Adira mengerjapkan matanya berkali-kali, dia nampak tidak asing dengan langit-langit kamar itu. Dirinya menoleh kearah samping dimana Bu Sera tersenyum kearahnya.
"Bunda" Adira terkejut seketika.
"Jangan bangun dulu, Adira baru sadar" cegah Bu Sera saat Adira ingin beranjak duduk.
"Kenapa Adira bisa disini?" Tanya Adira penasaran.
"Gema yang bawa kamu kesini" ungkap Bu Sera.
Adira terdiam mengingat hal sebelum terjadi, dia ingat dimana dia di culik oleh seseorang yang tidak dia kenal, lalu dia tidak mengingat lagi.
"Gema lagi di kantor polisi" ucap Bu Sera lagi.
"Kenapa?"
"Vero kabur dari tahanan, terus dia berhasil menangkapnya" jelas Bu Sera berhasil membuat pikiran Adira menebak jika orang yang menculiknya itu adalah Vero.
Bu Sera memegang tangan Adira dengan tulus. "Adira, maafin Gema ya. Maafin perlakuan Gema sama kamu. Bunda yakin Gema tidak sejahat itu, dia gak mungkin sengaja menarik kamu ke keluarga Gundono hanya karena harta warisan."
"Bunda malu sama Adira. Bunda juga kecewa atas apa yang Gema lakuin sama Adira. Tapi Bunda yakin, Gema tidak berniat seperti itu. Dia anak baik."
Adira menghembuskan nafasnya pelan lalu membalas pegangan tangan mertuanya itu. "Bunda gak usah pikirin itu ya. Bunda gak usah merasa bersalah, ini bukan salah bunda juga"
"Tapi Gema anak bunda, bunda merasa gagal udah didik dia" balas Bu Sera.
"Bunda, Adira tau kok pak Gema itu orang baik. Bunda sama sekali gak gagal udah didik pak Gema, malah bunda beruntung punya anak sepintar dan sebaik pak Gema" takjub Adira mencoba membuat hari mertuanya senang.
"Kesalahan pak Gema sama Adira, gak usah bunda pikirin. Kalo pak Gema memang terdesak melakukan itu, Adira bisa ngerti kok" ucap Adira membuat Bu Sera tertunduk malu.
"Selama ini pak Gema tidak lari dari tanggung jawab dia. Dia melakukan dengan sewajarnya, dia memberikan Adira kenyamanan walaupun dia melakukan kesalahan." Ucap Adira seraya tersenyum.
"Menurut Adira perlakuan pak Gema sama-sama saling menguntungkan."
Bu Sera memandang Adira karena ucapannya itu.
"Pak Gema ingin menikah karena harta warisan, sedangkan Adira ingin seseorang membiayai hidup Adira." Ucap Adira tanpa beban.
Bu Sera tahu jika Adira sedang merendahkan harga dirinya dihadapan bu Sera itu. Dia tidak tega dan mengusap pundak Adira seraya menahan rasa sedihnya.
"Bunda gak usah khawatir, Adira sama sekali gak marah kok. Adira cuma kaget aja denger pengakuan dari pak Gema kalo dia sengaja memperkosa Adira." Ucap Adira seraya tersenyum.
"Maafin Gema, Maafin anak bunda" ucap Bu Sera seraya memeluk Adira.
Bohong jika Adira tidak merasakan sedih, apalagi Bu Sera menangis malu karena perlakuan anaknya itu.
"Adira cuma sumber ketenangan pak Gema, bukan Kebahagiaan pak Gema. Jadi mungkin Adira gak akan lama lagi bakalan pergi."
Bu Sera menggeleng menolak. "Adira gak boleh pergi, Gema harus tanggung jawab"
"Kebahagiaan pak Gema cuma Reyna, dia bilang sangat mencintai Reyna bunda. Adira gak boleh egois, karena memang dari awal tujuan pak Gema menikahi Adira karena terdesak. Sekarang Reyna kembali, mungkin pak Gema sangat menginginkan kebahagiaan tulus itu."
Bu Sera memeluk Adira dengan menangis. Adira mengusap punggung mertuanya. Tidak ada mertua sebaik dan setulus bu Sera bahkan Adira merasakan kehangatan seorang ibu sejak dia menikah dengan Gema. Tapi Adira juga harus sadar jika anaknya tidak sepenuhnya mencintai Adira.

KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA: MY DOSEN HUSBAND [Sudah Terbit]
RandomGema Alam, Dosen tampan yang baru saja mengalami perpindahan mengajar di universitas Airlangga. Semangat dan kenyamanan dia mengajar menjadi sumber utama keresahan orang tuanya. Pasalnya, kedua orang tua Gema ingin anaknya itu mewarisi apa yang kake...