Berjam-jam Adira menunggu dan merawat suaminya itu, mulai dari membersihkan tubuhnya, mengganti infus bahkan mengompres Gema agar demamnya cepat turun. Dan alhamdulillah demam Gema kian turun membuat Adira dapat bernafas lega.
Saat ini Adira sedang makan malam seorang diri di dapur. Dia melahap salad buah yang dia beli di aplikasi online, tak lupa juga Adira meminum susu ibu hamil yang Gema belikan untuknya. Meskipun saat ini Gema sedang sakit, tapi Adira harus memperhatikan dirinya dan anaknya itu.
Setelah Adira rasa sudah, dia bergegas kembali lagi untuk ke kamarnya. Tapi dia mengernyit saat melihat Gema sudah beranjak bangun melepaskan kasar infusnya.
"Pak Gema" Cemas Adira karena darah ditangan Gema mengalir cukup banyak.
Gema bangkit dengan sempoyongan seperti orang mabuk. Adira dengan cepat menahan tubuh Gema agar tidak ambruk.
"Pak Gema masih lemes, mau kemana?" Tanya Adira penasaran.
"Kita harus balik ke Jakarta sekarang. Reyna tadi nelfon saya, dia lagi ada masalah sama Vero" Gema membuka lemarinya dan menarik kopernya keluar untuk mengemasi barang-barangnya.
"Tapi pak Gema masih sakit." Bingung Adira.
"Saya gak perduli, yang saya perduliin sekarang kondisi Reyna. Tadi dia nangis Adira, dia minta tolong sama saya" ujar Gema terlihat sangat khawatir.
Adira berdiri diam melihat Gema yang sibuk memberikan baju-bajunya ingin pergi.
"Gak biasanya Reyna menelfon saya dengan meminta tolong seperti itu, apalagi saya mendengar suara keributan disana."
"Cukup pak Gema" ujar Adira tiba-tiba membuat Gema melihat kearahnya.
Mata Adira sudah tergenangi. Entah mengapa hatinya sangat sakit dikala Gema sangat memperdulikan Reyna.
"Adira gak tau ada hubungan apa pak Gema sama Reyna sampai-sampai pak Gema sangat perduli sama dia daripada kesehatan pak Gema sendiri." Ujar Adira cukup emosi.
Gema menatap Adira yang menahan tangisnya itu.
"Bukan hanya kali ini aja pak Gema perduli sama Reyna. Tapi berkali-kali. Dan lebih parahnya, pak Gema pernah tidak perduli sama anak pak Gema sendiri dan lebih perduli sama Reyna dan anaknya" satu tetes air mata Adira berhasil lolos di pipi chubbynya.
"Sesusah itu pak Gema berbicara mengenai hubungan kalian sama Adira?"
Gema mendesis. "Saya dan Reyna tidak memiliki hubungan apapun, kita hanya sekedar sepupu ipar"
"Perhatian pak Gema melebihi hubungan sepupu ipar pak" jawab Adira.
"Kamu kenapa sih Adira? Kenapa jadi curigaan? Saya berkata jujur sama kamu" balas Gema terdengar kesal.
Adira mengusap air matanya kasar. "Bukan seperti itu, tapi Adira ingin pak Gema lebih terbuka lagi sama Adira. Adira—"
"Kenapa saya harus terbuka sama kamu? Apa karena kamu itu istri saya? Kamu berhak mengetahui semua privasi saya?" Ketus Gema ditatap diam oleh Adira.
"Saya bukan orang yang gampang untuk menceritakan semua privasi saya kepada orang lain apalagi kepada kamu, perempuan yang belum lama saya kenal" Tekan Gema seraya melanjutkan mengemasi barang-barangnya.
Adira melihat keatas, dia mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi. Entah mengapa sejak dirinya hamil, Adira mudah sensitif akan hal-hal apapun, dia lebih gampang menangis.
Gema selesai memasukan bajunya kedalam koper lalu memandang Adira kembali.
"Reyna itu orang penting yang ada buat saya. Kalo kamu marah dengan perlakuan saya sama dia, Silahkan. Tapi kamu juga harus ngaca, kamu disini orang asing yang tiba-tiba masuk dalam keluarga Gundono" ucap Gema cukup menyayat hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/345417712-288-k440416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA: MY DOSEN HUSBAND [Sudah Terbit]
RandomGema Alam, Dosen tampan yang baru saja mengalami perpindahan mengajar di universitas Airlangga. Semangat dan kenyamanan dia mengajar menjadi sumber utama keresahan orang tuanya. Pasalnya, kedua orang tua Gema ingin anaknya itu mewarisi apa yang kake...