HANDARA : 10

241 30 1
                                    

Keesokan harinya. Handara nekat masuk sekolah.

"Kamu beneran gak mau istirahat aja di rumah?" tanya Anna, ia merasa khawatir dengan kondisi Handara.

"Gak papa, Tante. Han mau sekolah."

"Dokter bilang kamu lebih baik istirahat dulu," ucap Ferdian. Setelah kejadian kemarin, Ferdian jadi ragu membiarkan Handara pergi ke sekolah. Ia takut terjadi apa-apa lagi pada anak itu.

Handara menggeleng. "Han baik-baik aja, Om. Han gak mau ketinggalan pelajaran," jelasnya. Bersikukuh ingin berangkat sekolah.

"Yaudah kalau kamu mau tetep sekolah. Tapi Om akan mengantarkan kamu."

Handara terdiam. Tapi kemudian ia pun mengangguk setuju.

Akhirnya Handara berangkat sekolah diantar oleh Ferdian. Setelah Ferdian dan Handara berangkat, Anna pun mengambil ponselnya untuk menghubungi Micki.

Beberapa kali Anna mencoba, panggilannya selalu di tolak oleh Micki.

"Ada apa dengan anak ini?" gumam Anna. Sebagai seorang ibu ia merasa cemas jika anaknya hilang tanpa kabar.

Sejak kemarin Micki tidak pulang ke rumah. Meski sebenarnya anak itu memang jarang ada di rumah, tapi kali ini Anna merasa janggal karena Micki tidak mengatakan apapun padanya. Biasanya Micki akan mengirim pesan singkat seperti memberitahu ia ada dimana. Tapi sekarang tidak sama sekali, bahkan telpon Anna malah ditolak, itulah yang membuat Anna cemas.

"Astaga... Micki jangan buat Bunda khawatir sayang..." Anna kembali menghubungi Micki. Ia akan terus melakukannya sampai anak itu mau menjawab.

***

Tiba di sekolah, Handara segera pergi ke kelasnya untuk menemui seseorang. Siapa lagi jika bukan Naki. Saat sampai di kelas, Handara melihat Naki sudah ada di mejanya. Seperti biasa, Naki sedang menenggelamkan wajahnya di meja untuk tidur. Handara berjalan mendekati Naki.

"Naki," panggil Handara.

Naki tak menggubrisnya karena terlelap dalam tidur. Entah apa yang Naki lakukan hingga sering tertidur di kelas, bahkan di pagi hari buta begini.

Karena kesal, Handara mun menendang kaki meja milik Naki.

Tak!

"Anj!!" Naki terperanjat kaget. Ia menoleh ke samping, wajahnya langsung berubah emosi saat mengetahui bahwa itu adalah Handara.

"Apaan sih lo?" emosi Naki.

Handara menatapnya tajam, lalu...

Bugh!

Handara menonjok wajah Naki dengan sangat kuat hingga Naki ambruk. Hal itu membuat gadis-gadis yang ada di kelas menjerit ketakutan. Pagi-pagi sekali mereka sudah disuguhi aksi baku hantam.

"Assstt.." Naki meraba sudut bibirnya yang sobek. Perih sekali. Kemudian Naki bangkit menatap Handara dengan marah sekaligus bingung.

"Lo kenapa, bangsat?!" tanya Naki tak habis pikir. Salah apa Ia hingga diberi bogeman mentah begini.

"Tujuan lo apa masukin rokok itu ke tas gue kemarin? Lo dendam karena gue gak ngasih lo contekan?" tanya Handara.

Naki mengernyit heran. "Ngomong apa sih lo?"

"Lo gak mau ngaku?"

"Ngaku apa anjing orang gue gak salah. Lo yang ngerokok, kenapa gue yang disalahin?"

Bugh!

Sekali lagi Handara menghantam rahang Naki dengan tinjunya.

"Gue gak ngerokok!" sentak Handara.

HANDARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang