HANDARA : 12

116 23 2
                                    

"Han! Ini gue, Gavin!"

Ungkapan itu seakan meledakkan jantung Handara. Matanya melotot, sangat lebar, begitu terkejut mengetahui siapa sosok anak yang telah menolongnya ini. Rasanya, Handara tidak pernah seterkejut ini sebelumnya.

"Gavin?" ulang Handara dengan suara yang hampir hilang.

Gavin tersenyum lebar sambil mengangguk antusias. "Iya, Han, ini gue Gavin," jawabnya, lalu kemudian Gavin tanpa ragu memeluk Handara, pelukan kerinduan yang mendalam dari seorang sahabat masa kecil.

"Gila! Gue gak nyangka bisa ketemu lo lagi, Han!" pekik Gavin sambil mengeratkan pelukannya.

Mata Handara berkaca-kaca. Ia sangat senang, terlanjur senang saat dipertemukan lagi dengan sahabat kecilnya. Senyum indahnya terbit kala itu, menggambarkan rasa syukur yang ia dapat, namun saat Handara hendak membalas pelukan Gavin, tubuhnya tiba-tiba lemas dan matanya langsung menutup rapat.

"Eh, Han? Han!" Gavin yang tidak siap menahan tubuh limbung Handara seketika panik.

"Han? Lo pingsan?!" tanya Gavin, masih dalam posisi memeluk Handara.

Tidak ada jawaban yang Gavin dengar, namun kepala Handara yang tergeletak di pundaknya sudah menjelaskan semuanya. Mata Gavin terbelalak lebar. Dengan sigap ia melepaskan pelukannya untuk melihat Handara, dan benar saja, anak itu jatuh pingsan.

"Han bangun, Han! Lo kenapa?!" panik Gavin seraya mengguncang pundak Handara.

Handara tidak meresponnya sama sekali. Gavin bingung kenapa Handara bisa pingsan. Namun setelah itu ia berpikir, apakah Handara begini gara-gara dihajar Naki?

"Sialan, awas aja tu anak!" murka Gavin.

Selesai mengumpat, Gavin pun bersusah payah menggendong Handara di punggungnya. Dan ia langsung berlari menuju gedung sekolah untuk membawa Handara ke UKS.

***

Kelopak matanya berdenyut pelan, menandakan bahwa Handara hendak siuman. Seseorang yang sedari tadi setia menunggunya me-notice pergerakan kecil tersebut.

"Han?" panggil Gavin. Ia berdiri di sisi ranjang dengan perasaan gelisah.

Sementara itu mata Handara mulai terbuka. Beberapa kali mengerjap pelan, lalu bergulir melirik sosok Gavin yang ada disana. Gavin menatap Handara dengan raut wajah sendu.

"Gue kenapa?" lirih Handara dengan alis yang bertaut bingung. Seingatnya ia tadi sedang duduk di lapangan, kenapa sekarang dia berbaring disini?

"Lo pingsan," jawab Gavin.

"Pingsan?"

"Iya, lo pingsan." Gavin menarik napas, lalu melanjutkan, "Kata Dokter, penyakit lo kambuh," ucapnya pelan.

Handara tertegun. Jadi jantungnya kumat lagi? Ah, ini pasti karena serangan Naki.

"Gue gak tau kalau lo punya penyakit jantung, " cicit Gavin lagi.

Handara mengalihkan pandangannya ke langit-langit ruangan, kemudian bibirnya tersenyum lirih. "Bawaan lahir, Vin," katanya.

"Jadi alasan Ibu ngerawat lo dengan ketat itu gara-gara ini?" tanya Gavin. Seketika ia teringat dengan bayang-bayang kenangan masa kecil mereka di panti asuhan.

"Ibu mau ngejaga gue, Vin. Dan usaha ibu berhasil buat gue bertahan sampai sekarang."

Gavin tak lepas menatap Handara dengan mata sendunya. Ia kasihan dan prihatin melihat Handara yang ternyata punya penyakit jantung.

Namun, Gavin tidak ingin terlihat mengasihani Handara, karena itu hanya akan membuat Handara semakin merasa lemah.

"Kalau gitu lo harus bilang makasih ke ibu," suruh Gavin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HANDARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang