu. Kepala Livi mendangak. Dia sekarang ganti menatap Cassius serius.
"Ini bukan botol obat, Cass."
Cassius tersentak kaget. Apa maksud ucapan wanita di depannya ini? Jika botol yang selama ini Cassius konsumsi bukan berisi obat, lantas apa?
"Bukan bermaksud menuduh, tapi obat yang ada di kekaisaran ini memiliki tanda centang di bagian leher botolnya. Kaisar sengaja memberikan tanda agar orang-orang membeli obat yang benar dan bukannya ilegal. Jadi, obat yang diberikan oleh kakakmu itu_"
Ucapan Livi dipotong oleh Cassius dengan nada yang bergetar, "Palsu?"
Livi mengangguk, "Aku merasa jika ini bahkan bukan obat."
"Tapi, setiap kali jantung saya terasa sakit, obat ini selalu bisa meredakannya. Jadi, mana mungkin obatnya palsu?"
Livi berpikir sejenak. Arrandele mungkin bisa saja memesan obat ilegal yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Secara, dia kan membutuhkan Cassius. Jadi, mana mungkin Arrandele membiarkan Cassius ma_
Tunggu sebentar! Livi tahu!
"Aku rasa itu adalah ramuan untuk menekan kekuatanmu, Cass. Karena itulah kau merasa jantungmu sakit setiap kali terlambat meminum obatnya. Itu karena kekuatanmu yang ditahan berusaha untuk melarikan diri dari jantungmu." terang Livi.
Cassius diam. Ucapan Livi ada benarnya. Tapi, kenapa kakak perempuannya tega melakukan itu padanya?
"Untuk membuatmu bergantung pada Arrandele. Itu adalah tujuannya. Jangan lupa jika Arrandele bahkan tega membunuh ibu kandungnya sendiri, Cass. Bukan hal yang sulit baginya untuk membunuhmu juga."
Cassius menatap Livi.
Benar! Bagaimana mungkin Cassius bisa lupa dengan fakta jika kakak perempuannya sudah membunuh ibu kandungnya sendiri? Cassius terlalu dibutakan oleh keinginannya untuk terus mengabdikan diri pada Arrandele agar mantan ratu itu menyayanginya sebagai adik.
"Saya akan pergi dari sini, Yang Mulia Ratu. Jika ada ingin saya bersaksi untuk menjatuhkan hukuman pada kakak saya... akan saya lakukan." kata Cassius sedikit ragu di 3 kata terakhir.
"Terima kasih, Cass!" Livi menyerahkan beberapa cincin dan kalung miliknya, "Ini! Kau akan butuh ini untuk bertahan hidup. Kau bisa membeli rumah dan_"
Cassius menutup telapak tangan Livi, "Terima kasih, Yang Mulia! Tapi, saya akan hidup dengan kemampuan saya sendiri." Cassius tersenyum.
Cassius dan Livi kompak menoleh ketika mendengar suara desingan pelan. Sebuah portal muncul di belakang Livi.
"Apa portal ini buatan Yang Mulia Kaisar?" tanya Cassius bingung.
Livi mematung sejenak. Dia kemudian menggelengkan kepalanya. Vrenderick terlalu sibuk dengan lomba berburu. Jadi, dia tidak mungkin sempat membuat portal. Selain itu, Vrenderick tidak tahu dimana letak ruangan ini.
Siapa yang membuatnya?
Ah, benar!
Krim! Kadal itu kan ada di dunia cermin saat Livi berada di sana. Selain itu, Krim adalah makhluk yang menuntun Livi untuk menekan bunga di lukisan itu.
Aduh! Kenapa butuh waktu selama ini bagi Livi untuk mengetahui semuaya?
"Kau tahu, Cass? Aku rasa, aku tahu naganya." Livi masuk ke dalam portal itu setelah selesai mengucapkan kalimatnya.
Cassius menyusul. Dia tiba-tiba saja berada di sebuah hutan dekat pedesaan. Sementara, Livi kembali ke kamarnya secara ajaib. Livi langsung bergegas mencari Krim. Tapi, dia tidak bisa menemukan kadal hitam itu dimana-mana, kecuali kamar Arrandele. Karena di sanalah Krim berada. Dia sedang mengambil botol kaca bekas ramuan cinta yang masih Arrandele simpan.
Di sisi lain kekaisaran, Cassius terus berlari. Dia baru berhenti ketika jantungnya terasa begitu sakit. Seperti ditusuk oleh pisau yang dipanaskan dalam bara api.
Cassius pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakitnya. Dan ketika dia bangun, Pioni berada di depannya.
Akhir hidup Zenticore...
Dan, Arrandele...
Dimulai sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain's And Hero's Mom✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Obat alami untuk penderita darah rendah. Liviana Putri adalah seorang budak korporat yang selalu bekerja seharian. Dia mati karena kelelahan saat membaca novel setelah punya waktu untuk beristirahat. Bukannya ke alam b...