HANDARA : 05

279 31 5
                                    

Hari ini adalah hari pertama Handara menjalani kehidupan barunya di rumah Ferdian. Ia sudah bangun pukul enam pagi dan baru selesai membersihkan diri. Handara berdiri mematut dirinya di depan cermin sembari menggosok rambut basahnya dengan handuk. Hari ini rencananya Ferdian akan membawa Handara ke rumah sakit untuk di periksa.

Sebenarnya Handara takut. Ia tidak berani mendengar hasil dari pemeriksaannya nanti. Bagaimana jika jantung Handara sudah sangat parah? Bagaimana jika ia harus di operasi seperti yang pernah ia baca tentang bahayanya penyakit jantung? Ahh... Handara benar-benar ketakutan.

Tanpa Handara sadari ketika ia memikirkan penyakitnya, seseorang baru saja membuka pintu kamarnya dan menerobos masuk tanpa permisi. Lalu dengan gerakan cepat pundak Handara ditarik dan satu pukulan tiba-tiba menghantam wajahnya.

Bugh!

"Keluar lo anjing! Lo gak diterima disini!" ucap orang itu sambil mencengkeram kerah baju Handara.

Handara tentu kaget menerima perlakuan tiba-tiba seperti ini. Ia berusaha melepaskan cengkeraman orang itu di bajunya namun terlalu sulit.

"MICKI!"

Ferdian datang bersama Anna. Mereka berdua terkejut melihat Handara tengah diancam oleh anak yang mereka panggil Micki.

"Sayang, lepasin Handara ya. Bunda mohon," lirih Anna dengan sangat khawatir. Ia tidak mau Micki nekat melukai Handara.

"Ck," Micki berdecak malas. Ia pun melepaskan Handara dengan kasar kemudian berbalik menghadap pada Anna dan Ferdian.

"Bunda sama Ayah sakit jiwa ya? Udah punya anak tapi mengadopsi gelandangan ini?" tanya Micki sambil menunjuk Handara.

"Jaga ucapan kamu!" marah Ferdian.

"Yah, Micki gak cukup buat Ayah?" tanya Micki. Nampak jelas wajahnya kecewa.

"Sayang, bukan itu maksud kami." Anna yang menjawab sebab Ferdian sedang susah payah menahan gejolak emosinya.

"Kalian emang gak pernah nganggep aku ada!" tekan Micki. Matanya melotot tajam pada kedua orangtuanya.

Setelah mengatakan itu, Micki langsung pergi dari kamar Handara tanpa menghiraukan suara Anna yang terus-terusan memanggilnya.

"Han kamu gak papa?" Ferdian menghampiri Handara yang terdiam tanpa suara.

Handara pasti syok menerima serangan dadakan seperti tadi tanpa tahu salahnya apa.

***

Handara merasa dibohongi oleh Ferdian. Waktu itu Handara dengar Ferdian tidak memiliki anak karena istrinya tidak bisa mengandung. Tapi apa sekarang? Ferdian memberitahu Handara bahwa sebenarnya mereka sudah memiliki seorang anak. Umurnya satu tahun diatas Handara. Namanya adalah Micki. Ya, anak yang tadi memukul Handara.

Kalau tahu begitu mungkin Handara tidak akan mau diadopsi. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, Handara tidak mungkin kembali lagi ke panti. Apa yang harus ia katakan pada Miranda nanti? Wanita itu pasti akan sedih.

"Om minta maaf tidak memberitahu kamu dari awal," ucap Ferdian.

Kini Ferdian sedang berbincang empat mata dengan Handara di taman yang ada di belakang rumah. Ferdian tahu Handara pasti marah padanya.

"Kenapa Om mengadopsi saya padahal Om sudah punya anak?" tanya Handara dengan wajah dinginnya.

"Om benar-benar ingin merawat kamu, Nak," jawab Ferdian.

Handara terdiam, ia menatap mata Ferdian dalam-dalam. Dan sepertinya Ferdian memang mengatakan itu dengan tulus.

"Tapi anak Om gak suka sama saya," kata Handara.

HANDARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang