"Bagaimana? Kau akan menerima drama ini?" tanya Ferdian.
"Aku harus membaca naskahnya dulu," jawab seorang wanita yang masih terlihat cantik meski umurnya sudah tidak muda lagi.
"Naskahnya bagus. Aku sendiri yang menulisnya, kau akan suka."
"Wah, selain jadi Manajer dan produser, sekarang kamu akan menjadi penulis naskah? Luar biasa." Wanita itu berdecak kagum sambil mengacungkan dua jempolnya.
"Kamu tahu sendiri, aku multitalenta," sombong Ferdian kemudian ia memotong steak di piringnya lantas memakannya dengan lahap.
Mereka berdua memang sedang makan siang di restoran.
Wanita itu mengangguk-ngangguk setuju. "Aku setuju sih. Kalau manajer aku bukan Mas Ferdi, kayaknya aku gak akan bisa seperti ini," tuturnya.
Ferdian tercenung, ia melirik wanita yang merupakan seorang aktris papan atas itu dengan pandangan rumit. Lantas bibirnya tersenyum sungging.
"Jadi gimana? Mau kan meranin drama ini?" tanya Ferdian lagi.
"Apasih temanya?"
"Temanya adalah seorang anak laki-laki yang dibuang oleh ibunya ke panti asuhan. Kamu jadi pemeran ibunya."
Perkataan Ferdian membuat wanita itu langsung mematung di tempat. Lantas ia melirik Ferdian dengan mata curiga.
"Kenapa temanya gitu?" tanya wanita itu, wajahnya terlihat tak nyaman dengan pembicaraan ini.
"Memangnya kenapa? Ini kan cuma drama," balas Ferdian. "Drama yang terinspirasi dari kisah nyata," lanjutnya.
Brak!
Wanita itu sontak menggebrak meja. Membuat beberapa pengunjung yang lain menoleh kaget.
"Mas sengaja ya?" tanya wanita itu, menatap Ferdian dengan tajam.
Ferdian tersenyum simpul, ia meletakkan pisau dan garpunya lalu menatap wanita itu dengan santai.
"Iya, aku sengaja. Bukannya drama yang diambil dari kisah nyata itu akan membuat orang-orang tertarik? Aku yakin drama ini akan sukses," kata Ferdian.
Wanita itu mendengus kasar. "Kita udah sepakat untuk tidak membahas masa laluku!"
"Siapa yang membahas masa lalu? Kita sedang membicarakan drama, Alexa." Ferdian menekankan.
Wanita yang dipanggil Alexa itu tercenung. Benar, mereka sedang membahas drama. Dan ia baru sadar dengan reaksinya yang berlebihan. Alexa pun menghela napas dalam-dalam, lalu mencoba untuk bersikap tenang.
"Aku gak mau mainin drama itu," ujar Alexa kemudian.
"Kenapa?"
Alexa tak langsung menjawab dan malah membuang wajah ke samping. Hal itu membuat Ferdian tersenyum miring.
"Kamu takut nostalgia?" celetuk Ferdian.
"Mas!" refleks Alexa menoleh dengan mata melotot.
Ferdian terkekeh pelan. "Aku heran, sampai sekarang apa kamu gak ngerasa berdosa?"
"Mas..."
"Kamu gak penasaran bagaimana anakmu tumbuh? Kamu gak bertanya-tanya apa dia masih hidup sampai sekarang?"
"Mas Ferdi cukup!" bentak Alexa.
Ferdian berdecih remeh. "Aku gak tahu ternyata kamu sekejam ini."
"Kamu juga setuju dengan rencanaku!"
"Tapi aku menyesal!" balas Ferdian cepat. "Aku menyesal sudah membiarkan anak itu hidup tanpa kasih sayang orang tuanya!"
Alexa mengepalkan kedua tangannya sampai urat-uratnya terlihat. Dadanya naik turun menahan emosi. Matanya menyala merah. Ia ingin marah tapi ia sadar posisinya sekarang sedang dimana. Tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang buruk di restoran ternama dengan ditontoni orang-orang kaya raya yang juga sedang makan di restoran ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANDARA
Teen FictionHandara Yudistira tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Ia tidak pernah meminta permintaan maaf dari siapapun, tidak pernah memohon belas kasih dari manapun. Yang ia inginkan hanyalah hidup normal. **** Artis terkenal melahirkan seorang anak secar...